Pesta Pertunangan

1054 Words
Mario dan Meisya baru saja tiba di tempat pesta ketika teman Mario tersebut sudah bertukar cincin. Mereka memang agak telat karena perjalanan ke sini macet. "Selamat, Bro. Semoga lancar sampai hari H." Mario menghampiri temannya yang telah bertunangan itu. "Thank you. Makasih juga udah dateng," balas Arya--teman klub mobil Mario yang dulu sempat bermasalah dengannya gara-gara seorang perempuan. Mario ketahuan bermain dengan pacar Arya. Bukan hanya menjadi selingkuhan, tapi hubungan Mario dengan mantan pacar Arya yang bernama Sonya tersebut sudah kelewat batas. Mario meniduri kekasih yang sangat disayang oleh Arya. Arya sempat mengamuk kepada Mario hingga membuat lelaki itu sempat dirawat di rumah sakit. Hubungan persahabatan mereka retak dan Mario juga dijauhi oleh teman klub mobilnya yang lain karena mereka semua leboh memihak kepada Arya. Mario tak lagi berkomunikasi dengan cukup lama. Tiga bulan yang lalu, baru lah Arya mendatanginya kembali. Dari situ, mereka mulai menjalin hubungan pertemanan kembali. Arya telah melupakan segalanya. Lagi pula, waktu itu tidak sepenuhnya salah Mario. Sonya juga bersalah. "Kenalin, ini istri gue, Meisya." Arya tersenyum. "Kayak pernah lihat." "Yang waktu itu gue bawa ke vila." "Oalah, pantesan familier wajahnya. Hai, Sya, masih inget gue?" Arya mengulurkan tangannya yang disambut oleh Meisya dengan menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tipis. Meisya mengangguk. Dia baru ingat dengan sosok lelaki di hadapannya ini. Lelaki yang menjadi ketua klub di komunitas mobil yang pernah diikuti oleh suaminya. Meisya juga baru ingat jika lelaki ini saat itu begitu menonjol di sana karena parasnya yang tampan dan juga memiliki seorang kekasih yang cantik dan seksi. Tunggu, bukan kah kekasih dari lelaki itu pernah dilihat oleh Meisya berciuman dengan Mario di gazebo yang terdapat di vila? Apa lelaki itu bertunangan dengan kekasihnya itu? Meisya lupa siapa nama perempuan itu. "Tunangan lo mana, Ar?" tanya Mario mewakili rasa penasaran Meisya. "Itu lagi ngobrol sama teman-temannya. Bentar, gue panggil dulu." Meisya mengarahkan pandangannya mengikut langkah kaki Arya yang menghampiri seorang perempuan yang terlihat memakai kebaya dengan warna yang sama dengan batik yang dikenakan oleh Arya. Dari jauh Meisya bisa melihat kalau bukan perempuan itu yang pernah dia lihat di vila. *** Meisya cepat akrab dengan tunangan Arya yang bernama Ratih. Sekarang dirinya ikut bergabung dengan Ratih dan teman-teman perempuan itu. Tunangan Arya itu ternyata masih kuliah, satu tingkat di atas Meisya, semester tujuh. Mereka seumuran. Rupanya, Ratih berkuliah di kampus yang sama dengan Meisya. Hanya saja beda jurusan. Ratih rendah hati, tidak sombong walau pun berasal dari keluarga berada. Meisya menyukai perempuan berparas manis dengan tutur kata lembut itu. Sungguh beruntung Arya mendapatkan perempuan seperti Ratih. "Jadi, kamu udah punya anak? Wah, gimana rasanya, Sya?" tanya Ratih antusias. Dia menerima ajakan Arya untuk bertunangan, namun belum terpikir olehnya untuk menikah dalam waktu dekat. Ratih ingin menyelesaikan kuliahnya dulu. "Seru, sih. Ada susah senangnya, ya, dinikmati aja. Ngelewatin masa begadang, mengASIhi, dan banyak lagi. Kadang ngerasa capek, tapi rasa itu hilang ketika ngeliat bayiku tertidur pulas atau lagi aktif-aktifnya bermain. Apa lagi sekarang udah mau 1 tahun, lagi lucu-lucunya." "Kenapa lo nanya-nanya? Udah nggak sabar pengen cepat dihalalin sama Kak Arya?" celutuk salah satu teman Ratih. "Umm, gimana, ya? Aku tuh tadinya mikir mau lulus kuliah dulu, baru menikah. Tapi setelah ngobrol sama Meisya, aku jadi pengen nikah juga." Meisya terkekeh. Dia saja dulunya tak berniat menikah di usia yang masih muda kalau bukan karena hamil. Di bagian tempat lain, di bagian meja pojok, ada Mario, Arya dan teman mereka lainnya tengah berkumpul. Sudah lama mereka tak semua tak saling bertemu sejak Mario dan Arya bermasalah. "Nikah nggak ngundang-ngundang lo, Bro!" ucap salah satu teman mereka yang bernama Panca. "Nggak dirayain, cuma acara sama keluarga aja," jawab Mario tidak berbohong. Pernikahannya dengan Meisya memang hanya dihadiri oleh pihak keluarga. Dari temannya tak ada satu pun yang diundang, kecuali mantan kekasihnya--Pelangi yang datang bersama pasangannya, Jerry. Mario ingin mengadakan resepsi--sekaligus ingin memperkenalkan Meisya sebagai istrinya kepada banyak orang yang dikenalnya, tapi hingga saat ini Meisya belum menyetujui niatnya tersebut. "Istri lo bening banget. Bisa aja lo nyarinya. Temen satu kampus apa gimana?" Teman Mario yang bernama Kevin kali ini yang bertanya. "Satu kampus dulunya, tapi dianya adik tingkat gue. Kalian pada pernah ketemu dia, kok." "Masa, sih? Kapan?" "Yang pernah gue bawa ke vila waktu kita ada acara kumpul di puncak." "Temen jadi demen, ya?" ledek Arya. "Gue baru inget kalau lo dulu bilang dia cuma temen. TTM maksudnya?" Mario tersenyum masam. Kurang lebih seperti itu lah hubungannya dengan Meisya dulu. Tapi, atas dasar paksaan darinya. "Gue kira lo bakalan jadi sama Pelangi. Secara kalian udah lama banget pacarannya," lanjut Arya lagi. Pelangi adalah pacar terlama Mario. Pacar yang benar-benar dicintainya. Bodohnya, dia malah tak bisa meninggalkan kebiasaan buruknya yang tidak bisa didapatkannya dari Pelangi. Mario mendapatkan apa yang dia mau dari Sonya, sebelum akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Meisya satu-satunya sebagai perempuan yang ingin dia tiduri. Mario pikir, dunianya terasa hancur ketika Pelangi mengakhiri hubungan mereka. Nyatanya, dia jauh merasa hancur melihat Meisya bersama lelaki lain. Dia sempat menolak untuk bertanggung jawab pada kandungan Meisya. Namun, setelah itu dia menyesali perbuatannya. Mario butuh waktu lama untuk membuat sikap Meisya yang dingin padanya, kembali menghangat. Mario menggeleng mendengar ucapan Arya. Baginya, tak ada lagi nama Pelangi atau siapa pun setelah dia meyakinkan hatinya bahwa dia mencintai Meisya. Mario memang merasa bersalah terhadap hal buruk telah dilakukannya kepada Meisya. Di sisi lain, dia tak menyesal telah menghamili perempuan itu. Mario yang awalnya mengira tak punya rasa pada Meisya setiap kali menyentuh perempuan itu, ternyata menyadari betapa dia sangat menginginkan Meisya untuk tetap berada di sisinya. Karena Mario telah mencintai Meisya sejak lama tanpa disadarinya. Cinta yang tumbuh karena sering bersama untuk perempuan polos yang diam-diam Mario perhatikan sejak dari ospek. "Gue beruntung punya istri kayak dia," ucap Mario tiba-tiba sambil menatap Meisya yang sedang tersenyum bersama tunangan Arya dan lainnya di meja yang berbeda. "Gue bersyukur, lo berdua nggak ada yang berakhir sama Sonya," ucap Panca menyela. Semua teman mereka yang ada di sana sontak menoleh pada Panca. "Dia perempuan nggak bener!" lanjut Panca lagi, tanpa peduli tatapan tajam teman-temannya. Pasalnya, nama perempuan itu pernah membuat hubungan antara Arya dan Mario merenggang. Mario jadi penasaran. Di mana Sonya saat ini berada? Dia sungguh marah pada perempuan itu karena apa yang telah dilakukannya terhadap Meisya. Namun, Sonya yang dicarinya tiba-tiba saja menghilang. Ingin bertanya pada Arya, tapi takut temannya itu salah paham padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD