"Hei, BANGUN!"
Terdengar suara teriakan cempreng tepat di telinga kanan Al yang membuat pemuda itu tersadar dari mimpi indah. Pemuda berusia tujuh belas tahun yang wajahnya mirip dengan Nicolas Saputra dengan versi rambut lurus itu hanya mengenakan celana pendek dan singlet tipis. Dia terkesiap sambil memegangi telinganya yang terasa panas. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, memandang sekeliling dengan seksama. Di hadapannya berdirilah Den, sahabatnya si cowok manis berwajah oriental yang tersenyum padanya.
"Akhirnya bangun juga."
"Apa-apaan sih, Den! Telingaku sakit nih, kamu merusak mimpi Indahku!" geram Al kesal.
"Sudah hampir jam setengah tujuh, Bodoh, cepat bangun dan mandi!" bentak Den.
Al mengerucutkan bibir kemudian kembali berbaring di ranjangnya dengan nyaman. Sambil menutupi kepalanya dengan bantal.
"Malas ah, aku mau melanjutkan mimpiku, hari ini aku bolos saja, ngantuk banget nih, aku baru pulang kerja shift malem." Al beralasan. Al memang baru saja pulang dari kerja sambilannya jaga warnet jam enam pagi tadi. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, begitu cara dia memenuhi kebutuhan hidup.
"Hei, kamu mimpi apa? Jangan-jangan mimpi m***m ya?" Den curiga.
"Tahu aja!" jawab Al ngasal, padahal dia hanya bermimpi tentang peristiwa sepuluh tahun lalu, saat kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan dan kedua sahabat baiknya, Den dan Vega menghiburnya.
"Bodoh! Kamu lupa hari ini hari apa ya, kalau nggak cepat bangun nanti kau dihajar Vega lho," ucap Den. Cowok itu emang seenaknya saja suka membodoh-bodohkan orang mentang-mentang dia pintar.
Al tertegun. Dia bangun dan melihat tanggalan duduk yang terletak di meja belajar kamarnya didengan diapit oleh dua pigura duduk. Mata Al memandang tanggalan itu dengan seksama dan melihat tanggal empat belas April yang dilingkari spidol merah dan dibawahnya ditulisi "Vega's birthday."
"Aaaa!! Mati aku! Aku belum menyiapkan kado!" teriak Al dengan suara memilukan.
"Bersiaplah menjemput ajalmu, kutunggu di bawah," kekeh Den. Cowok oriental itu keluar dari kamar Al dan turun ke lantai bawah.
Al kalang kabut. Dia langsung menggosok gigi dan mencuci muka di wastafel, lalu menyemprotkan banyak minyak wangi ke tubuhnya dan mengganti bajunya dengan seragam SMA-nya.
"Nggak usah mandi deh, udah cakep," kata Al percaya diri.
Sebelum keluar kamar dia menatap dua pigura duduk di atas meja belajarnya. Pigura pertama adalah fotonya bersama kedua orang tuanya saat usianya masih tujuh tahun sedang pigura kedua adalah fotonya bersama kedua sahabatnya yang diambil tiga tahun lalu saat mereka baru naik ke kelas sembilan. Vega berdiri di tengah dengan diapit oleh Al di kanan dan Den di kirinya. Al tersenyum melihat pigura itu lalu berlari secepat kilat dari kamarnya.
***
"Assalamualaikum, Budhe!" seru Al dan Den.
Dua cowok itu nyelonong masuk ke dalam rumah nomer sepuluh berpagar putih yang ada diantara kedua rumah mereka sebelum diijinkan masuk oleh pemiliknya.
"Waalaikumsalam," jawab Ibu Vega yang sedang asyik mencuci piring di dapur.
"Vega masih di kamarnya, kalian masuk saja," ujar Ibu Vega dengan ramah.
Dua cowok itu pun melewati dapur dan menaiki tangga ke lantai dua, menuju kamar Vega. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dua cowok itu langsung masuk ke dalam kamar Vega dan menyapa Vega dengan riang.
"Vega! Selamat ulang tahun!!!"
Vega yang sedang duduk di depan cermin di kamarnya menoleh dan tersenyum memandang keduanya. Hari ini penampilan Vega berbeda dengan biasanya, Vega membiarkan rambut panjangnya yang biasanya dikepangnya menjadi dua terurai. Dia tidak memakai kacamatanya yang setebal botol s**u sapi itu. Vega tampak cantik dalam penampilan barunya sampai membuat Al dan Den melongo dan tak mengenalinya.
"Terima kasih teman-teman, lihat aku pakai lensa kontak nih hadiah dari ibuku, gimana cantik, kan?" ucap Vega percaya diri. Al dan Den tetap melongo dan tak menjawab pertanyaan Vega itu.
"Kenapa bengong begitu? Jangan-jangan kalian terpesona padaku ya?" Vega menyibakan rambut lurusnya ke belakang dengan centil.
"Yang benar saja! Memangnya kamu pikir hanya pakai lensa kontak kamu bisa langsung berubah jadi cantik gitu?" olok Den.
"Iya, malah matamu jadi mirip kucing!" tambah Al.
Vega menggeram. Kenapa sihua cowok ini tidak pernah memujinya barang sekali saja. Vega bangkit dan meninju perut kedua sahabatnya itu dengan pukulan karate andalannya. Keduanya langsung mengeluh kesakitan.
"Aduu...uuh!"
"Bohong dikit kek! Bilang aku cantik! Ini kan hari ulang tahunku!" bentak Vega marah.
"Mana kadonya!" Vega langsung menodong kedua temannya itu.
Den mengeluarkan sebuah kado dibungkus kertas kado warna pink dan menyerahkannya pada Vega.
"Wah! Apa ini?" tanya Vega sambil menerima kado itu dengan senang hati.
"Buka saja."
Vega membuka kado itu, ternyata isinya adalah sebuah dompet Hello Kity warna pink. Vega yang memang penggemar Hello Kity pun melonjak girang.
"Wah ... Makasih, Den, akan kujaga baik-baik."
"Kalau aku sih dari pada dompet, lebih suka isinya." Al mengolok.
"Diam kamu! Memangnya hadiahmu apa? Jangan-jangan kamu lupa lagi hari ulang tahunku ya!" Vega mendelik pada Al. Cowok itu hanya nyengir.
"Ingat kok, ingat, nih kadonya." Al menyerangkan sebuah origami berbentuk bintang pada Vega.
"Apa ini? Kamu bercanda ya! Umurku sudah tujuh belas tahun! Kamu kado benda seperti ini!" hardik Vega marah dan bersiap menghajar Al.
"Bu-buka dulu donk," kata Al ketakutan.
Vega mendengus kesal lalu membongkar origami berbentuk bintang itu. Ternyata ada tulisan pada kertas yang telah dibentuk menjadi origami itu. "Hadiahmu adalah diriku." Begitulah kalimat yang tertera di kertas itu. Vega melotot.
"Apa maksudnya ini? Kok rasanya sedikit v****r," tanya Vega.
"Aku akan memberimu apa saja asal gak perlu uang, aku lagi bokek nih." Al beralasan.
"Oh ya? Kalau aku menyuruhmu telanjang di sini bagaimana?" goda Vega.
Tanpan disangka, Al langsung membuka resletingnya perlahan dan membuat Vega jadi panik. Gadis itu menutup matanya dengan kedua telapak tangan. "Bercanda! Aku bercanda bodoh!" jerit Vega kesal sekaligus malu.
Al dan Den terbahak. Tentu saja Al juga hanya bermaksud menggoda Vega. Vega pun jadi kesal pada kedua sahabatnya itu karena menertawainya. "Kalian ini! Jangan melakukan hal v****r di kamar seorang cewek dong!"
"Memangnya di sini ada cewek?" kata Al dan Den kompak.
Sebelum Vega sempat melayangkan pukulan karatenya lagi. Al dan Den langsung kabur, menuruni tangga dan melewati dapur tempat Ibu Vega asik mencuci piring. Sambil berlari mereka berpamitan.
"Kami berangkat dulu, Budhe! Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam! Hati-hati ya!" sapa Ibu Vega ramah sambil melambaikan tangannya.
"Tunggu! Jangan lari! Kuhajar kalian!" Vega menyusul keduanya dan berlari mengejar.
"Vega, jangan lupa bekalmu." Ibu Vega mengingatkan.
Vega yang sudah berlari sampai di depan pintu berlari kembali dan mengambil bekalnya yang terletak di atas meja.
"Aku berangkat dulu, Bu, Assalamualaikum!" seru Vega sambil bergegas pergi.
"Waalaikumsalam, hati-hati."
***