Selepas kepergian Mina, Kian segera mengelus - elus dadanya. Rasa apa itu tadi? Kenapa rasanya sedikit ... aneh? Ada yang berdesir di sana saat ia memeluk Mina. Rasa itu semakin memarah kala Kian menatap wajah Mina dari jarak dekat. Ngomong - ngomong, Kian baru tahu bahwa ternyata Mina itu imut.
Teriakan yang terkesan tidak jelas dan urakan mulai terdengar. Khusus hari ini memang semua kegiatan sekolah ditiadakan. Karena siang ini adalah acara puncak seleksi para pemain utama musikal. Tentu saja hal ini menyedot banyak sekali perhatian.
Semua panitia juga pasti akan sibuk. Jadi, daripada terlalu banyak jumlah siswa yang meminta dispensasi, juga untuk mengantisipasi banyaknya murid yang membolos pelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar pun ditiadakan.
Seleksi dinilai oleh empat orang juri. Satu juri akting, satu juri vokal, satu orang penari, dan seorang pemain theatre musical lokal. Mereka terlihat menikmati setiap adegan yang terjadi di panggung. Adegan - adegan untuk menguji chemistry.
Satu orang kandidat Zachary dan satu orang kandidat Victoria, diminta untuk menyanyikan sebuah lagu duet yang ceria. Ceritanya ini adalah pertemuan pertama mereka. Karena sejauh ini audisi hanya dilakukan tiga tahap, belum ada audisi untuk menguji tarian.
Mereka boleh berdansa secara free style namun juga harus tetap bagus. Juri tari berada di sini untuk menilai postur tubuh para pemain. Dia akan memilih para pemain yang memiliki postur paling ideal dan juga keluwesan gerak tubuh mereka.
Satu per satu kandidat pemeran Zachary dan Victoria menunjukkan kebolehan bakat mereka. Mereka dipasangkan secara acak. Sudah bisa dipastikan bahwa satu orang kandidat Zachary, akan menikmati dipasangkan oleh lima orang kandidat Victoria. Begitupun sebaliknya.
Satu orang kandidat Victoria juga pasti akan merasakan berpasangan dengan semua kandidat Zachary. Karena sekali lagi, memang tujuannya adalah membangun chemistry satu sama lain.
Para penonton dan Juri memfokuskan pandangan mereka pada setiap adegan yang terjadi di panggung.
Ini adalah pertemuan pertama mereka. Zachary yang tak sengaja melihat Victoria sedang latihan ballet. Ia memandang gadis itu tanpa berkedip. Zack yakin bahwa ia belum pernah melihat Vic sebelumnya. Bagaimana bisa ia tak pernah tahu bahwa ada murid secantik Vic di sekolah?
Victoria memakai sebuah kostum ballet berwarna pastel. Stocking, sepatu dan jepit rambutnya berwarna senada. Vic menyanggul rambutnya yang panjang. Ia terlihat cute dan cantik sekaligus. Victoria sangat menghayati setiap gerakan ballet yang dilakukannya.
Secara tak sengaja, Vic juga melihat Zack sekilas. Ia sedikit malu saat tahu bahwa ada yang melihatnya. Namun ia segera membungkuk dan memberi salam pada Zack. Biar bagaimanapun ia harus tetap sopan. Zack tersenyum menatapnya. Dilihat dari pemampilannya, Victoria pasti berasal dari keluarga berada.
Namun ia tahu cara bersikap. Tidak seperti anak orang kaya pada umumnya. Yang akan bertindak tak manusiawi pada orang miskin sepertinya. Karena itu Zack merasa percaya diri untuk mendekat. Ia berjalan beberapa langkah, hingga jarak keduanya benar - benar berdekatan. Zack mengulurkan tangannya.
"Zachary."
"Victoria."
Sesuai dengan judul musikal nanti, The Trees They Do Grow High, yang diadaptasi dari lagu lawas dengan judul serupa, musikal ini mengisahkan tentang pasangan berbeda usia. Di mana Victoria adalah seorang wanita yang sudah dewasa, sementara Zachary masihlah anak SMA.
Setelah mereka berkenalan, baru lah Zachary tahu bahwa sebenarnya Victoria bukanlah siswi di sekolah, melainkan seorang pelatih ballet. Namun hal itu tak menyurutkan niat Zachary untuk tetap mendekati Victoria.
Zachary melangkahkan kakinya mengikuti ritme musik. Ia tersenyum menatap Victoria - nya yang selalu cantik. Zack menengadahkan salah satu tangannya. Victoria menyambutnya, dan Zack mendekap jemari itu.
[Zachary]
Just you and I - I - I
Sharing our love together
And I know in ti - i - ime
We ' ll build the dreams we treasure
And we ' ll be alright
Just you and I - I - I
'You & I', lagu lawas yang dulu dinyanyikan oleh Eddie Rabbit & Crystal Gayle yang sudah diaransemen ulang menjadi lebih modern. Zachary benar - benar menghayati lagu itu sambil menatap dalam wajah Victoria.
[Victoria]
Just you and I - I (just you and I - I)
We care and trust each other
With you in my life (with you in my li - ife)
There ' ll never be another
We ' ll be alright
Just you and I - I - I
[Together]
And I remember our first embrace
That smile that was o - on your face
The promises that we ma - ade, ooh - ooh - ooh
And now your love is my reward
And I love you even more - ore
Than I ever did before
We made it, you and I
Setelah enam jam seleksi berlangsung, akhirnya juri mempunyai kesempatan untuk menilai. Mereka sedang berada di sebuah ruangan khusus sekarang.
Sepertinya bukan hanya para kandidat saja yang tegang. Semua sudah tak sabar mendengar hasilnya. Mereka menunggu dengan perasaan tak menentu.
"Yang menang, kalo bukan Kian, ya pasti Yongki. Well, semua kandidat emang berbakat. Tapi nggak ada yang se - charming Kian sama Yongki. Mereka beda aja gitu!" komentar salah satu siswi.
"Meskipun hasilnya belum tentu, tapi gue juga yakin kalo yang menang adalah salah satu dari mereka!" sahut yang lain.
"Aiiih ... beruntung banget lima cewek yang jadi kandidat Victoria itu. Enak banget, dapet kesempatan ber - skinship ria sama Kian dan Yongki!"
"Hooh. Apalagi si Maria itu. Ya Allah ... nggak ikhlas banget pas dia adu akting sama Yongki tadi. Kayaknya mereka kok cocok banget!"
"Maria yang rambutnya panjang, kah? Yang anak XI - MIA - 1 itu?"
"Yup. Udah cantik, feminim, pinter, berbakat. Beuh ... semua direntengin sama dia. Kita nggak kebagian!!!!"
"Hooh, ya. Ya Allah ... nasib ... nasib!"
Dan masih banyak lagi komentar lain. Memang sebagian besar penonton ini adalah penggemar Yongki dan Kian. Sisanya adalah para teman sekelas kandidat lain. Meskipun sebenarnya mereka juga suka Yongki dan Kian, sih. Mereka mendukung teman sekelas mereka atas dasar loyalitas. Hati mereka menjerit protes ... tapi sekali lagi, semua demi persahabatan. Jadi lah mereka nonton dengan muka masam dan kurang antusias.
Kurang dari satu jam, juri sudah kembali ke singgasananya. Saat - saat yang paling menegangkan pun terjadi. Semua diam serempak tanpa dikomando. Ke sepuluh kandidat berjalan beriringan menuju panggung. Kian sedikit melirik tajam Yongki saat anak itu melintas jalan mendahuluinya. Kian merasa Yongki sengaja melakukannya untuk meremehkan dirinya. Dan Kian yakin dugaannya benar, saat Yongki menoleh dan tersenyum remeh padanya.
Salah satu perwakilan juri sudah bersiap dengan microphone - nya. "Baik. Setelah penilaian yang kami lakukan di dalam sana tadi, kami sudah menentukan yang terbaik untuk menjadi pemeran utama di Teater Musikal 'The Trees They Do Grow High' tahun 2013 ini.
Ah ... persaingannya ternyata sangat ketat, ya! Semua kandidat benar - benar berbakat dan juga hebat. Tapi tetap harus dipilih salah satu saja. Pertama, kami akan mengumumkan pemeran Victoria terlebih dahulu."
Hening. Semuanya berkonsentrasi mendengarkan. Seakan - akan menahan napas, agar tak tercipta suara apa pun.
"Selamat untuk Maria dari kelas XI - MIA - 1!" Sebuah kalimat dari juri yang berhasil membawa kembali teriak riuh yang terkesan ricuh.
Teman - teman sekelas Maria terlihat paling antusias. Mereka langsung berdiri dan berjingkrak sambil membawa banner kelas mereka. Banyak siswa lelaki yang juga antusias. Mereka sebenarnya juga mengidolakan sosok Ria yang kecil mungil, manis juga cantik itu.
"Kan, ternyata emang Maria yang menang!"
"Astagaaa ... kalo gitu aku nggak mau Yongki atau Kian yang menang!"
"Kenapa?"
"Aku tidak mau patah hati, lah. Meskipun gue bukan juri, tapi gue bisa lihat chemistry yang bagus antara mereka bertiga tadi. Hueee ... gue tadi udah cukup sakit hati. Nggak mau lagi. Pokoknya Kian sama Yongki nggak boleh menang. Titik!"
"Udahlah ... hiks ... jangan nangis ... hiks ... ikhlasin!"
"Iya, jangan nangis ... hiks ... lo nggak patah hati sendirian kok. Lo masih punya kita-kita, dan ratusan siswi lain yang juga broken heart. Hueeee ...."
Mereka saling mengatakan jangan nangis satu sama lain. Tapi pada akhirnya mereka malah menangis masal seperti itu.
Juri berdeham, mulai angkat bicara lagi. "Wah ... kebetulan sekali, ya, pemeran dan tokoh yang akan diperankan namanya hampir sama, Maria dan Victoria," canda juri itu. Sayang tak ditanggapi dengan baik, karena sebagian besar murid tengah berkabung. "Sekarang untuk pemeran Zachary."
Hening lagi. Suasana terlihat lebih mencekam daripada tadi. Para siswi itu terdiam. Layaknya sedang menunggu sebuah eksekusi hidup dan mati.
Tiga dari lima kandidat Zachary sudah pesimis duluan semenjak mereka masuk. Mereka sudah yakin tak akan menang. Juri hanya memilih mereka sebagai persyaratan lima besar saja. Bukannya pemenangnya sudah jelas? Kalau tidak Yongki, ya Kian.
Yongki dan Kian sendiri kini tengah berdiri. Mereka juga tegang. Tapi berusaha tetap tenang. Mereka berdiri di ujung kanan dan ujung kiri. Di antara tiga kandidat Zachary yang lain. Mereka tak mau berdiri bersebelahan. Pada hakikatnya mereka memang tak akan pernah mau berada berdekatan satu sama lain sejak dulu, dan mungkin akan selalu seperti itu selamanya.
"Baik lah ... karena suatu hal, untuk pemeran Zachary masih akan dilakukan satu seleksi lagi."
Lagi - lagi hening. Apa maksudnya itu?
"Kami masih bingung memilih di antara dua kandidat yaitu Yongki dan Kian. Mereka maju ke babak dua besar. Jadi mereka akan masih tetap terus berlatih sampai juri memutuskan siapa yang lebih pantas memerankan Zachary. Memang ini terkesan tidak tegas. Tapi kami harap semua pihak mau mengerti. Semua demi membuat drama Musical ini terlihat sesempurna mungkin. Maka dari itu kami perlu waktu lebih untuk menyeleksi pemeran Zachary."
Berbagai tanggapan muncul dari sana - sini. Mereka jelas kecewa.
"Wah apa - apaan ini?"
"Seleksi sekali lagi? Mereka ngajak bercanda, ya?"
"Wah ... itu namanya mainin perasaan orang. Pasti Kian sama Yongki kecewa banget!
"Kita - kita aja kecewa banget, apa lagi mereka! Padahal mereka udah sama - sama berusaha sangat keras buat hari ini. Eh, jurinya malah ngaco!
"Udah ... udah ... juri itu emang kurang profesional. Tapi bayangin aja kalo kalian ada di posisi mereka, kalian juga pasti bakal bingung, kan?"
"Iya juga, sih!"
Di atas panggung sana, Kian terlihat mengepalkan jari - jarinya. Padahal ia sudah yakin akan menang. Ia tadi sudah mengerahkan semua kemampuannya saat tampil. Ia ingin semuanya cepat selesai dan segera bertemu Bu Ivo. Tapi apa?
Malah ia masih harus bersaing sekali lagi dengan si Menyebalkan, Yongki. Berlatih bersama pula. Lalu kapan ia akan bertemu Bu Ivo? Ia butuh cepat! Karena Lintang tak bisa menunggu lebih lama lagi.
Yongki malah sudah turun dari panggung duluan. Gurat kekecewaan terpatri jelas di wajahnya. Jadi ia harus menunggu lagi? Mau sampai kapan ia harus terus menunggu? Bukannya selama hampir enam tahun ini sudah cukup lama? Ia hanya ingin bermain di Teater Musikal sekolah. Itu saja. Sederhana, bukan?
Kian juga turun panggung dengan tergesa. Ia berjalan dengan cepat hingga tidak sengaja menabrak Yongki. Yongki tak sampai jatuh, sih. Tapi entah kenapa ia malah emosi. Apa lagi setelah tahu yang menabraknya adalah Kian. Suasana hatinya sedang buruk karena pengumuman mengesalkan tadi. Ditambah lagi ia didorong seperti itu. Atau lebih tepatnya tak sengaja terdorong sebenarnya.
Tanpa pikir panjang, Yongki segera melayangkan sebuah pukulan ke arah mata kanan Kian. Kian langsung terjatuh karenanya. Suasana di belakang panggung mendadak panas. Perhatian semua orang terfokus pada satu titik. Kian segera berdiri dan hendak membalas Yongki.
"Heh, ada apa ini?" Salah seorang mantan kandidat Zachary yang lain segera melerai mereka. "Kenapa kalian malah ...." Belum selesai ia bicara, Kian malah mendorong anak itu kasar. Anak itu sampai terjatuh karenanya.
Mina yang baru saja datang, segera lari lagi keluar setelah tahu Kian dan Yongki akan berkelahi. Ia merasa harus melakukan sesuatu untuk hal ini.
BUG!
Kian balik memukul Yongki. Ia tadi sudah emosi karena pengumuman tidak tegas dari juri itu. Ia tadi sudah berbaik hati dengan hendak minta maaf karena tak sengaja mendorong Yongki. Ia sudah berusaha menahan emosinya sendiri. Tapi Yongki malah memukulnya. Membuat emosinya tidak jadi surut.
Perkelahian pun tak dapat dihindari. Mereka terus saling memukul sampai keduanya terjatuh ke lantai. Semua kandidat dan para panitia yang sudah kembali ke belakang panggung hanya bisa menatap mereka prihatin. Tidak berani melerai. Takutnya akan bernasib sama seperti anak yang didorong Kian tadi.
Tubuh Yongki yang lebih kecil dari Kian dengan mudahnya dikendalikan oleh Kian. Ia sekarang sudah berada di bawah. Membuat Kian dengan mudah menyerangnya dengan pukulan bertubi. Tapi Yongki juga tak mau kalah. Ia terus memukul Kian juga.
PRIIIIITTTTT!
Suara peluit terdengar keras. Mina datang lagi dengan membawa Pak Saipul-seseorang yang meniup peluit itu. Mina tadi memang langsung tanggap bahwa Yongki dan Kian takkan bisa dileraikan begitu saja. Hanya Pak Saipul ini yang bisa melerai mereka. Makanya ia langsung memanggil Pak Saipul.
Pak Saipul ini adalah kepala tata tertib sekolah. Ia adalah guru olah raga. Meskipun badannya gembul, tapi ia lincah. Dan Kian dan Yongki cukup takut padanya. Pak Saipul memang punya kharisma yang membuat para siswa segan padanya. Kebiasaan saat menemukan ada murid yang melakukan pelanggaran, ya meniup peluit seperti tadi.
Pak Saipul pun segera melerai dua murid itu. "Apa-apaan kalian ini? Bikin malu aja!"
Setelah berhasil membuat Yongki dan Kian berdiri lagi. Pak Saipul lanjut memarahi mereka."Mau jadi apa kalian nanti? Kalian itu udah kelas 12! Bukannya ngasih contoh yang baik ke adik kelas, malah kelakuan kalian semakin barbar!" Pak Saipul menunjuk muka Kian dan Yongki bergantian. "Ayo ikut saya!" Pak Saipul memberi kode pada Kian dan Yongki untuk mengikutinya.
Kian dan Yongki sebenarnya enggan untuk ikut. Kalau sudah urusan dengan Pak Saipul, pasti juntrungannya panjang. Kenapa juga si Mina harus memanggilnya tadi? Mereka pun tak ada pilihan lain, kecuali mengikuti Pak Saipul, dan menerima sanksi apa pun nanti.
~~~~~TMRE - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~
Masya Allah Tabarakallah.
Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Theatre Musical: Roll Egg. Mau tahu kenapa dikasih judul Theatre Musical: Roll Egg? Ikutin terus ceritanya, ya.
Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.
Mereka adalah:
1. LUA Lounge [ Komplit ]
2. Behind That Face [ Komplit ]
3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]
4. The Gone Twin [ Komplit ]
5. My Sick Partner [ Komplit ]
6. Tokyo Banana [ Komplit ]
7. Melahirkan Anak setan [ Komplit ]
8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]
9. Asmara Samara [ Komplit ]
10. Murmuring [ On - Going ]
11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]
12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]
13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]
14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]
Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.
Cukup 1 kali aja ya pencetnya.
Terima kasih. Selamat membaca.
-- T B C --