Lagi-lagi Reva berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Tak peduli seberapa kuat dia menahan, tetap saja rasa mual itu semakin menyiksa. Walupun Abim berkali-kali memaksanya untuk menelan makanan tersebut, malah membuatnya semakin parah saja. "Kalau terus begini bagaimana anakku akan tumbuh sehat?" pria itu mengusap punggung Reva yang dalam posisi jongkok di depan toilet. "Apa kamu setiap malam seperti ini?" dia terus mengajaknya berbicara. Reva menganggukan kepala dan bangkit ketika dia rasa sudah cukup. Kemudian membasuh wajahnya sendiri. "Besok sebaiknya tidak usah membeli makanan untuk saya. Sayang malah terbuang." perempuan itu keluar dari kamar mandi. "Lalu apa yang harus aku bawa?" Abim mengikuti langkahnya. "Sebaiknya tidak usah. Lidah saya tidak cocok den