“Dokter Adam....” Naira melangkah pelan menghampiri pria tampan yang menatapnya dengan ekspresi datar. Namun, manik hitam milik pria itu seakan menyalurkan kehangatan buat Naira hingga membuatnya merasa aman dan nyaman. Kedatangan Adam memberikan kejutan padanya. Ia juga kaget karena mendengar bahwa Om Wibowo lah yang memanggilnya kemari. “Ayo! Kita obati luka kamu,” bicara Dokter Adam juga sedatar wajahnya. Ia seperti sedang menahan amarahnya, tetapi entah mengapa Naira paham jika Adam tidak sedang marah kepadanya atau kepada Wibowo. “Apa yang mau diobati? Aku kan tidak terluka.” Naira menggeleng kecil, menolak ajakan Dokter Adam. Jelas sekali raut wajah Adam semakin tertekuk. Tangan pria itu terulur pada wajah Naira. Dokter Adam tanpa banyak bicara lantas menekan ujung bibir Naira