Zombie 38 - Underground Tunnel 2
Matahari mulai terbit. Syukurlah selama perjalanan semalam, tidak ada kawanan Zombie yang menganggu perjalanan mereka. Semalam Xavier hanya mengigau menyebut ibu. Xavier pasti sangat merindukan Chintya. Bagaimanapun Xavier sangat menginginkan kasih sayang seorang ibu. Saat Xavier mulai masuk sekolah dasar. Xavier selalu iri pada teman-temannya yang selalu di antar jemput oleh ibunya. Selalu medapatkan kecupan hangat dari ibunya. Sementara Xavier selalu di antar jemput oleh Mark, kakaknya. Tidak ada kecupan hangat atau panggilan sayang dari seorang ibu. Bahkan pelukan hangat dari seorang ibu. Itu hanya angan-angan dan mimpi Xavier saja.
Meskipun Mark berusaha untuk memposisikan dirinya sebagai seorang kakak, sekaligus seorang ibu. Namun, tetap saja berbeda. Xavier ingin seorang ibu yang mengasihinya seperti kebanyakan orang lainnya. Jangankan kasih sayang seorang ibu. Kasih sayang seorang ayah saja, jarang ia dapatkan dari Jimmy. Karena Jimmy terlalu sibuk pada penelitian di laboratoriumnya. Jimmy terlalu fokus pada warga yang membutuhkan obat untuk penyakit langka yang sedang melanda di kota Troxbo.
Hanya Mark lah yang saat itu memberikan perhatian lebih pada Xavier selama masa kecilnya. Mark menepati janjinya pada Chintya untuk menjaga Xavier.
Xavier mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia melihat matahari yang sudah bersinar. Itu artinya hari telah berganti lagi.
"Demam elo udah turun. Semalaman Mark ada di samping elo. Bahkan menggenggam tangan elo. Saat elo memanggil-manggil ibu. Elo beruntung, Mark sangat sayang sama elo," ucap Olivia.
Xavier ingat semalam dia memang merasakan kurang enak badan. Makanya Gerland berinisiatif menggantikan Xavier menyetir busnya. Ia juga ingat Olivia memberikan obat penurun demam, tapi kalau tentang digenggam tangannya oleh Mark. Xavier sama sekali tidak mengingatnya. Mungkin karena memang sedang tertidur dan merasakan demam. Jadi Xavier tidak merasakannya sama sekali. Xavier seharusnya tidak berubah sikap pada Mark, saat Jimmy meninggal. Xavier tahu, Mark sangat menyayanginya. Mark terus mencoba membagi perannya sebagai seorang kakak dan ibu bagi Xavier. Mark selalu memberikan yang terbaik untuk Xavier. Ya meskipun sifat joroknya Mark paling Xavier benci, tapi tetap Mark lah yang paling menyayanginya. Xavier hanya ikut terpengaruh saja, karena kejanggalan kematian Jimmy. Sehingga membuat Xavier bersikap acuh tak acuh pada Mark.
Xavier cukup terkejut saat tahu dari Mark. Kalau Jimmy mengatakan Mark bukan anak kandungnya. Pikiran Xavier jadi kemana-mana. Sampai menduga hal itu yang menjadi pemicu kecelakaan itu terjadi dan menewaskan Jimmy. Entahlah Mark benar-benar belum mau cerita tentang kronologi yang sesungguhnya saat kecelakaan itu terjadi.
"Ok. Thanks, ya. Berkat obat yang elo kasih demam gue udah turun. Sekarang Mark mana?" Xavier mencari Mark karena ia tidak melihat Mark di sampingnya.
"Dia lagi nyetir. Gantian sama Gerland. Gue tahu, hubungan elo sama Mark enggak begitu baik. Bahkan gue pernah lihat kalian sampai berantem saat di terowongan bawah tanah, tapi percayalah. Gue saksinya, meskipun kakak elo kelihatan cuek. Sebetulnya dia sangat perduli sama elo. Katanya dia ingin terus berada di samping lo. Karena cuma dia yang tahu, kebiasaan elo saat elo demam. Dia benar-benar di sisi elo, sampai demam elo benar-benar turun," cerita Olivia.
"Iya, sekali lagi, thanks," ulang Xavier.
Gerland sedang tidur di salah satu bangku bus. Mereka semua terlihat sangat lelah. Gerland memang butuh tidur, agar bisa bergantian menyetir. Untunglah mereka bertiga bisa menyetir bus. Kalau tidak, mungkin hanya Xavier saja yang di andalkan.
Kemungkinan satu sampai dua jam lagi mereka akan sampai terowongan bawah tanah yang kedua di kota Troxbo. Semoga saja sesuai dengan dugaan Mark. Bahwa Jessica dan yang lainnya bersembunyi di sana.
Sesampainya di sana. Mark melihat penutup lubang menuju terowongan bawah tanah masih tertutup rapih. Semoga saja di dalamnya benar-benar ada mereka. Mereka mulai masuk ke dalam terowongan bawah tanah. Mereka harus hati-hati, takutnya di bawah sana ada kawanan Zombie yang menanti.
Xavier sampai duluan ke dasar bawah tanah. Ia mengarahkan senternya, karena terowongan memang sangat gelap. Ia melihat beberapa tenda yang didirikan.
"Gerland!" Panggil seseorang yang sudah tidak asing lagi.
"Layla!" Sahut Gerland, mereka langsung berlarian dan saling memeluk satu sama lain. Kalau ada Layla. Pasti ada yang lainnya juga.
"Kamu enggak apa-apa kan Layla? Yang lainnya bagaimana?" Tanya Gerland.
"Jesicca menemukan tempat ini lagi. Katanya kita lebih aman di bawah tanah. Dari pada di rumah. Karena rumah belum tentu aman dari para zombie. Jadi kami kesini untuk bersembunyi dengan yang lainnya," sahut Layla.
"Lalu siapa saja yang masih selamat? Jessica mana?" Tanya Xaveir.
"Jessica dan Merry sedang keluar mencari pesediaan makanan. Karena memang kami sudah seharian kemarin belum makan. Kami tidak sempat mengambil makanan ataupun senjata, ketika Eliza berubah jadi zombie. Kita semua panik buru-buru meninggalkan terowongan bawah tanah. Setengah dari kami di gigit oleh mereka. Mungkin mereka semua sudah jadi zombie saat ini," cerita Layla.
"Ya gue udah lihat beberapa Zombienya mereka di terowongan bawah tanah yang satunya. Profesor Felix bagaimana? Apakah beliau selamat?" Tanya Xavier.
"Saya masih baik-baik saja Xavier. Kalian pasti bingung mencari keberadaan kami. Maaf kami tidak memberikan petunjuk tempat perlindungan baru kami," sahut profesor Felix yang muncul dari belakang Xaveir. Xavier langsung memeluk profesor Felix, untungnya Xavier mengikuti dugaan Mark. Ternyata benar, mereka masih bersembunyi di bawah tanah.
"Syukurlah, profesor selamat. Kami memang mencari-cari kalian. Untunglah Mark menduga kalian ada di sini. Dan benar saja, kalian di sini. Prof, aku sudah menemukan tempat yang bisa di jadikan tempat penelitian. Tempatnya di sebuah rumah sakit. Di kota Floxan, namanya rumah sakit Amehra. Profesor tahu kan?" Lapor Xavier.
"Rumah sakit Amehra? Sa.. Samantha?" Tanya profesor Felix tergagap.
"Ya, betul. Katanya beliau teman satu kampusnya profesor Felix dan ayah," Xavier terlihat sangat bersemangat. Karena memang jika sudah saling mengenal. Tidak akan sulit bagi mereka untuk beradaptasi lagi.
"Ya, dia adalah kawanku. Apa rumah sakit itu masih bertahan?" Tanya profesor Felix penasaran.
"Ya, prof. Tim medis rumah sakit Amehra menolong tentara. Sehingga sekarang mereka di jaga oleh para tentara. Mereka sedang membangun pagar agar bisa membentengi rumah sakit itu. Tentunya agar aman dari para zombie yang mencoba masuk ke rumah sakit. Aku lihat laboratorium di sana sangat besar. Cocok untuk kita bisa melakukan menelitian di sana. Mrs. Sam juga sudah mengizinkan kita untuk tinggal di sana," cerita Xavier.
"Kita tunggu dulu Jessica dan Merry tiba. Kita memang memerlukan tempat itu, tapi Jessica juga perlu tahu tentang hal ini. Walau bagaimanapun Jessica adalah pemimpin dari kelompok ini," saran profesor Felix. Nampaknya ia sedikit terkejut saat mendengarkan rumah sakit Amehra. Bahkan tergagap saat menyebut nama Mrs. Sam.
Ya, karena profesor Felix dulunya sangat menyukai Mrs. Sam. Namun, di tolak oleh Mrs. Sam. Karena alasanya Mrs. Sam ingin lebih fokus ke rumah sakit Amehra. Dan Mrs. Sam meminta profesor Felix untuk fokus mengejar impiannya menjadi seorang ilmuan. Kisah cinta mereka memang tidak berakhir bahagia. Tidak seperti Jimmy dan Chintya yang berakhir dengan pernikahan dan mempunyai anak. Cinta profesor Felix kandas karena impian mereka masing-masing. Terakhir mendengar kabar Samantha, ia menikah dengan Justin. Lelaki pilihan orang tuanya. Sementara profesor Felix gagal moven. Dan sampai sekarang belum ada niatan untuk segera menikah. Padahal ia juga perlu seorang istri untuk merawatnya dan menemaninya saat tua nanti.
"Ya, benar kata profesor. Baiknya kalian istirahat dulu. Pasti kalian lelah sudah mencari kami. Gue bersyukur ternyata Oliv ada bersama kalian. Gue kira dia sudah jadi zombie," timpal Layla.
"Gue juga bersyukur. Karena Xavier, Mark dan Gerland segera menemukan gue. Kalau tidak, gue mati kelaparan di lemari tenda penyimpanan. Gue udah dua hari enggak makan soalnya," oceh Olivia.
Memang harus banyak bersyukur untuk saat ini. Sekecil apapun keberuntungan yang mereka dapatkan. Sudah patut di syukuri. Karena dalam situasi seperti ini. Sangat suit mendapatkan keberuntungan. Kebanyakannya meleset dari perkiraan.
Xavier dan yang lainnya hanya tersenyum mendengar ocehan Olivia. Ya siapa suruh malah diam di lemari mengunci diri karena takut, bukannya ikut pergi bersama yang lainnya.
"Kami sudah mengambil beberapa pesediaan makanan dan senjata yang tersimpan di tenda gudang penyimpanan. Kami sengaja ke sana. Karena aku tahu kalian pasti tidak akan sempat mengambil semuanya. Aku, Gerland dan Mark sudah memasukannya ke dalam truk," ucap Xavier.
"Lalu bagaimana dengan chemical nya. Apa kamu membawanya juga?" Tanya profesor Felix.
"Aku hanya membawa beberapa, sebagian yang lainnya sudah tercampur dengan zat lain. Aku hanya membawa yang masih utuh saja. Kalau soal ekstrak, biar nanti kita buat lagi saja. Soalnya persediaan ekstrak di tenda laboratorium kemarin sudah tumpah ke tanah semua. Sepertinya kawanan zombie yang merusak semua itu," jawab Xavier.
"Ya, sudah. Kita mulai dari nol lagi saja. Semoga saja Jessica mau ikut dan setuju kita pindah ke sana. Rumah sakit Amehra memang rumah sakit terbaik di kota Floxan. Saya tahu fasilitas dan pengobatan di sana sangat berkualitas," puji profesor Felix.
Hanya saja dalam hatinya belum benar-benar siap untuk bertemu Samantha lagi. Sakit hati? Tentu siapa yang tidak sakit hati saat cintanya di tolak, karena lebih memilih karirnya. Tentu akan sakit hati, sampai-sampai profesor Felix putus kontak dengan Samantha. Bukannya marah atau tidak mau saling mengenal lagi, tapi profesor Felix hanya ingin mengabulkan keinginan Samantha. Yang ingin sama-sama fokus mengejar impiannya masing-masing. Pikir profesor Felix saat itu. Mungkin lebih baik mereka tidak saling berhubungan dulu. Sampai mereka berdua benar-benar mencapai impian mereka masing-masing. Barulah profesor Felix akan mendatangi Samanta dan melamarnya. Namun, belum selesai ia penelitian untuk menjadi seorang profesor. Samantha sudah menikah dengan Justin. Itu memang artinya sudah tidak ada harapan lagi untuk profesor Felix. Ia harus mengubur rasa cintanya pada Samantha.
Namun, apa sekarang Samantha masih bersama Justin? Profesor Felix belum tentu siap melihat Samantha bersama Justin dan anaknya. Melihat orang yang dulu pernah ia cintai bahagia. Rasanya seperti teriris sebuah pisau, tapi semua itu harus profesor Felix hadapi. Karena sekarang mungkin tempat teraman adalah di sana. Mau tidak mau Profesor Felix harus kembali mengorbankan perasaannya. Profesor Felix tidak tahu saja. Kalau Justin dan Samuel anaknya Samantha. Sudah tergigit dan menjadi zombie.
"Apa di sana ada suami dan anaknya Samantha?" Tanya profesor Felix. Sebetulnya ia tidak mau menanyakan hal ini. Takut timbul pertanyaan yang membuat profesor Felix risih, tapi akhirnya pertanyaan itu terlontar juga.
"Suami dan anaknya tergigit Zombie. Mungkin mereka sudah berkeliaran menjadi zombie di jalanan. Di rumah sakit Amehra, aku lihat hanya Mrs. Sam alias Samantha, para tenaga medis, pasien-pasien, tentara dan beberapa sniper yang menjaga di menara masing-masing. Mereka selalu menebak Zombie yang mendekat ke rumah sakit," jelas Xavier.
Profesor Felix menarik napasnya lega. Mendengar Justin dan Samuel di gigit Zombie. Perasaanya kenapa sedikit lebih senang. Apa ia masih mengharapkan cintanya pada Samantha. Entahlah, banyak orang yang tergigit oleh Zombie. Sebagian masih hidup dan sebagian lainnya mungkin sudah di bunuh karena menganggu manuisa. Tentunya para zombie yang sudah di bunuh, karena mereka mencoba mengigit manusia. Sehingga tidak ada pilihan selain membunuhnya untuk melindungi diri dan bertahan hidup.
Jika memang vaksin ini segera di temukan. Mereka semua akan kembali menjadi manusia. Namun, apakah mereka sadar. Selama menjadi zombie, mereka telah memakan apapun yang bisa di makan. Terutama manusia dan hewan. Akan sulit lagi untuk beradaptasi. Profesor Felix sendiri belum tahu. Apa mereka bisa menemukan vaksin ini? Atau kiamat ini terus berlanjut sampai populasi manusia di bumi ini habis di makan oleh para zombie?