06-Cry

1474 Words
Happy reading :) Ponsel yang terus berdering membuat Annelise mengumpat dari tidurnya yang belum genap 4 jam itu. Matanya membengkak karena semalaman menangis. Ia meraih ponselnya dengan malas, tahu betul siapa yang menghubunginya sepagi ini. Annelise menerima telephonenya tanpa ingin menyapa. "good morning baby, bagaimana tidurmu ?" "aku sangat lelah dan baru tidur 4 jam. bisakah aku menutup telephonenya ?" ucap Annelise begitu dingin. "apa yang kau lakukan hingga terjaga sampai larut ?! kau tahu itu tak baik untuk kesehatan- "persetan dengan kesehatanku ! peduli apa kau tentang itu !?" Annelise langsung mengakhiri panggilan dari Bisma dan melempar ponselnya sembarangan. Ia tak peduli jika amarah Bisma akan terpancing pagi-pagi sekali seperti ini. Annelise takkan peduli lagi dengan pria itu. Annelise menarik selimut untuk menutupinya sampai atas kepala dan perlahan gadis itu kembali terisak. Annelise menangis lagi untuk pria itu. Hatinya kini hancur berkeping-keping melihat Bisma bersama wanita lain di depan matanya. Annelise akan bertanya siapa wanita itu jika saja Bisma tak mengatakan semalam ia akan sangat sibuk dan lembur sampai jam 9 malam. Tapi jam 8 malam pria itu ada di sebuah pesta dengan seorang wanita. Tentu saja Annelise merasa di bohongi juga di hianati dalam waktu bersamaan. "b******k ! Bisma b******k !!" teriaknya jengkel dengan isak tangis yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. * * * Annelise terbangun pukul 9 pagi setelah kembali menangisi seorang Bisma Karisma selama 2 jam. Ia menghela napasnya pelan, merasa bodoh karena menangisi hal tak berguna seperti itu. Annelise akan membolos kuliah hari ini. Ia akan pergi berjalan-jalan untuk meringankan bebannya sebelum memberikan keputusan pada Bisma nantinya. Bisma ? Dia tidak datang dan menemuinya setelah Annelise berteriak begitu jengkel padanya pagi tadi ? Hati Annelise mencelos saat menyadari dirinya masih mengharapkan tunangannya itu. "stop it Annelise. dont be stupid !" Annelise menggelengkan kepalanya agar melepas Bisma dari pikirannya. Mungkin saja Bisma sudah tahu apa yang menyebabkan Annelise marah dan pria itu tak keberatan dengan kemarahan Annelise karena sudah mempunyai wanita lain yang semalam sebagai penggantinya. Pikir Annelise mencoba tegar. Sekarang, apa yang bisa Annelise harapkan dari pria itu ? Gadis itu beranjak pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Annelise terkejut melihat pantulan dirinya di cermin dan terlihat sangat mengenaskan. Apa dirinya semenyedihkan itu ? Bisma yang bersalah kenapa Annelise yang terhukum ? Annelise merasa ini sangat tak adil untuknya. Annelise segera merendam tubuhnya di dalam bath up berisi air hangat. * * * Make up Annelise tak mampu membantu menyamarkan kantung mata gadis itu. Bukan hanya matanya yang sembab, wajah Annelise juga terlihat sendu meskipun Annelise mencoba tersenyum. "oh sialan !" umpatnya pada lipstick merah yang baru saja ia poleskan pada bibirnya. Polesan terakhir Annelise di wajahnya tak membuat banyak perubahan pada wajah pucatnya. Annelise menyesal menangis begitu lama semalam. Tahu begini ia akan memilih mengamuk seluruh isi apartemennya dan berteriak sesuka hati daripada menangis seperti orang bodoh semalaman. Ia segera beranjak dengan meraih sling bag yang semalam ia bawa ke acara pertunangan Kenan dan Giselle lalu keluar dari apartemennya. Annelise memasuki lift dengan bersenandung kecil untuk memalingkan pikirannya dari pria over protective itu. ting ! Annelise keluar dari lift yang terbuka di lantai 1. Apartemen ini memang bukan apartemen orang-orang kaya, tapi termasuk apartemen orang-orang menengah ke atas jadi di jam 11 siang seperti ini akan banyak aktifitas yang bisa di jumpai di depan gedung apartemennya ini oleh orang-orang yang akan makan siang atau apapun itu di jam istirahat. Annelise keluar dari gedung berlantai 15 itu dan berjalan menuju tepi jalan untuk menghentikan sebuah taksi dengan senyum yang coba ia tebarkan di sekitar agar perasaannya juga lebih baik. Sebuah mobil yang amat ia kenal berhenti di hadapannya dan kaca jendelanya di bagian penumpang terbuka. "get in !" nada perintah itu berasal dari si pengemudi. Annelise memalingkan wajahnya pura-pura tak tahu karena ia sangat muak melihat pemuda ini. "right now, Annelise" Suara itu kembali terdengar, membuat Annelise tak punya pilihan lain. Annelise membuka pintu penumpang kemudian masuk dengan kasar. Memperlihatkan dengan jelas raut marahnya pada pria di sebelahnya. "whats wrong with you babe- "dont babe me !" potong Annelise tajam. Gadis itu menoleh, membalas tatapan bingung dari Bisma dengan sengit. "tell me "aku hanya ingin mengembalikan ini" Annelise melepaskan cincin pertunangan mereka dan melemparkannya ke pangkuan Bisma hingga jatuh ke bawah pria itu. Bisma terbelalak oleh aksi nekat Annelise baru saja. Rahangnya mengeras dan ia segera mengunci pintu mobilnya, tahu sekali jika Annelise akan keluar. Benar saja, Annelise sudah mencoba membuka pintu mobilnya tapi kembali menatapnya dengan tajam saat tak bisa keluar "let me go !" Bisma mengusap wajahnya "lelucon macam apa ini Annelise ?" "kau pikir aku becanda ? pertunangan kita batal ! dan aku tidak akan menikah denganmu !" "jangan macam-macam baby, undangan- "persetan dengan undangan atau apapun itu ! we break up !" Bisma baru melihat Annelise bisa semurka ini padanya tapi Bisma benar-benar tak mengerti apa salahnya kali ini. Mata Annelise mengatakan seberapa marah gadis itu dan itu bukan kemarahan yang main-main. "i dont understand- "i dont understand your ass !!" umpat Annelise begitu saja. Ia tak terima Bisma mengatakan tak mengerti dengan kesalahannya karena jelas-jelas semalam pria itu bersenang-senang dengan wanita lain juga membohonginya "get off !" Bisma meneliti ekspresi Annelise dengan jeli "apa alasannya ?" tanya Bisma mencoba meredam emosinya. Annelise tak baik-baik saja, jadi Bisma yang akan menjernihkan mereka. "kau pura-pura bodoh ! bukankah kau sudah tahu karena baru menemuiku sekarang ? biasanya kau langsung menemuiku saat a-mpptt, Ucapan Annelise terhenti ketika Bisma tiba-tiba menarik tengkuknya dan menciumnya. Annelise mendorong bahu pria itu agar melepaskan ciumannya tapi yang terjadi malah ciuman Bisma menjadi sangat kasar. Annelise meronta sebisanya dan berhasil membuat Bisma melepaskan ciumannya. plakk Annelise ingin melakukannya sejak tadi tapi selalu ia tahan. Dan sekarang ia benar-benar meluapkan amarahnya pada tamparan yang mendarat keras di rahang Bisma itu. Bisma tak percaya Annelise menamparnya. Ini bukan Annelise-nya. Annelise bukan wanita kasar seperti ini. "sayang, katakan apa salahku hingga kau semarah ini. aku benar-benar tidak mengerti" Bisma mengalah, mengesampingkan egonya yang ingin marah pada Annelise yang berani menamparnya saat melihat mata bengkak Annelise berkaca-kaca. Bisma yakin gadis itu menangis semalaman untuk kesalahan yang Bisma sendiri tak tahu itu apa. Bisma pergi ke tempat Annelise setelah gadis itu mengumpatinya melalui telephone dan tidak mengangkat telephonenya lagi. Tapi saat Bisma datang Annelise sedang tertidur dengan sesekali terisak pelan dan matanya sangat bengkak jadi Bisma keluar lagi dan menunggu Annelise di luar gedung apartemen gadis itu karena tak ingin Annelise terbangun karena kedatangannya. Bisma menunggu Annelise terbangun sendiri karena terlihat sekali Annelise sangat lelah. Selama 5 jam Bisma menunggunya disana dan melihat Annelise keluar dengan pakaian casualnya. Bisma yakin Annelise akan membolos kuliah hari ini karena sudah siang. Bisma segera menghampiri Annelise yang tampak menunggu taksi dan beginilah mereka sekarang. Bisma sangat khawatir saat mata bengkak Annelise tak terkalahkan oleh make up Annelise hari ini. "buka pintunya !" "Annelise, please baby. aku benar-benar bingung dengan kemarahanmu" "ku bilang buka pintunya !" nada tajam Annelise meninggi. "kau menangis untuk apa semalam ? katakan padaku baby" Bisma tak menyerah. Ia tak bisa mundur dari gadis tercintanya ini. "b******k ! kau mempermainkanku ! kau hanya menganggapku sebuah boneka tak berperasaan dan bisa kau mainkan sesukamu ! kau tak sadar itu !?" "Ya Tuhan Annelise, kau ini bicara apa ? terakhir kali semalam kau menghubungiku kita masih baik-baik saja" Tangis Annelise pecah disana. Gadis itu menangkup wajahnya yang berantakan. Bisma semakin bingung melihat Annelise yang tampak kecewa. Bisma menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Annelise semakin menangis disana. Untuk alasan yang Annelise tak ingin tahu lagi, pelukan ini sangat nyaman untuknya. Saat Bisma lengah, Annelise menggunakan kesempatan itu untuk membuka kunci mobil Bisma dan segera mendorong pria itu hingga pelukannya terlepas. Annelise berbalik dan segera keluar dari mobil Bisma. "Annelise !" Bisma ikut turun dari mobilnya dan berlari mengejar Annelise yang kembali masuk ke apartemennya. Tak peduli banyak pasang mata menatap mereka. Annelise terus berlari agar Bisma tak dapat menjangkaunya. Bisma berhasil menangkap lengan Annelise dan menariknya ke dalam lift yang kebetulan baru saja terbuka karena ada 2 orang yang keluar dari sana. "lepaskan aku !!" Annelise menyentak tangan Bisma yang mencengkram lengan kirinya dengan kuat. Bisma membenturkan tubuh Annelise ke dinding lift yang sudah tertutup rapat lalu mengunci kedua pergelangan tangan Annelise ke atas. Bisma mencengkram dagu Annelise dengan erat agar gadis itu terus menatapnya "kau membuat kesabaranku habis baby" bisik Bisma penuh penekanan. Annelise masih mencoba memberontak dari kekangan Bisma "lepaskan aku ! aku tak ingin mengenal pria b******k sepertimu lagi !" pekiknya keras. Bisma tersenyum sinis "aku sudah pernah mengatakan padamu bukan, jika aku akan melakukan apapun untuk bisa menikahimu. dan sekarang aku akan menunjukkan bagaimana sikap pria b******k sesungguhnya baby" Bisma mencengkram dagu Annelise lebih kuat dan langsung menempelkan bibir mereka. Annelise berusaha memalingkan wajahnya untuk menolak tapi semua gerakannya kini terkunci oleh Bisma. Thanks voment nya guys Itu semangat banget buat aku
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD