Chan mengganti bajunya yang rapi dengan baju casual yang stylish. Dia mengenakan jins dan sneakers merek ternama. Dia mengganti jam tangannya dengan jam tangan mewah. Gaya rambutnya dia ubah dan kacamata dengan lensa berwarna biru cerah dia kenakan untuk menutupi wajahnya. Sebuah topi cap menghiasi kepalanya.
Chan membuka browser di laptopnya dan mencari situs coworking space 24 jam yang berada di dalam satu gedung dengan area lift yang sama. Gedung yang ditempati Gemilang Gelora Company memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi.
Pertama ketika kita turun dari mobil, pengunjung diwajibkan melalui alat scanning tubuh dengan security officer yang berjaga dan mengecek isi tas. Setelah masuk ke dalam lobi, pengunjung yang tidak memiliki akses diwajibkan untuk menyerahkan identitas, mengatakan keperluannya ke lantai berapa dan bertemu dengan siapa, lalu petugas resepsionis akan memfoto wajah kita.
Setelah menukar kartu identitas dengan kartu masuk, kita dihadapkan dengan penghalang menuju area lift yang dijaga security. Ada tiga area. Area lift untuk dua puluh lima lantai terbawah. Area lift untuk dua puluh lima lantai di tengah. Area lift untuk dua puluh lima lantai teratas. Hanya kartu akses yang diberikan di resepsionis yang bisa membuka penghalang di salah satu dari tiga area lift. Lalu, ketika kartu akses ditempelkan, kita hanya bisa menuju ke lantai yang sudah diinformasikan ke resepsionis dengan kartu akses.
Kita tidak bisa ke lantai lain tanpa bantuan orang lain. Akses keluar masuk ini secara otomatis tersimpan ke dalam data server bagian keamanan gedung, sehingga penggunaan access card bisa dilacak jam dan lokasinya secara akurat.
Begitu sampai di lantai yang dituju, setiap kantor masih dikunci oleh kartu akses berbeda yang hanya dimiliki oleh karyawan. Setiap sudut area koridor public per lantai diawasi oleh kamera pengawas gedung. Sedangkan di dalam area kantor, ada kamera pengawas yang dipasang oleh manajemen kantor.
Untuk menembus lantai lain dengan menggunakan tangga darurat agak sulit. Tangga darurat dilengkapi oleh pintu anti api yang hanya bisa dibuka dari satu sisi. Begitu kita berada di dalam area tangga darurat, ketika pintu tertutup, otomatis pintu terkunci rapat dan tidak bisa dibuka kembali. Akses sinyal ponsel sangat lemah ketika berada di area tangga darurat ini.
Satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan menuju ke lantai teratas di mana landasan helicopter berada atau turun ke bawah hingga lantai dasar, di mana pintu tangga darurat bisa dibuka dua arah. Desain tangga darurat ini dibuat mengikuti prosedur untuk perlindungan terhadap kebakaran.
Chan sudah mengobservasi ini semua ketika berkunjung ke dalam gedung dalam proses rekrutmen. Karena itulah dia membutuhkan akses ke gedung ini selama dua puluh empat jam. Untuk memperoleh akses itu, dia perlu kantor yang beroperasi selama 24 jam di area lift yang sama dengan kantor Gemilang Gelora. Karena Gemilang Gelora Company berada di lantai 26 maka Chan perlu mencari akses kantor di antara lantai 25 hingga lantai 50.
Di lantai 29 terdapat coworking space yang disewakan untuk perusahaan kecil yang siap berbagai area kantor dengan perusahaan lain. Coworking space itu memiliki area bebas, area tempat duduk khusus, dan area kantor tertutup untuk disewakan.
Chan mengecek ketersediaan tempat di coworking space itu dan memesan 2 meja kerja di sana dengan kartu kredit Andrew Kurniawan. Sempurna. Inilah yang dibutuhkan.
Segera setelah selesai menyewa meja kerja di sana, Chan langsung mengirimkan desainnya ke digital printing melalui email untuk pembuatan kartu nama, kartu identitas karyawan, beberapa katalog produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan, dan juga booklet profil perusahaan. Chan juga memesan roll banner untuk bisa ditaruh sebagai penanda area perusahaannya. Semua langsung dibayar lunas secara online oleh Chan.
Aksi selanjutnya adalah mengambil pesanannya yang dibuat di toko digital printing dan mengambil kartu akses untuk membuka area coworking space di lantai 29 dan access card untuk membuka penghalang area lift. Chan masih memiliki waktu senggang jadi dia melakukan semuanya dengan cepat. Setelah mengambil seluruh peralatannya, Chan pergi ke lantai 29 dengan mulus.
Resepsionis dari coworking space menyambut Chan dengan ramah. Dengan gaya santainya, Chan menyerahkan invoice dan bukti pelunasan yang sudah dilakukannya. Resepsionis kemudian mengantarkannya berkeliling untuk melihat area kerja dan fasilitas yang bisa digunakan. Terakhir, resepsionis mengantarkan Chan ke meja kerja yang disewanya.
“Terima kasih, Mbak. Apakah saya bisa menaruh banner di sini?” tanya Chan sopan.
“Oh silakan, Pak. Memang diperbolehkan untuk menaruh banner di dekat pintu sebagai identitas perusahaan,” sahut resepsionis ramah.
“Terima kasih. Ini menyenangkan,” kata Chan puas.
Dia lalu memasang banner di depan pintu lalu pulang. Di banner yang dipasangnya bertuliskan DEFENSE, Inc, IT Security Company. Ketika pulang, Chan memperhatikan jumlah dan posisi kamera pengawas di dalam coworking space dan area umum di lantai 29. Lalu, perlahan dia menyelinap ke dalam tangga darurat, dan berjalan perlahan menuruni tangga hingga lantai dasar.
Area tangga darurat sangat kedap suara dan bebas dari manusia berlalu lalang. Sepanjang Chan menuruni tangga darurat, dia tidak bertemu seorang pun. Dari pengalaman ini, Chan mengetahui bahwa meskipun pintu darurat cukup berat, namun ternyata kuncinya bisa dicegah dengan pengganjal pintu. Kendalanya, dia perlu mematikan alarm yang segera berbunyi apabila pintu tidak ditutup selama lebih dari lima menit.
Chan sempat mencoba mengganjal pintu itu, dan ketika alarm berbunyi dia cepat-cepat menutup pintu dan buru-buru menuruni beberapa lantai sekaligus. Alarm dengan segera mati kembali dan tidak ada petugas keamanan yang masuk untuk mengecek ke dalam tangga darurat. Mereka mengira alarm itu mengalami error system.
Chan menarik napas lega. Dia tidak ingin tertangkap hanya karena percobaan awal ini.
Karena fisik Chan yang sudah terlatih, menuruni 29 lantai adalah pekerjaan ringan bagi Chan. Dia sama sekali tidak berkeringat ketika tiba di lantai dasar. Chan membuka pintu darurat dengan hati-hati dan melapisi tangannya dengan tisu agar sidik jarinya tidak tertinggal di gagang pintu.
Chan tersenyum ketika mendapati dirinya keluar di area yang tidak jauh dengan sebuah gerai kopi terkenal di area tersebut. Dengan santai, Chan membaur dengan orang sekitar, ikut mengantri membeli kopi, dan kembali ke meja resepsionis untuk menukarkan kartu identitas.
Persiapan awal sudah beres. Chan melirik ke arlojinya, saat ini pasti timnya sudah tiba. Kemungkinan mereka masih membongkar koper dan tidur beristirahat. Chan memutuskan untuk tidak mengganggu timnya sesuai janjinya pada Andrew.
Karena masih ada waktu, Chan memutuskan untuk menghabiskan waktu di area fitness dan berenang. Dia selalu melatih tubuhnya agar tetap bugar. Chan melatih beberapa gerakan bela diri yang dipelajarinya untuk perlindungan dirinya sendiri agar otot-ototnya tidak kaku di pinggir kolam renang. Chan hanya menggunakan celana renang seksi ketika melakukan aksinya. Otot-ototnya terlihat begitu jantan dan seksi menggoda. Membuat wanita manapun tergerak untuk mengulurkan tangannya ingin menyentuh seluruh permukaan tubuh Chan yang bersudut.
Seorang wanita di area fitness, dengan pakaian olahraga minim melirik Chan sambil menggigit bibir bawahnya dengan tatapan menggoda. Dia sedang berlari di alat treadmill. Dadanya yang terbalut bikini seksi, terayun-ayun begitu menggoda dan perut wanita yang rata dan indah itu tidak tertutup pakaian. Celana olahraganya begitu pendek sehingga kaki indahnya terlihat sempurna, memperlihatkan paha mulus dan halus.
Chan tahu arti lirikan wanita itu. Hanya tinggal mereka berdua di area fitness. Wanita itu memberikan kode menggoda dengan gestur tubuhnya ke ruang kelas, yang biasa digunakan untuk aerobic atau yoga. Hari ini kelas begitu kosong.
Wanita itu menggelar matras yoga sendirian, dan melakukan beberapa pose yoga dengan tubuh seksinya. Beberapa kali dia mengeluarkan desahan yang membuat pria manapun yang mendengar terpancing untuk b*******h.
“Aaaah… Aaah… Aaah…”
Sangat jelas godaan itu ditujukan untuk Chan. Mereka hanya berdua saat ini. Penjaga area fitness berada di luar untuk memberikan privasi untuk pengguna fitness club exclusive ini. Benar-benar waktu yang tepat untuk Chan menyalurkan gairahnya yang sudah tertahan selama ini.
Chan tidak melewatkan kesempatan ini. Dia mengikuti wanita itu ke dalam kelas dan mencumbu tubuh seksi wanita itu dengan nikmat. Wanita itu menikmati cumbuan Chan sambil mendesah semakin keras. Wanita itu secara aktif membalas aksi Chan dengan menyentuh area sensitive di tubuh Chan yang kini mulai mengeras. Ketika Chan dan wanita itu sudah melucuti semua pakaian mereka, dan sampai kepada puncak permainan mereka, tiba-tiba wajah Yuri terbayang di benak Chan.
Ya, Yuri!
Chan menatap wanita seksi itu di hadapannya.
Wanita di hadapannya bukan Yuri. Dia berusaha berkonsentrasi pada wanita itu, namun wajah Yuri terus-menerus muncul di benaknya, mengganggu aksinya.
Tiba-tiba keinginan Chan untuk menyalurkan permainannya hilang sudah. Gairahnya menyusut. Tubuh bagian bawahnya pun ikut menyusut, menolak untuk menunjukkan keperkasaan sekalipun distimulasi.
“Maaf, aku tidak bisa lanjut,” kata Chan sambil melepaskan tubuh wanita itu.
Chan memungut celana renangnya, mengenakannya, dan meninggalkan wanita itu begitu saja di atas matras yoga dalam keadaan telanjang.
Dasar Yuri b******k! Mengapa tiba-tiba wajahnya muncul di benak Chan? Apa istimewanya dia? Memangnya dia siapa?
Chan bergegas ke loker di area pria, mengambil peralatannya, memakai handuk kimono dan kembali ke kamarnya.
Sial! Sial! Sial!
Mengapa kamu menggangguku Yuri?
Chan mengutuki kesempatan untuk menyalurkan gairah seksualnya yang hilang berkali-kali.
****
Bantu author masukin library MY SEXY IT GUY (ENGLISH) ya, sedang lomba. Terima kasih.