Siang hari yang terik menyebabkan seorang laki-laki mengusap wajahnya berulang. Rindangan pohon tidak bisa melawan suasana panas yang sangat menyengat. Dia sibuk menatap layar smartphone untuk mengisi waktu luangnya. Ya dia adalah Kahfi yang tengah menunggu sang istri mengurus segala macam administrasi untuk melanjutkan pendidikannya selesai selesai mengambil cuti . Dia sudah menawarkan diri untuk mengurus adminitrasi Fiyah, namun siapa sangka tawarannya ditolak dengan lembut. Mereka kekampus tidak membawa Alfa karena usianya masih sangat kecil untuk menghirup udara luar yang tidak baik. Mama dan Papa Kahfi masih berada dirumah kontrakan mereka. Sebenarnya Kahfi juga tidak tega melihat Papanya harus bolak balik karena memegang tanggung jawab bisnis. Tetapi mau apa dikata, yang namanya orang tua akan melakukan apapun untuk kebaikan anaknya.
Kahfi mematung melihat begitu banyak mahasiswa angkatan baru yang mengurus administrasi pendaftaran. Semakin lama dia semakin yakin bahwa kampus mereka sudah banyak meraih prestasi sehingga calon mahasiswa mengincarnya.
"Assalamu'alaikum, maaf ya bang kelamaan nunggunya" Fiyah mendatangi Kahfi dengan jalan yang masih belum sempurna. Kakinya belum sembuh total, masih butuh perkiraan 1 tahun untuk bisa kembali normal.
"Wa'alaikumsalam, iya gak apa-apa. Gimana kakinya ada kerasa sakit" Kahfi sangat khawatir, apalagi Fiyah tidak kuat untuk berdiri terlalu lama. Paling bertahan hanya sampai 1 jam.
"Alhamdulillah enggak bang, Tadi bu Siska juga disuruh duduk kok gak berdiri. Abang jangan terlalu khawatirin Fiyah"
"Iya iya, Suami khawatir tanda sayang lo Yang. Orang diluaran sana pengen banget di perhatiin, suami ini malah gak mau kan aneh"
Fiyah tersenyum melihat tingkah menggemaskan suaminya. Wajah dingin yang dibalut dengan ekspresi cemberut membuat hiburan tersendiri untuk nya.
"Jangan cemberut dong, gak malu diliatin Maba tu?" Fiyah terkikik geli dengan tingkah aneh suaminya.
"Harusnya cemburu dong Yang, Daddy Alfa dari tadi diliatin maba terus lo. Bahkan ada yang terang-terang minta kenalan lo Yang" Kahfi ingin melihat apakah benar istrinya ini mencintainya, sedangkan selama pernikahan mereka tidak ada rasa cemburu untuknya. Hanya Kahfi yang seperti cacing kepanasan melihat istrinya berinteraksi dengan orang yang dimasukan ke daftar hitam yang dibuatnya. Kalau dipikir-pikir memang Kahfi terlalu berlebihan, tetapi sang istri tidak keberatan ya sudah Kahfi malah senang.
"Ya udah kenalan aja sana, sekalian ajak makan kek" Fiyah membalas dengan datar. Dia juga merasakan banyak perempuan yang melihat kearah mereka. Dia rasanya ingin berteriak "Ini Suami aku, Dia udah punya anak jangan diliatin mulu". Tetapi dia tidak mampu mengeluarkan kalimat tersebut dan hanya bisa menelannya bulat-bulat.
"Ide bagus tu Yang, Kan islam memperbolehkan istri lebih dari satu" Ingin rasanya Fiyah melemparkan Pempers Alfa diwajah polos Kahfi. Tetapi dia langsung beristigfar didalam hati karena apa yang dipikirnya tentu saat dilakukan akan mendapat dosa besar dan murka Allah. Dia bukan tidak menyukai poligami karena itu termasuk kedalam syariat Allah tetapi iman tidak sekuat wanita-wanita mulia dizaman Rasulullah. Dia untuk saat ini belum sanggup apabila melihat suaminya membagi cintanya kepada perempuan lain.
"Lah Yang kok pergi, Yang" Kahfi memanggil istrinya, Senyum Kahfi terpancar sangat lembar. Bahkan itu membuat banyak kaum hawa tambah pesona.
"Yang jangan cepat-cepat jalannya, Yang Ingat kakinya belum sembuh total. Yang!!" Kahfi mengejar laju sang istri berjalan. Wajahnya yang semula menampilkan senyum lebar pelahan berganti dengan wajah kekhawatiran. Percayalah mereka sekarang sudah menjadi pusat perhatian karena bertingkah seperti pada drama ataupun sinetron yang sering kali muncul di televisi.
Kahfi menarik tangan Fiyah agar menghentikan langkahnya sehingga tarikan itu membuat sang istri berada dipelukannya.
"Sayang" Kahfi bersyukur istrinya dalam keadaan baik-baik saja.
"Udah lepas Abang buat Fiyah kesel aja" Fiyah melepaskan dirinya dari dekapan Kahfi.
"Sayang abang minta maaf"
"Nggak mau" Fiyah menolak mentah-mentah.
"Sayang nggak boleh kayak gitu loh" Kahfi kembali manarik tubuh Fiyah kedalam dekapannya.
"Abang sih buat kesel aja, apa lagi anak juga baru brojol udah bahas poligami" Kahfi merutuki dirinya. Dari begitu banyak cara agar istrinya memperlihatkan kecemburuannya, kenapa dia malah memilih bahasan poligami. Ingatkan Kahfi bahwa dia tidak akan pernah membahas ini lagi seumur hidupnya. hehe
"Hei lihat abang sini" Kahfi Memegang dagu sang istri agar mau menatap ke arahnya. Dia bisa melihat bahwa istrinya tengah bersedih saat ini, padahal dirinya tidak ada maksud untuk membuat istrinya sedih malahan dia hanya ingin membuat istrinya memperlihatkan kecemburuannya.
"Sayang sampai kapanpun Abang nggak akan pernah poligami"
"Bohong" beginilah perempuan, didiamkan dianggap tidak peka, dijelaskan tidak mau percaya. Makannya seorang laki-laki harus punya stok kesabaran untuk menghadapi perempuan yang tengah kesal apalagi marah.
"Coba tenang dulu. Dengarin abang dulu ya. Abang gak akan poligami, kenapa begitu? Fiyah sama Alfa aja belum tentu bisa abang bimbing ke surga, belum lagi nanti ada adik-adiknya Alfa. Abang bukan Rasulullah yang akan bisa bersikap adil, tanggung jawab abang besar dihadapan Allah sayang. Abang niatnya cuma mau lihat Fiyah cemburu, karena selama ini Fiyah nggak pernah nunjukin kecemburuannya sama Abang. Kan Abang berpikiran Fiyah gak cinta sama Abang"
Kahfi menjelaskan dengan sangat tenang. Ia mengusap pucuk kepala Fiyah berharap istrinya dapat menerima apa yang sebenarnya dia lakukan. Wajah Fiyah yang awalnya tampak cemberut, kesal dan sedih perlahan menghilang. Sebuah senyuman terbit dari bibirnya. Tanpa menunggu lama dia memeluk tubuh Kahfi untuk menyampaikan rasa syukur karena mempunyai suami seperti Kahfi.
"Maafkan Fiyah Bang" Ucapnya lirih dengan sangat tulus.
"Iya Abang Maafkan dan Abang juga minta maaf karena terlalu berlebihan"
"Abang memang benar, selama ini Fiyah tidak pernah memperlihatkan kecemburuan kepada Abang. Tapi Abang harus tau bahwa istri mana yang akan tenang melihat suaminya berinteraksi dengan perempuan lain apalagi perempuan itu menatapnya dengan penuh pesona. Tentu rasa cemburu itu ada Bang, Cuma Fiyah percaya sama Abang. Abang nggak akan pernah meruntuhkan kepercayaan Fiyah karena abang mencintai Fiyah, dan itu semuanya karena Allah"
Kahfi terdiam mendengar penuturan sang istri. Ternyata istrinya Bukannya tidak cemburu, akan tetapi kepercayaannya yang lebih besar dari itu semua mampu untuk menghilangkan rasa cemburu yang kian menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Maafkan Abang, Maafkan karena abang telah su'udzon kepada istri abang sendiri"
"Yaudah bang, lepasin pelukannya. kita udah jadi perhatian ini. Fiyah malu" Fiyah melepaskan dekapan sang suami. Banyak pasang mata yang melihat kearah mereka, bahkan ada juga yang mengarahkan smartphone kearah mereka.
Rumah tangga itu tidak selamanya adam anyem, ada saja perbedaan dan konflik yang bermunculan. Tetapi bukan itu yang menjadi point pentingnya, yang menjadi point pentingnya adalah bagaiman sikap dalam menghadapi masalah itu. Seorang laki-laki harus sabar dan diam saat istrinya sedang marah. Karena sifat perempuan itu sangat keras saat marah. Dan seorang perempuan juga harus sabar dan tetap tersenyum saat suami tengah marah. Jangan balik melawan karena setan akan sangat senang dengan itu.
Suatu ketika Aisyah berbicara dengan keras dan lantang kepada Rasulullah dari bilik kamar. Abu Bakar as-Siddiq yang saat itu bertamu di rumah Rasulullah segera mengetahui kalau anaknya (Aisyah) dan menantunya (Rasulullah) sedang berseteru.
Mendapati hal itu, Abu Bakar meminta izin Rasulullah untuk menemui putrinya. Ketika sudah berhadapan dengan Aisyah, Abu Bakar langsung mengangkat tangannya hendak memukul Aisyah karena telah berbicara keras dengan Rasulullah. Namun kemudian Rasulullah mencegahnya.
Ada sebuah kisah bahwa ketika Rasulullah marah kepada Aisyah karena satu dua hal. Lalu Rasulullah meminta Aisyah untuk menutup mata dan mendekat. Seketika itu Aisyah merasa cemas karena mengira akan dimarahi Rasulullah. Apa yang dibayangkan Aisyah ternyata meleset.
"Khumairaku (panggilan sayang Rasulullah untuk Aisyah) telah pergi rasa marahku setelah memelukmu," kata Rasulullah.
Dari di atas, ada dua hikmah yang bisa dipetik. Terutama bagaimana seharusnya sikap seorang suami kepada istri ketika mereka cekcok.
Pertama, tidak melibatkan orang lain. Persoalan rumah tangga sebaiknya diselesaikan sendiri, tidak perlu melibatkan orang lain meskipun itu orang tua sendiri atau mertua. Rasulullah pun mencegah Abu Bakar yang notabennya mertuanya sendiri untuk 'ikut campur' dalam permasalahan rumah tangganya.
Kedua, menghilangkan kemarahan terhadap istri dengan mendekapnya. Seperti yang dilakukan Rasulullah, ketika seorang suami atau istri marah atau berselisih dengan pasangannya maka hendaknya ia langsung memeluk pasangannya. Jangan malah menampar atau memukulnya.
...
"Assalamu"alaikum anak Umi" sebelum Fiyah mengambil anaknya dalam ayunan, dia lebih dulu mencuci tangan dengan anti bakteri karena saat berada diluar rumah pasti banyak kuman yang menempel.
"Sayang Umi udah bangun ya, Maaf ya ditinggal Umi lagi" sebenarnya ada rasa bersalah pada diri Fiyah meninggalkan sang anak. Alfa sekarang sudah memasuki usia 5 bulan. Dengan diskusi bersama Papa, Mama dan suaminya, akhirnya Fiyah memutuskan untuk masuk kuliah kembali. Sekarang Kahfi sudah berada disemester 7 sedangkan Fiyah masih berada disemester 5.
"Gak apa-apa lo nak, Mama juga gak masalah. Malahan Mama senang ada teman dirumah. Selama ini kan mama sendiri aja lo" Rahmi sangat senang merawat cucu pertamanya.
"Iya Mamaku sayang, Tapi kan gak baik juga sering ditinggal. Jadwal kuliah Fiyah belum keluar lagi. Takutnya bentrok sama jadwal abang" keluh Fiyah.
"Tenang aja Yang, Jadwal abang semester ini gak banyak Cuma 2 makul doang. Nanti kita ganti-gantian rawat Alfa ya" balas Kahfi yang sudah selonjoran dikarpet ruang tamu.
"Alhamdulillah kalau gitu bang, Nek tadi Alfa nangis gak"Fiyah bertanya kepada Rahmi.
"Alhamdulillah enggak, ya namanya bayi kalau nangis pasti lapar kalau gak bocor nak hehe"
Fiyah menyediakan ASInya sendiri apabila meninggalkan Alfa. Dia sangat bersyukur Alfa tidak meminum s**u bantuan.
"Papa balik gak Ma" tanya Kahfi.
"Tadi sih katanya balik, kenapa bang"
"Andi mau titipin sesuatu, tapi gak tau apaan. Katanya buat Alfa" beberapa hari yang lalu, Andi memang mengatakan ingin mengirimkan sesuatu untuk Alfa. Jadi Kahfi rasa lebih baik dititipin kepada Papanya saja.
"Heran Mama liat teman kamu tu bang, Royal banget sama Alfa" Rahmi menggelengkan kembali mengingat tingkah ajaib sahabat anaknya.
"Hehe ya mau gimana Ma, Abang udah kasih tau jangan tapi mereka tetap kekeh. Ya udah diterima aja, ntar bisa juga dikasih kepanti Ma" Jelas Kahfi.
"Nanti malam Kahfi mau ajak Fiyah keluar Ma, kira-kira Papa pulang jam berapa"
"Palingan sore udah sampai bang, kalau telat naik motor aja" usul Rahmi. Mereka memang hanya mempunyai satu buah mobil. Sedangkan mobil yang lainnya sudah dijual. Hal itu dilakukan karena mereka tidak mau banyak hisab diyaumil akhir nanti.
"Bawa Alfa juga soalnya Ma"
"Emang kemana bang" Fiyah penasaran kemana mereka akan dibawah.
"Jalan-jalan aja, udah lama kan gak jalan" jelas Kahfi.
"Ulu-ulu senyum anak umi, senang ya diajakin jalan sama Daddy" Alfa menampilkan gelak tawa khas anak kecilnya.
"Eh ketawa anak Daddy ya, sini-sini sama Daddy" Kahfi mengambil ahli Alfa.
Malam hari pun tiba, Papa Kahfi sudah pulang sejak sore menjelang magrib tadi. Sesuai rencana, Kahfi membawa anak dan istrinya untuk keluar. Mereka beranjak untuk pergi setelah selesai menunaikan ibadah shalat isya.
"Jangan pulang malam-malam Ya, Kaca mobil tu ditutup biar cucu Papa gak masuk angin" ujar Angga.
"Iya Pa, Papa sama Mama hati-hati dirumah. Kahfi sama Fiyah keluar sebentar. Assalamu'alaikum" pamit mereka sambil mencium tangan Mama dan Papa secara bergantian.
Suasana didalam mobil dipenuhi oleh suara murotal Al-qur'an. Setiap manusia yang mendengarkan Al-qur'an maka Allah akan hadirkan ketenangan dalam dirinya.
Kahfi menghentikan laju mobilnya diparkiran sebuah rumah makan.
"Alfanya biar sama abang aja" Kahfi menggendong Alfa dengan sangat baik. Tidak lupa tangan Fiyah digenggamnya sembari berjalan masuk kedalam rumah makan tersebut.
Mereka menghabiskan waktu bersama. Kahfi sengaja memilih ruangan privat room yang mana tidak ada orang didalamnya kecuali mereka. Sesekali adegan romantis juga ditunjukan Kahfi seperti contoh menyuapi sang istri dan dibalas pula oleh sang istri untuk menyuapinya. Alfa juga menjadi sebab senyum mereka terbit. Bayi mungil itu tidak pernah habis tingkah lakunya yang lucu.