"Hanya ada suara-suara menyeramkan membuat bulu kuduk seakan berdiri."
*****
Perjalanan yang mereka lalui benar-benar sepi hingga tidak ada satupun makhluk yang berlalu lalang. Satupun hewan tidak ada yang lewat. Mungkin hanya hewan-hewan kecil saja seperti semut yang keberadaannya masih aman.
Harry menggandeng Estel Dan berjalan dengan tenang. Sambil memikirkan cara bagaimana bisa dia membuat monster itu mati. Atau setidaknya mencari kelemahan monster itu.
Sibuk memikirkan itu sampai tidak sengaja Estel menginjak ranting kayu yang tajam membuat Estel seketika berteriak tidak terlalu kencang. Namun, mampu membuat suara monster itu seakan mendengarnya.
"Ahhh...."
"Estel kamu enggak papa?" tanya Harry dengan cepat Dan juga pelan. Terlihat kaki anaknya yang berdarah. Ranting itu masuk ke dalam kaki anaknya.
"Papi sakit sekali. Papi...."
"Shutt sayang tenang ya...."
"Papi, suara monster itu, Pi," ucap Estel lagi. Seketika rasa sakitnya tidak terasa yang ada malah suara monster itu yang seakan mendekat.
"Pi...."
"Tenang sayang. Ingat jangan bersuara kalau memang kondisi sangat terancam kamu bisa tahan napas. Ingat itu ya, Estel." Mata Estel membulat tidak jauh di depan mereka monster itu berjalan.
"P ... Pi...." tunjuk Estel di depan mereka. Harry berusaha tenang. Dia menggendong anaknya berjalan perlahan.
"Tenang, Estel jangan bersuara," bisik Harry. Harry berjalan mundur dengan pelan. Estel memilih menyembunyikan wajahnya di leher Ayahnya. Sesekali dia melihat ke arah monster itu. Mosnter itu berjalan ke arah kanan tapi beberapa saat lagi berjalan ke arahnya. Jantung mereka berdua berpacu kencang. Bulu kuduk mereka berdiri dan seketika, Harry menginjak ranting pohon lagi. Matanya membulat kala monster itu pun langsung tertuju ke arahnya.
"Papi, aku takut."
"Tenang sayang." Harry berbalik arah Dan berlari dia mencari Tempat yang aman jarak monster itu kian semakin dekat.
"Ahhh...."
.....
"Harry...." teriak Angelina membuat Steven terkejut Dan langsung bangun. Anak mereka Eveline pun jadi menasik mendengar teriakan Ibunya.
"Mami kenapa, Mi?" tanya Steven lagi. Steven mengangkat Eveline ke gendongannya sambil menenangkannya. Dia takut karena tangisan Eveline monster itu malah mendengarnya.
"Shutt ... adek tenang ya...." Steven sudah sangat was-was dia takut kalau monster itu datang dan membuat keluarga mereka terancam.
"Sinikan, Evelinenya...." Angelina meminta Eveline ketika dia sudah merasa tenang. Steven pun memberikan Eveline ke Maminya. Angelina langsung memberikan ASI untuk anaknya tapi anaknya take kunjung diam juga.
"Shut ... sayang ini, Mami, nak. Yuk Mimi yuk." Angeline berdiri dan mengayun-ngayunkan Eveline.
"Mi, kayaknya adek kaget jadinya dia masih enggak mau minum, Mi," ucap Steven lagi mengelus pipi adiknya.
"Eveline sayang shut tenang ya, nak."
"Eveline tenang!" suara Angelina yang baru kali ini membentak Eveline pun membuat Steven terkejut. Tidak biasanya, Maminya itu sampai marah seperti ini.
"Mi, udah jangan dimarahin, Evelinenya."
"Oek .... oek...." Tangis bayi itu tidak ada berentinya. Angelina takut kalau monster itu mendengar begitupun dengan Steven. Steven ke luar untuk menengok ke luar. Hari sudah siang.
Dia lantas mengambil minum untuk, Maminya. Setelah sudah dia langsung kembali ke kamar Maminya Dan memberikan minum kepada Maminya.
"Mi minum dulu. Biar Eveline sama aku aja." Steven memberikan minum kepada Maminya Dan mengambil alih Eveline. Adiknya yang kecil itu tetap menangis tidak seperti biasanya.
"Steven, Mami takut terjadi sesuatu sama Papi Dan adikmu," ucap Maminya dengan pandangan kosong.
.....