Bab 9

1188 Words
GUBRAKK!! Bara tersungkur ke samping hingga tubuhnya menabrak pintu. "Aduhhh!" pekiknya seraya memegangi lengan. "Bu Mona mengapa tiba-tiba berbalik?!" protes Bara. Ia sangat kesal sebab merasa Starla yang salah, tetapi malah dirinya yang didorong begitu keras. "Kam--Kamu tuh!! Ngapain juga jalan mepet-mepet?! untung aja cuma natap kening, coba bibir Kamu-- ASTAGA!!!" Starla terbelalak menatap wajah Bara. Ia melompat maju seakan hendak menerkam asistennya itu. Tangannya sudah terulur ke arah bibir Bara, tetapi... "STOP BU MONA!!" tahan Bara dengan menyatukan kedua jari Starla menggunakan tangannya. "Bar!! bibir Kamu!!" "Ada apa dengan bibir saya, Bu?! jangan cari alasan!!" sergah Bara tak peduli. Lengannya masih terasa ngilu dan Bara tak mau bagian tubuhnya yang lain ikut menjadi korban kerandoman atasannya. "Bar, aku serius!! Itu harus di--- Lepasin tanganku Bara!!" Starla melotot, ia berusaha menarik jari jarinya dari cengkeraman pria di depannya, kini matanya beralih menatap bibir Bara yang berwarna putih kekuningan. Apalagi kalau bukan karena bedak di wajah Starla yang menempel disana. Starla tak mau menanggung malu gegara hal tersebut. Pokoknya dia harus menghapus noda bedak di bibir Bara bagaimanapun caranya! Tiba-tiba sebuah ide muncul. Starla menarik tangannya dalam cengkeraman Bara lalu membuka mulut siap untuk menggigitnya. "Heii?!!" teriak Bara. Ketika tubuh dan wajah Bara tertarik ke arah Starla, dengan gerakan secepat kilat Starla mengusap bibir pria itu menggunakan punggung tangannya. Yess!! Starla tersenyum puas sebab rencananya berhasil. Noda bedak tersebut hilang dari bibir Bara. "BU MONA!!" Bara menjauh dengan wajah ngeri seakan Mona adalah hantu. Sedangkan Starla menepuk nepukkan kedua tangannya seperti menghilangkan debu. "Ayo masuk! KERJA! KERJA! KERJA!" tegas Starla. Ia lantas melenggang masuk ke ruangan tanpa peduli pada Bara. Bara menggertakkan gigi dengan tangan terkepal. Urat-urat di wajahnya tampak jelas menahan amarah pada Starla. __________________________________________ "Gimana, Dev? udah siap?" tanya Bara lirih melalui sambungan telepon. "Sudah, Tuan. Saya sudah berada di posisi." "Oke. Sepuluh menit lagi aku keluar." Bip. Panggilan terputus. Sebuah notifikasi pesan muncul. Rossi : Bara, kita nunggu di lobi! Deny : Bar, kirim alamat Lu, donk! kita laper mo gofud!! Bara mendengus membaca pesan dari dua orang itu. "Aku saja belum tahu alamat kost nya!!" gerutu Bara sambil menggertakkan gigi. Dengan jengkel ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Akibat insiden makan bersama trio berisik siang tadi, Bara harus mencari kost demi menjamu teman rasa musuh yang memaksa ingin mengunjungi tempat tinggalnya. "Sial!! Sial!! Apes bener nasibku!!" batin Bara. Beberapa meter dari meja kerja Bara, Starla diam-diam mengamati tingkah laku asistennya itu. Sebenarnya Starla mencoba cuek dan tak peduli, tetapi ia masih penasaran dengan isi chat Bara yang sempat ia buka siang tadi. "Bara bilang chatingan dengan pacarnya, tapi jelas-jelas tak ada chat lain selain pesan dari seseorang berinisial D, terus profil si D jelas-jelas cowok ganteng. Masa iya Bara penyuka sesama jenis??!!" Starla mengerutkan dahi, mencuri- curi pandang mengamati penampilan Bara. "Tapi cowok rapi dan tertutup seperti dia emang mencurigakan sih." "Nggak! Nggak mungkin deh!" Starla menggelengkan kepalanya, mencoba menepis pikiran buruk di otaknya. Namun, baru saja mengetik beberapa kata di layar monitor, Starla kembali melirik ke arah Bara yang sibuk merapikan kertas-kertas di atas meja. "Atau Bara itu anak mami?!" "Bisa jadi!! dia pacaran sama cewek tapi disamarin gitu. Aha!! masuk akal!!" Starla tertawa geli membayangkan Bara ketahuan pacaran lalu diomeli ibunya. "Bu Mona?" Starla seketika terdiam, menghentikan tawanya. Ia tersentak menyadari Bara sudah berada di depan mejanya. Pria itu menatap heran padanya. Tentu saja! Sebab Mona tertawa sendiri seperti orang gila. "Iya, Bar? apa?" "Saya pulang duluan." Bara menganggukkan kepalanya. "Oke. Oh ya, bonus dari pak Rahardian ntar masuk gaji Kamu bulan ini. Aku udah bilang ke bagian gaji pegawai." "Terima kasih, Bu Mona. Permisi.." Bara berbalik dan berjalan ke arah pintu. "Bara!" "Iya, Bu Mona?" Bara berbalik dengan enggan. Starla tersenyum tipis. "Selamat berakhir pekan!" ucap Starla. Bara menatap heran pada atasannya yang tak bisa ditebak itu. Bara membalasnya dengan anggukan lemah. Aneh!! Ia kembali berbalik untuk pergi, tetapi... "Bara!" panggil Starla lagi. Bara menghela nafas sambil memejamkan mata. Apa lagi sekarang?! "Iya, Bu Mona??" tanya Bara kembali berbalik ke arah Starla. "Salam buat pacar Kamu.." Bara menyipitkan mata menatap senyum Starla yang begitu mengerikan baginya. "Wanita aneh! jangan bilang dia mulai peduli dengan kehidupanku?! Ihhh!!" batin Bara sambil bergidik ngeri. Ia segera kabur sebelum Starla kembali memanggil namanya. Setibanya di lobi kantor, pandangan Bara langsung tertuju pada Trio berisik plus Listy yang sudah menunggu dirinya. "Maaf-- tadi bu Mona ngajak ngobrol dulu." Bara membungkukkan badan seakan merasa bersalah sudah membuat teman-teman barunya itu menunggu terlalu lama. "Ngobrol?! mak lampir ngajak ngobrol??! kesambet apa---" "Rosi!" potong Listy membuat Rosi dan yang lain menoleh kaget. Tak terkecuali Bara. "Ada apa bu Listy?" tanya Rosi. Listy menggaruk hidungnya yang tidak gatal. Sekilas ia melirik ke arah Bara. Listy takut ada hubungan yang terjalin antara Bara dan Starla setelah tak sengaja memergoki keduanya di dalam lift siang tadi. "Anu-- lebih baik kita buruan ke kost an aja. Anu-- aku lapar," jawab Listy asal. Rosi menyipitkan mata, yakin bahwa Listy menyembunyikan sesuatu. "Owalah! laper, Bu?! Sama!!" seloroh Deny. "Emang gini nih orang kalau laper. Suka nge gas kalau ngomong! bener kan, Bu?!" tambah Deny lagi. "Iya. Bener Kamu, Den!" Listy mengangguk setuju. Bara mangguk- mangguk. Mereka berjalan keluar dari gedung kantor. Diam-diam Bara mengirim pesan pada Devan supaya bersiap. "Itu! taksi online nya datang!" Bara menunjuk mobil yang berjalan mendekat. Deny, Rosi, Rudy, dan Listy kompak melongo memandang angkot berwarna biru tua yang berjalan mendekat. "Bar? Ini beneran taksi online yang Kamu maksud?" tanya Deni tak percaya. "Iya. Kost ku lumayan jauh, kalau pakai dua taksi pasti boros," jawab Bara. Ia berharap teman-teman menyebalkannya itu percaya betapa miskinnya dirinya. "Seandainya mobilku nggak lagi di bengkel.." sesal Listy. Ia terlihat enggan menaiki angkot tua yang kini berhenti di depan mereka. "Maaf, Tuan--Ehm! Maksud saya, Mas! Silahkan.." Devan yang sudah berganti dengan kostum kaos polos membuka topi khas sopir angkot yang ia kenakan. Devan lantas tersenyum ramah pada Bara dan yang lain. Bara hampir saja terbahak melihat kumis palsu yang menempel di atas bibir Devan. "Waww!!" Rupanya kumis palsu dan penampilan sederhana Devan tak lantas membuat ketampanannya luntur. Buktinya Listy dan Rosi terpesona menatapnya. "Aku duduk di depan!" Rosi sudah membuka pintu dengan antusias, tetapi sebelum dirinya masuk, Listy lebih dulu menyerobotnya. "Aku!!" serobot Listy yang langsung duduk di samping kursi kemudi. Rosi tak bisa berkutik. Ia terpaksa duduk di jok penumpang. Bara masuk terakhir setelah Rosi dan yang lain. "Jalan, Bang!" perintah Bara. "Iya, Mas." Devan mulai melajukan angkot yang berjalan menembus jalanan kota. "Alamatnya Bar? Emang sopirnya udah tahu rumah Kamu?" tanya Rudy heran sebab Bara belum mengatakan tujuannya sejak tadi. Anehnya si sopir pun berjalan sesuka hati tanpa menanyakan kemana tujuan mereka. "Oh, emm-- dia sopir langganan," jawab Bara asal. Dia sendiri tak tahu dimana alamat kost barunya. Devan mengurus semuanya tanpa diketahui Bara sama sekali. "Oh, ada ya angkot langganan begini?" ucap Rudy heran. "Mas, aku juga mau dong jadi langganan," celetuk Rosi yang sedari tadi menatap Devan dengan mata berbinar. Glek!! Devan tak bisa berkata-kata. Tanpa sadar ia menginjak pedal gas begitu dalam, berharap segera tiba di tempat tujuan supaya bisa segera kabur dari tatapan maut Rosi dan Listy. (Next➡)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD