Pertemuan pertama dengan Boss Alexander

2048 Words
Hanna dibawa Prayoga ke tempat kediaman boss nya, Alexander. Sepanjang perjalanan Hanna menduga - duga apa yang akan ia alami. "Seperti apakah Sang boss itu ? " Pikir Hanna cemas. Bangunan mewah bernuansa klasik berdiri megah di kawasan elite pinggiran kota Bogor. Pintu gerbang yang otomatis terbuka sendiri. Hamparan taman tertata rapi dan indah sejenak memanjakan mata. Ibu Hanna memandang kagum sekitar rumah. Perlahan ia mengikuti Prayoga memasuki rumah tersebut. "Silahkan duduk disini bu " ucap Prayoga. Hanna pun duduk sambil mengagumi koleksi barang crystal dan ornamen diruang tamu rumah megah itu. Tak lama keluar lah Lelaki berbadan tinggi dan tegap . Memakai t-shirt tanpa lengan mempertontonkan bentuk badan yang proporsional . Sebelah tangannya dari atas siku sampai ke punggung dihiasi tatto art yang menambah kesan sangar namun sexy. Rambut panjang , wajah tampan mirip artis film Mafia. Lelaki itu menghampiri ibu Hanna dan memperkenalkan diri. " Alexander " ucapnya sambil mengulurkan tangan. Hanna menjabat tangannya tanpa menyebutkan nama hanya tersenyum dan menundukkan kepala tanda hormat. "Oh ini boss yang di maksud,, masih muda tapi garis2 ketegasan terpampang di wajah tampan nya." bathin Hanna. Hanna kembali duduk dan tertunduk gelisah menunggu apa yang bakal terjadi. " Bagaimana bu ? Kapan anak ibu bisa selesaikan masalah ini? " tanya Alexander tanpa basa- basi. Hanna menggeleng lemah masih dengan wajah tertunduk. " Untung ibu perempuan, kalau saja laki-laki gak akan saya ampuni." tukas Alexander lagi. "Coba ibu ceritakan bagaimana ini bisa terjadi" Hanna menarik nafas panjang untuk menenangkan diri sebelum ia bercerita. "Huuffttt..." "Waktu itu, sore menjelang malam saya kedatangan tamu yaitu pak Prayoga . Beliau datang bersama anak buah saya Ibnu. Kedatangannya untuk bertemu anak saya Shella. Saat itu Shella tidak di rumah. Menurut mereka Shella diketahui sebagai pengusaha jual beli berlian secara online. Meski sedikit bingung karena menurut sepengetahuan saya Shella tidak pernah bermain dalam bisnis itu. Saya tau kalau Shella berbisnis pengadaan barang. Untuk meyakinkan usaha anak saya, tetap saya mengiyakan sewaktu Pak Prayoga menanyakan kebenaran bisnis anak saya. Tanya jawab pun berlangsung antara saya dan pak Prayoga untuk keyakinan nya menyerahkan berlian itu pada saya." terang Hanna menjelaskan hal ihwal permasalahan. Ibu Hanna menarik nafas kembali, mencoba menenangkan hati. "Serah terima berlian dan maksud dari penyerahan itu pun dikukuhkan dengan beberapa butir perjanjian secara hitam diatas putih disaksikan notarisnya Pak Prayoga." " Lalu ibu serahkan itu berlian ke anak ibu?" potong boss Alexander " Iya pak. Saya pun menanyakan kebenaran nya pada anak saya . Berlian ini specnya: berjenis langka Besar nya 26 karat. Pada sertifikat nya tertera harga 350 pound sterling atau setara 6 milyar . Pak Prayoga menawarkan pada anak saya seharga 5 milyar, dibawah harga. Untuk itu saya takut pak,, mengingat hanya sebuah cincin berlian saja harga nya sangat fantastis." "Lalu hubungan dengan Pak Yono sebagai apa?" cecar Alexander lagi "Pak Yono kenalan saya, bertugas sebagai marketing freelance dalam bisnis anak saya." Alexander mengangguk-angguk dan mulai paham dengan kronologis dari masalah tersebut. "Ibu tau,, ibu dan anak ibu berurusan dengan siapa? " tanya Alexander. Mata elangnya yang tajam menembus mata ibu Hanna. Mulut nya terkatup rapat dengan gigi gemeretak menahan emosi. Ibu Hanna menggeleng lemah.Saat itu ia merasa tubuhnya bergetar hebat dan tak lagi berdarah. Ia benar-benar ketakutan. "Ibu dan anak ibu berurusan dengan salah seorang pejabat tinggi dan terhormat di negeri ini. Beliau adalah boss saya ." Hanna terperanjat. Tubuhnya bergetar. Ketakutan begitu mencekam hatinya. "Ini bukan masalah kecil, karena itu saya dan tim berani menggeledah rumah ibu." Alexander menjelaskan dengan suara tenang dan terkesan santai. Berbeda dengan ibu Hanna yang merasa seperti ikan diatas daratan. Menggelepar jiwa dan raga nya. "Awalnya kami ingin datang baik-baik namun sudah tiga hari tim kami mengawasi rumah ibu yg terlihat kosong tak berpenghuni. Kami inisiatif menggeledah rumah dengan membawa surat dari kepolisian dan berkoordinasi dengan RT dan RW setempat. Menurut pelacakan dari nomor GSM ibu, keberadaan ibu terdeteksi ada di dalam rumah." lanjut Alexander menjelaskan. Hanna semakin tertunduk. Air mata mengalir deras di pipinya. Terbayang olehnya ketika mengetahui rumahnya telah dikepung. Bersama suami dan cucu nya Hanna pergi sembunyi dari satu tempat ke tempat yg lain dengan hanya membawa dompet, baju di badan dan atm yang sedikit terisi tanpa membawa Handphone . Sebenarnya saat itu Hanna hanya pergi untuk mencukur rambut cucunya di salon. Hampir sampai di depan rumah ia melihat banyak orang berkerumun dan beberapa petugas polisi. Ia pun bertanya pada salah satu tetangganya ada apa sebenarnya? Tetangga itu mengatakan mereka mencari Hanna dan Shella. Tanpa berpikir panjang mereka putar arah dan tak pernah kembali lagi ke rumah. "Pastikan anak ibu Mengembalikan cincin berlian tersebut atau membayar sejumlah uang yang telah disepakati besok. Jangan sampai meleset atau kami urus secara hukum yang berlaku. " ujar Alexander membuyarkan lamunan ibu Hanna. Lelaki itu bangkit dari kursi meninggalkan nya sendirian diruang itu. Tak lama Prayoga menghampiri ibu Hanna. Ia menunjukan kamar tempat untuknya beristirahat. Didalam kamar, ibu Hanna menumpahkan seluruh tangisnya yang tertahan sejak kemarin. Tak pernah terbayang dalam angan dan pikirannya akan menghadapi masalah seperti ini. Ingatannya kembali pada putri semata wayangnya Shella. Ada rasa amarah dan juga khawatir yang bersamaan pada putrinya. Dari dalam kamar ia mendengar Prayoga bicara melalui telepon dengan Shella. "Jangan coba bohongi kami ! Bilang usaha tapi tidak !" "Beneran ini lagi usaha pak.. Ngga denger apa suara kendaraan?" terdengar suara dari jawaban Shella yang di load speaker oleh Prayoga. Ibu Hanna berdoa semoga Shella diberi kemudahan. Shella sendiri saat ini sedang dalam perjalanan menemui Martin dikantornya. Tergesa ia memasuki salah satu gedung perkantoran mewah jakarta. Tujuannya menemui salah satu owner gedung pencakar langit ini yang dari dulu mencintai Shella namun bertepuk sebelah tangan. " Hadeuhh .. andai aku tidak membuang nomer Martin, mungkin aku tidak harus mendatanginya di kantor ini untuk memohon bantuan.Tanpa basa basi terlebih dahulu lagi " bathinnya. Sebenarnya ia merasa sungkan. Mengingat dirinya telah menolak cinta Martin. Bahkan ia memblock nomer martin agar lelaki itu tak bisa lagi menghubungi nya. Martin yang terlanjur bucin pada nya selalu menghubunginya dengan nomer berbeda. Hal itu membuat Shella akhirnya mengganti nomer. Hari ini malah dia yang mendatangi kantor Martin untuk memohon bantuan. Sungguh memalukan ! Shella tak punya solusi lain untuk keluar dari masalah ini dan membebaskan mamanya. Dikuatkan hati untuk terus melangkah memasuki gedung perkantoran. Setelah berbicara dengan resepsionis, ia diantar menuju ruang sang owner, Martin Alzetha Rizwangga di lantai 31 . Shella menunggu di ruang tamu. Terdengar Martin sedang berbicara melalui telepon dengan rekan bisnisnya. Sambil menunggu , Shella mencoba merangkai kalimat yang akan diucapkan nya pada Martin. Tanpa disadari Martin telah berada di hadapan nya. " Awas kesambet , masih siang udah ngelamun" Canda Martin dengan senyum tipis sambil menatap Shella dari ujung kaki ke ujung rambut Shella pun tersadar dari lamunan nya. Senyum pun terkembang di bibir tipis Shella . " Hai.." sapa Shella yang dijawab dengan senyum Martin. " masuk " ajak Martin sambil berjalan mendahului Shella ke ruang kerja nya. Hati Shella berbunga penuh harap begitu melihat Martin tersenyum manis menyapanya. Tak terlihat wajah marah atau kecewa lelaki itu pada Shella. Ia pun bertekad akan menerima cinta Martin asalkan Martin bersedia menolong nya dalam masalah ini . Sesungguhnya Martin lelaki baik yang Shella kenal , tidak terlalu tampan tapi menarik . Pengusaha muda yang sukses, lelaki yang penuh perhitungan dalam berbisnis. Shella mengenal Martin saat Shella menjadi sekertaris sahabat Martin , Mr Edwin. Dari sana lah mereka akhirnya berteman dan mulai PDKT. Awalnya Shella pun tertarik pada Martin, namun karena banyak hal seiring waktu berjalan membuat Shella merasa kurang cocok untuk melanjutkan hubungan kearah percintaan. Meskipun Martin terlihat sempurna sebagai laki- laki, namun Shella merasa Martin bukan tipe nya terlebih lagi dengan status Shella janda beranak satu sedangkan Martin masih lajang yang pasti keluarga besar Martin pun enggan bermenantukan dia. Tak ingin berlarut terlalu jauh dengan perasaannya, Shella memutuskan untuk mengakhiri hubungan baik dengan Martin yg mengejar dan berharap akan cinta nya. Dengan percaya diri Shella bangkit dari duduk dan berjalan mengikuti Martin. " Silahkan duduk, mau minum apa? " tanya Martin sambil tersenyum " Terserah.." jawab Shella dengan senyum yg termanis yang ia punya. Dihatinya memuncak harapan. Martin menyuruh sekertaris nya untuk mengantar minuman. Sepeninggal sekertaris Martin, kini hanya tinggal mereka berdua diruangan itu. "Apa yang membawa mu kesini Shella Angela? " tanya Martin sambil menatap mata Shella. Lama mereka saling menatap dengan pikiran masing-masing. Shella menghembuskan nafas lalu memberanikan diri untuk menjawab. " Terus terang aku butuh bantuan mu." kembali Shella menarik nafas panjang. "Tapi sebelumnya aku minta maaf atas perlakuanku yang memutus hubungan dan memblokir nomer kamu .." ucap Shella dengan wajah penuh penyesalan "Bantuan apa?" tanya Martin lirih masih terus menatap sendu wanita yang amat dicintainya tanpa membahas soal permintaan maaf Shella. " A-aku dalam masalah besar " Shella menatap Martin sebentar lalu kembali menarik nafas dan tertunduk. " Aku butuh uang 5 milyar ." boleh aku pinjam dari kamu Martin? " lanjutnya sambil kembali menatap martin penuh harap. Martin terlihat mengernyitkan dahi sebentar demi mendengar ucapan Shella. Mata nya terus menatap perempuan di depan nya yang terlihat sangat cemas dengan apa yang barusan diucapkan nya. "Masalah besar? butuh uang 5 milyar? Coba jelaskan satu-satu" pinta Martin "Terlalu panjang untuk aku jelaskan kebodohan hingga kesalahan yang aku lakukan teramat fatal . Aku tidak punya waktu banyak Martin.. Aku harus segera membayar uang 5 milyar atas kesalahan yang aku perbuat. Tolonglah aku .." ucap Shella hampir menangis memohon pertolongan. " Heemm.. Harus sekarang juga uang nya?" tanya Martin sambil terus menatap mengamati Shella dan berpikir. Shella pun mengangguk. Terbayang oleh Shella hal yang terlupakan oleh nya kalau Martin adalah lelaki yang penuh perhitungan dan harus ada penjelasan untuk hal apa pun. Itulah yang membuat Shella kurang nyaman dulu berhubungan dengan Martin. "Kamu bisa ajukan ke Bank kalau memang kamu butuh pinjaman uang." ujar Martin spontan Shella terkejut dengan ucapan Martin. kepalanya yang tadi tertunduk langsung tegak dan menatap Martin. Hatinya berucap : Mana mungkin aku bisa pinjam ke Bank dengan jumlah besar tanpa jaminan dan harus ada saat ini juga uang nya? Martin berjalan kearah jendela menghindari tatapan Shella. Terlihat jelas mata itu kecewa dengan ucapan nya. Sambil melihat lalu lalang kendaraan yang melintas dijalan raya dari ketinggian lantai 31 Martin kembali berucap tanpa menoleh ke arah Shella. " Tapi .. kalau kamu mau berbisnis denganku, kamu bisa ajukan permohonan modal itu dan apa keuntungannya buat ku. Buatlah proposal untuk itu." Mata Shella melotot mendengar ucapan Martin. Bukan hal yang aneh kalau memang ini untuk bisnis. Tapi aku tidak sedang berbisnis , aku sedang memohon Bantuan.. keluhnya dalam hati. Martin menghampirinya dan duduk di pegangan sofa yang Shella duduki sambil berbisik ditelinga Shella. "Bagaimana Shella Angela?" bisik nya dengan suara parau. Shella memejamkan mata. Hembusan nafas Martin di telinga nya seketika membuat getaran aneh dihatinya. Shella pun teringat akan kebucinan Martin pada nya. Ia berpikir Martin akan meminta imbalan cintanya untuk uang yang dipinjam nya. ini mungkin yang Martin anggap bisnis. Harapan Shella kembali bangkit. Dengan wajah penuh pesona menantang hasrat lelaki, Shella menoleh kearah Martin . Wajah mereka hanya berjarak dua centi saja. "Aku akan menerima cintamu Martin" ucap Shella lirih dengan tatapan sayu . Mereka pun saling menatap lama dengan wajah hampir tak berjarak. Seperti ada magnet yang menarik bibir Martin untuk lebih mendekat ke bibir Shella. Shella pun memejamkan mata. "Dreeeeettt...Dreeettt.." ponsel Martin berbunyi dimeja kerjanya, membuyarkan dua bibir yang hampir menyatu. Martin bangkit dan menerima panggilan itu. Shella sempat membaca nama pemanggil di ponsel Martin yg berada dihadapannya. "My wife" . Mata Shella seketika membesar karena terkejut. " Yes honey... okay, i love you more " ucap Martin sembari menutup telepon. Martin kembali duduk di kursi kerjanya. Kembali ia menatap perempuan yg teramat dicintai dan dirindukan nya yang kini ada di hadapan nya. Shella tertunduk sambil menggigit bibirnya. Harapan nya terbang seketika. "Huuufftt ...Terlambat Shell.. " "Aku sudah menikah." ucap Martin perlahan. Hening tercipta seketika diantara mereka "Tapi bukan berarti kita tidak bisa berbisnis" lanjut Martin lagi. Shella hanya tertunduk. Harapan nya musnah sudah. Mau bisnis apa? Uang itu untuk bayar orang bukan untuk modal. bathin Shella. "Kalau kamu mau, aku sangat menginginkan memiliki anak. Istriku telah divonis dokter kanker serviks dan tak bisa mengandung. Aku mau kamu mengandung anak ku dan menyerahkan anak itu saat dia sudah lahir pada kami." Seketika Shella merasa terhempas dan terhinakan. Ia pun bangkit dan pergi tanpa permisi meninggalkan Martin
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD