Bab 13

1153 Words

Pekerjaan dapur pagi ini jauh lebih banyak diurus oleh Naura, karena aku lebih sering melamun dan terlalu lamban merespon. Setiap kali melihat wajah pucat Naura, aku langsung merasa bersalah. Gadis ini terlalu kuat, masih bisa tersenyum dengan keadaannya seperti ini. Jujur, aku iri sekaligus bangga. Adit bisa memiliki adik yang masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri. Namun, di sisi lain, aku jadi segan dengan Naura. Setiap kali ia mengajak bicara, aku hanya bisa memperhatikan bekas-bekas kejahatan kakakku padanya. "Kak Nissa," tegur Naura secara tiba-tiba. Aku langsung menegakkan tubuh, dan menoleh padanya. "Kak Nissa nggak papa? Dari tadi lebih sering melamun. Sini, biar aku yang selesaiin," ucapnya antusias, lalu secepat kilat merebut spatula dari tanganku. "Kakak pangg

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD