Manusia Kanibal

1013 Words
"Betapa terkejutnya dia saat belum selesai montser satu datang tapi muncul lagi manusia aneh itu." ****         Saat sudah menemukan alat timba yang diperlukan, Steven langsung saja hendak berbalik ke belakang rumah mereka lagi untuk membantu Ibunya mencuci. Tapi, saat dia sedang berjalan dia melihat semak-semai yang Bergerak seperti ada orang lain di sini.     Steven berjalan pelan, dia takut kalau memang monster itulah. Dia berjalan pelan jangan sampai menimbulkan suara apapun. Sampai akhirnya manusia aneh itu muncul. Steven membulatkan Matanya lebar-lebar. Dia langsung menunduk di sebuah bangunan yang bisa menyembunyikan agar tidak ketahuan orang itu.    Orang itu terlihat sambil berbicara. Namun, Steven sama sekali tidak mengerti maksud mereka. Gawat kalau sampai Maminya melihat atau mereka menghampiri Maminya lebih gawat. Tidak, dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Sambil mengintip Steven melihat ke arah sana. Masih ada mereka di sana.    "Sial. Aku harus cepat ke Mami dan menyuruh, Mami untuk masuk ke dalam rumah." Steven berjalan cepat ke dalam rumah dengan berjongkok. Hati-hati agar tidak terlihat orang itu. Perasaannya campur aduk dia tidak boleh sampai ketahuan. .....     "Mi, ayo kita masuk ke dalam," ucap Steven sambil berbisik. Dia sudah sampai menghampiri Maminya. Dia sangat terkejut kala tahu kalau ada manusia kanibal. Jangan sampai mereka mati sia-sia di tangan manusia pula.   "Kenapa? Mami mau nyuci piring kamu udah ambil alat timbanya 'kan?" tanya Maminya masih sibuk mencuci piringnya.   "Mi ayo masuk dulu ini gawat. Aku jelasin di dalem, Mi," tarik Steven dengan suara pelan. Maminya hanya mengerutkan keningnya dia pun mencelupkan tangannya yang masih ada sabun ke ember yang masih terdapat air di sana.      Kemudian mereka langsung masuk. Tapi, ternyata manusia kanibal itu sudah lumayan dengan mereka. Jangan sampai, mereka tahu keberadaan kita nanti akan semakin rumit masalahnya.   "Steven itu ada orang," ucap Maminya yang menyangka manusia kanibal itu adalah orang. Iya, mereka orang tapi mereka adalah kanibal.     "Bukan, Mi. Mereka kanibal sudah ayo buruan masuk." Steven berkata sekilas dan menyeret Maminya masuk ke dalam.     Sampai akhirnya mereka sudah masuk ke dalam, pintu dia tutup rapat agar tidak ketahuan. Dengan jantung berdetak Steven duduk di tangan bawah tanah itu lebih dulu.   "Kalian kenapa? Steven kenapa muka kamu pucat sekali, nak?" tanya Papinya saat melihat mereka masuk ke dalam dengan suara yang sedikit berisik.    "Apa di luar ada monster itu lagi, Kak?" tanya Estel di belakang Papinya. Steven menggelengkan kepalanya sambil mengatur napasnya. Masih ingat sekali saat Paman Werd dimangsa manusia itu tanpa ampun. Rasanya Steven bergidik saat mengingat kejadiaan itu.    Herry yang tidak mendapat jawaban dari Steven pun akhirnya menanyakan kepada Istrinya, "Ada apa, Mi? Apa kalian habis terancam muka kalian terlihat sangat panik," ucap Harry lagi.   "Steven bilang ada manusia kanibal. Tapi, mereka terlihat seperti kita. Mami, kira mereka manusia yang masih bertahan juga."   "Bukan, Mi. Itu mereka yang bunuh, Paman Werd. Steven sangat ingat. Tanpa rasa kasihan sesama manusia mereka mencopoti tubuh Paman Werd tanpa ampun. Bahkan mereka mencopotinya spertti sedang mencopoti tangan atau kaki hewan," jelas Steven lagi. Mereka Semua pun terbengong saat mendengar jawaban Steven jadi manusia kanibal itu musuh Baru kita lagi saat ini.   "Kamu yakin, Stev? Tadi, Mami lihat mereka masih seperti kita pada umumnya," jawab Steven. Ya, memang benar tadi dia melihat manusia itu masih sama dengan dirinya. Tapi, setelah anaknya mengatakan itu Angelina mau tidak mau pun percaya.   "Respon yang Mami utarakan sama persis saat aku ingin menyapa mereka. Tapi, Paman Werd melarang Dan ternyata lihatlah. Mereka malah memangsa Paman Werd. Mereka.manusia tapi kenapa harus memakan manusia lain." Harry dan mereka semua terdiam gantian Estel yang berbicara bawah dia merasakan takut juga.   "Mami, Papi aku takut. Monster itu belum pergi kenapa ada monster baru lagi. Apa kita semua akan tewas di sini?" tanya Estel lagi.   "Tidak sayang, tenang saja Papi akan tetap menjaga kalian."   Harry memandang lagi Steven dia butuh informasi lain supaya dia tahu lebih detail tentang itu, "Kalian istirahat aja dulu. Papi akan bicara dengan Steven," ucap Harry lagi.   "Iya, Pi," jawab Maminya setujua Dan hendak mengajak Estel. Tapi, anaknya lagi-lagi keras kepala untuk ikut bersama suami Dan anak pertamanya.   "Ayo, Estel kamu juga perlu istirahat."   "Aku masih mau sama, Papi, Mi. Aku mau denger ceritanya."    "Estel kamu sama, Mami dulu kamu masih kecil jadi enggak perlu tahu."   "Kalian selalu menganggap Estel kecil. Estel sudah Lima tahun. Estel sudah besar, Pi," jawab Estel dengan memaksa. Bisa-bisanya Estel mengatakan Lima Tahun besar. Sedangkan makan saja masih suka nyisa.   "Enggak bisa, Estel kamu masih anak kecil. Papi Dan Kakak sekalian ingin memantau manusia aneh itu," jawab Papinya lagi.   "Estel mau ikut, Pi," jawab Estel dengan kekeh.   "Estel kamu enggak bisa maksa kayak gitu. Ini semua demi kebaikan kita. Kamu ikut, Mami," ucap Maminya dengan nada yang sedikit tinggi. Estel pun akhirnya menyerah dan menurut ikut masuk ke dalam kamar Maminya. Padahal, ingin sekali dia membantu tapi Papi Dan Maminya malah melarang. Jadi, mau tidak mau Estel pun mengikuti Maminya masuk ke dalam.   Kini tinggal tersisa Steven dan Harry. Harry duduk di bawah Steven hanya berjarak dua tangga. "Stev, kamu tahu jumlah mereka berapa?" tanya Harry untuk menggali informasi lebih dalam. Karena seharusnya yang ada itu cuma montser mengerikan itu bukan malah manusia kanibal.   "Tadi, hanya tiga. Namun, saat kemarin Paman Werd tewas di tangan mereka ada Lima manusia itu."   "Kamu tahu asal mereka? Atau di mana tempat bermukim mereka?" tanya Harry lagi. Kalau memang benar manusia kanibal itu ada Dan tinggal di sekitaran rumag mereka. Itu artinya Steven harus selalu berjaga-jaga.   "Tidak. Memangnya kenapa, Pi? Papi enggak berniat untuk menghampiri mereka 'kan?" tanya Steven dengan tidak percayanya.   "Kita memang harus ke pemukiman mereka, Stev supaya kita tahu tempat tinggal mereka." Steven membulatkan Matanya. Untuk apa lagiqn kitq semua sudah selamat di sini. Steven tidak mau menambah masalah lagi.   "Untung mencari tahu keberadaan mereka. Kalau mereka dekat bersama kita. Berarti resikonya akan semakin besar kalau kita di sini. Kita tidak tahu kapan bahaya akan muncul atau diam-diam kita tertangkap oleh mereka. Manusia akan lebih berbahaya mungkin dibanding dengan monster itu."   "Tapi, monster itu juga bahaya. Jadi, yaudah enggak usah, Pi," jawab Steven yang kesal sendiri. Papinya sangat tidak bisa ditebak pemikirannya. Untuk apa coha mengetahui rumah manusia kanibal itu.   .....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD