Tak Pernah Sedekat Ini

1318 Words
Lintang tak menyerah mengejar Kian. Pemuda itu sudah mati - matian membujuk Kian untuk sarapan dulu. Tapi anak itu malah menggeleng dan pamit berangkat begitu saja. Lintang mengejarnya sampai di gerbang depan, sambil membawa seplastik bubur sum - sum kuah manis jatah Kian. Ia berteriak meminta Kian untuk berhenti lari. Kelakuan Lintang itu sudah mirip seorang ibu yang memaksa anaknya yang bandel untuk makan. "Yan, nih, bawa aja buburnya! Nanti kamu kena maag, lho!" Ingin rasanya Kian menutup kedua telinga supaya teriakan Lintang tak terdengar lagi. Ia benar - benar buru - buru dan harus bergegas. "KIAN!" Kian sudah bersiap menyalakan mesin motor. Namun teriakan Lintang yang terakhir, berhasil menyentuh hati seorang Kian. Lama - lama kasihan juga dengan Lintang yang terus berteriak seperti orang gila, demi dirinya bisa sarapan. Kian turun lagi dari motor, menghampiri Kian untuk mengambil bubur sum - sum kuah manisnya. "Dibilangin gue udah telat. Malah lo teriak - teriak muluk kayak Emak - emak!" "Terserah, deh, kamu mau ngatain aku apa. Meskipun kamu buru - buru ngejar waktu buat seleksi tahap ketiga, kamu tetep harus sarapan!" "Iya, iya, Emak!" jawab Kian sekenanya. "Udah bagus si Lintang ngasih lo sarapan. Malah ngomel - ngomel! Pake ngeledek lagi." Ichal tiba - tiba muncul di belakang Lintang. "Ini bukan urusan lo, Mak Lampir!" "Urusan gue, lah. Segala urusan Lintang adalah urusan gue!" Ichal merangkul bahu Lintang dengan erat. Kadang Kian curiga dengan kedekatan kakak sulungnya dengan si Mak Lampir. Biasanya persahabatan antara dua laki - laki, tidak lah seintim ini. Jangan - jangan mereka .... Kian geleng - geleng, berusaha mengesampingkan pikiran nggeladurnya. "Gue berangkat!" sengit Kian, sembari berbalik, kembali naik ke moge Dion. Deru mulus moge ini menemani Kian sepanjang perjalanan. Kian tidak bisa ngebut karena jalanan sedang dipenuhi oleh kendaraan. Meskipun tidak macet, banyaknya kendaraan di jalan pastilah menghambat perjalanan. Pagi - pagi seperti ini semua orang memang memulai aktivitasnya secara serempak. Makanya jalanan benar - benar padat. Seperti apa yang dikatakan oleh Lintang tadi. Kian sangat terburu - buru karena pagi ini ada jadwal seleksi ketiga teater musikal. Setelah seleksi kedua yang dilaksanakan secara tertutup beberapa hari yang lalu, hasilnya dipajang di mading tiga hari kemudian. Telah dipilih lima besar calon kandidat pemain utaman laki - laki. Pun demikian dengan calon pemain wanitanya. Yang membuat semua orang semakin antusias dengan teater musikal tahun ini adalah, adanya persaingan antara Kian dan Yongki. Bahkan keduanya lolos dalam lima besar. Teater musikal pun semakin menjadi buah bibir di mana - mana. Seperti mereka yang heboh, Kian dan Yongki pun demikian. Kini mereka jarang - jarang melakukan adu mulut di kelas. Mereka hanya saling menatap tajam tiap kali bertemu. Tanda bahwa persaingan mereka sudah naik satu level dibanding sebelum - sebelumnya. Berbeda dengan seleksi tahap kedua yang dilakukan secara tertutup. Seleksi tahap ketiga ini dilakukan di lapangan sekolah, dengan panggung sederhana yang terpasang dengan apik. Seleksi ini, mirip dengan seleksi pertama dulu - dilaksanakan secara terbuka - sehingga dapat dilihat oleh banyak mata. Semua orang bebas menonton seleksi yang sedang dilakukan, sehingga mereka memiliki penilaian masing - masing atas semua calon pemeran utama. Dalam seleksi ketiga ini -- untuk pertama kalinya -- kandidat peran utama laki - laki dan kandidat pemeran utama wanita dipertemukan. Mereka akan diberi dialog sederhana, yang merupakan cuplikan dari dialog naskah teater musikal secara keseluruhan. Semua calon kandidat akan mendapatkan dialog yang sama, yang baru akan diberikan saat mereka datang, supaya adil. Semua mendapat waktu yang sama untuk latihan. Tidak apa - apa singkat. Karena sejatinya seleksi ketiga ini, ujian yang dilakukan adalah tentang spontanitas dan juga kemampuan membangun chemistry para calon pemain -- di luar bakat akting dan menyanyi mereka -- yang sudah teruji pada dua seleksi sebelumnya. Kian datang tergesa masih sambil memakan buburnya. Karena tak ada mangkuk atau semacamnya, Kian langsung memakan bubur itu dari plastik. Kian menggigit salah satu ujung plastik untuk memudahkannya. Beberapa siswi terlihat gemas melihat Kian memakan buburnya dengan cara seperti itu. Ia terlihat seperti anak kecil yang sedang makan makanan favorit. Ia duduk tenang di sebuah bangku di ruangan yang disediakan khusus untuk para calon pemeran utama musikal. "Lo di sini ternyata!" Mina mendadak muncul entah dari mana. "Lo lagi. Lama - lama gue gumoh lihat lo terus!" "Hari ini lo, kan, nggak masuk kelas. Dan gue tahu lo ada di sini. Gue cuman mau ngingetin, meskipun lo sibuk, lo nggak boleh lalai sama kewajiban lo!" "Kewajiban apaan lagi?" Bibir Kian cemberut maksimal. "Bukannya kemarin lo udah pinter ngerjain matrix? Terus gue kudu ngajarin lo apa lagi?" Mina terlihat cengengesan. Membuat taraf menyebalkannya naik beberapa kali lipat. Membuat Kian semakin kesal. "Sebenarnya gue tadi ke sini, cuman buat ngomong sesuatu yang penting sama lo!" "Tadi katanya mau ngingetin kewajiban gue, terus ganti pengen ngomong sesuatu yang penting. Jadi sebenernya mau lo apa? Ngomong aja lo kangen sama gue!" tembak Kian. Seketika Mina mengunci bibir Kian yang sedang mengerucut menggunakan jarinya. Supaya Kian tidak sembarang bicara lagi. "Kalo ngomong itu dipikir dulu! Mana mungkin gue kangen sama lo, Yan!" Kian melet - melet setelah Mina melepas kunciran tangan dari mulutnya. "Hoek ... tangan lo uasin, beneran! Lo nggak pernah cuci tangan apa?" Kian menggosok bibirnya dengan telapak tangan. "Apa pun yang pengen lo omongin, jangan sekarang! jangan ganggu gue! Gue lagi sibuk, dan bentar lagi giliran gue!" "Bentar doang, Yan!" "Nggak bisa!" tolak Kian final. Mina cemberut maksimal. Kesal sekali dengan penolakan dari Kian yang terkesan amat sombong. Mina yang kelas segera berbalik, meninggalkan Kian tanpa pamit. Karena rasa kesal yang masih besar, Mina berjalan asal, tak melihat kanan kiri. Alhasil, Mina menabrak sesuatu yang seketika membuatnya kehilangan keseimbangan. Mina segera memejamkan matanya. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana nanti sakitnya saat ia membentur lantai. Tapi ... ini sudah cukup lama sejak ia oleng. Kok ia tidak jatuh? Dan Mina merasa ada yang memeganginya sekarang. "Lo, tuh, clumsy banget, sih! Hati - hati dong!" Mina mulai membuka matanya yang sedari tadi terpejam. Ia mengenali suara seseorang yang sedang mengomelinya sekarang. Suara milik seseorang paling menyebalkan di dunia. Ternyata Kian - ah yang sudah berjasa menangkap tubuh Mina agar tidak jatuh. Mata Mina mengerjap beberapa kali. Karena ia tidak bisa melihat dengan jelas. Mina meraba area matanya. Oh, ternyata kacamatanya jatuh. Pantas saja penglihatannya buram. Tapi ia masih bisa melihat Kian dengan cukup jelas. Tentu saja. Bagaimana tidak jelas bila posisi mereka sedekat ini? Kurang sedikit lagi, pasti hidung mereka sudah saling bersentuhan. Kian terlihat jauh lebih tampan dilihat dari dekat seperti ini. Kulitnya yang putih bersih itu benar - benar nyata. Ada desiran aneh di hati Mina. Entah apa itu. Mina segera meronta melepaskan dirinya dari pelukan Kian. Mina terlihat salah tingkah. Ia belum berani menatap Kian lagi. Ia sedang berusaha mencari kacamatanya. Setelah ketemu, ia langsung pergi dengan cepat. ~~~~~TMRE - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~ Masya Allah Tabarakallah.        Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Theatre Musical: Roll Egg. Mau tahu kenapa dikasih judul Theatre Musical: Roll Egg? Ikutin terus ceritanya, ya.         Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.   Mereka adalah:          1. LUA Lounge [ Komplit ]                   2. Behind That Face [ Komplit ]              3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]              4. The Gone Twin [ Komplit ]         5. My Sick Partner [ Komplit ]        6. Tokyo Banana [ Komplit ]                7. Melahirkan Anak setan [ Komplit ]         8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]          9. Asmara Samara [ Komplit ]        10. Murmuring [ On - Going ]        11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]        12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]        13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]        14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]         Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.       Cukup 1 kali aja ya pencetnya.    Terima kasih. Selamat membaca.         -- T B C --          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD