Chapter 8: Bersalah

1221 Words
“Ck! Ini hari pertamaku bekerja. Tidak mungkin aku bekerja dengan baju kotor. Impresi pertamaku bisa hancur,” keluh Chan.   Yuri mengambil tisu dan buru-buru mengelap d**a Chan. Sambil mengelap, dia dapat merasakan d**a Chan yang memiliki otot yang sempurna.   Diam-diam Chan menikmati sentuhan tangan Yuri di dadanya. Jemarinya terasa menggelitik di permukaan tubuh Chan.   Gawat! Hanya dengan sentuhan kecil seperti itu sudah membuatnya b*******h! Otaknya memang selalu korslet kalau berhadapan dengan Yuri. Padahal gadis ini biasa-biasa aja.   Fokus Chan! Fokus!   “Kita cari baju baru nanti siang. Aku yang bayar. Apa kamu bisa menunggu sampai siang? Ini masih jam kerja, aku tidak enak,” kata Yuri merasa bertanggung jawab.   “Baiklah, kita makan siang di luar. Untung aku bawa jaket. Sementara, kemejaku bisa kututupi dengan jaket,” jawab Chan.   “Ya, aku benar-benar minta maaf, Chan,” kata Yuri merasa tidak enak hati.   “Oke, kutunggu jam 12 siang di MRT. Kita ke Grand Indonesia,” kata Chan cuek dan beranjak pergi.   “Ah, Chan! Sebentar! Kubuatkan kopi,” kata Yuri bergegas mengoperasikan mesin kopi.   Yuri mengambil mug kopi yang sudah terisi dan menyerahkannya pada Chan.   “Terima kasih,” kata Chan mengambil mug kopi itu dan pergi.   Ketika kembali ke tempat duduk, Socrates memperhatikan noda besar kecokelatan di kemeja Chan.   “Waduh, kecipratan kopi, bro?”   “Iya, sial,” jawab Chan.   Jam makan siang, Yuri menepati janjinya. Dia mengantar Chan ke Grand Indonesia untuk memilih kemeja baru. Chan memilih dengan cepat supaya bisa menukar kemejanya dengan yang baru di toilet.   Ketika Yuri membayar kemeja itu ke kasir, petugas kasir wanita yang melayaninya senyum-senyum sambil memperhatikan Chan.   “Hadiah buat pacar? Ganteng ya,” kata kasir wanita itu pada Yuri.   “Eh, bukan. Cuma teman,” Wajah Yuri terlihat malu-malu dan salah tingkah.   “Calon pacar, Mbak,” celetuk Chan menanggapi komentar kasir wanita itu dengan santai.   “Chan, jangan ngomong sembarangan!” protes Yuri.   “Terima kasih, sayang,” bisik Chan dengan sengaja di telinga Yuri hingga wajah Yuri semakin memerah.   Chan hanya tertawa kecil menanggapi keluhan Yuri dengan tatapan jahil. Cewek ini polos sekali untuk urusan percintaan lawan jenis. Chan mengetahuinya dari reaksi Yuri ketika dia menggodanya. Reaksi Yuri imut sekali di mata Chan   Setelah itu mereka pergi ke foodcourt untuk makan siang sebelum kembali ke kantor.   “Bagaimana hari pertama?” tanya Chan.   “Lumayan belajar banyak. Aku sudah punya jadwal untuk audit operasional di gudang bersama Chris. Sejauh ini, semua berjalan lancar. Tapi…”   “Tapi?”   “Hanya diminta menjaga jarak saja dengan orang lain karena pekerjaanku bersifat confidential,” kata Yuri.   Chan tertawa. “Ya, pekerjaanku juga banyak yang confidential. Tapi, bukan berarti aku tidak bisa berteman denganmu, kan?”   “Benar juga,” kata Yuri.   Chan mengambil tissue dan mengelap ujung bibir Yuri, lalu dengan sengaja ujung jarinya menyapu permukaan bibir Yuri yang berwarna pink.   Jemari Chan meninggalkan sensasi yang membuat Yuri bergidik geli. Sekejap Yuri terdiam dengan bibir setengah terbuka dengan wajah merona, membuat ekspresinya terlihat penuh gairah di mata Chan.   “Ada noda. Makan jangan belepotan,” kata Chan sambil menatap Yuri penuh perhatian.   Jantung Yuri langsung berdebar-debar, namun Chan tidak menyadarinya. Yuri bergegas membereskan barang-barangnya dan berdiri.   “Balik, yuk. Biar tidak terlambat,” kata Yuri mengalihkan perhatian.   Yuri berjalan cepat menyusuri jalan di trotoar dekat Hotel Grand Hyatt. Chan menyusulnya dengan langkah yang lebar. Kakinya yang panjang membuat Chan menyusul Yuri dengan cepat. Tiba-tiba Chan melihat seseorang memasuki pintu Plaza Indonesia bersama seorang wanita.   Itu Hendi Wicaksana!   Sebelum Chan kemari, dia sempat mencari tahu wajah Hendi Wicaksana! Otomatis kakinya berbelok mengikuti arah langkah Hendi Wicaksana. Chan, sampai lupa kalau dia sedang bersama Yuri.   Hendi Wicaksana bersama pasangan wanitanya berjalan menembus pintu yang menghubungkan mal dengan lobi Hotel Grand Hyatt. Mereka menuju ke lift untuk pengunjung. Beberapa orang masuk ke dalam lift. Hendi menempelkan kartu kamarnya ke ultralock access control di dalam lift lalu memencet nomor lantai yang dituju. Beberapa orang melakukan hal yang sama. Chan diam saja, karena dia tidak punya kartu akses.   Ketika lift tiba di lantai 10, Hendi dan pasangannya turun, disusul oleh Chan. Dia sengaja menjaga jarak dengan Hendi, namun diam-diam dia memperhatikan dari jauh kamar nomor berapa Hendi berada.   Ketika Hendi sudah masuk, Chan sengaja menghampiri nomor kamar itu dan mencuri dengar. Nomor kamar itu adalah 1035.   Terdengar desahan dan erangan seksi dan nikmat dari wanita dan pria yang ada di dalam kamar. Sayang sekali hari ini Chan tidak siap. Jika dia tahu bertemu dengan Hendi, pasti dia sudah membawa alat penyadap untuk ditempelkan. Chan mengutuki kebodohannya.   Chan melirik ke jam tangannya. Dia harus segera kembali ke kantor. Dia menuruni lift dan menghampiri resepsionis.   “Maaf, temanku ingin memastikan saja, bahwa kamarnya 1035 dipesan sesuai kebutuhannya. Kalau tidak salah dia check out besok siang, kan?” tanya Chan.   Resepsionis hotel wanita itu tersenyum sopan dan mengecek ke dalam komputernya dengan patuh, seperti tersihir dengan wajah tampan Chan. “Sepertinya sampai besok siang. Beliau ada meeting malam ini di ruang Cendana sesuai rencana.”   “Oke, terima kasih,” jawab Chan sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat wajah wanita itu merah merona.   Diam-diam Chan sudah sempat memfoto Hendi dan pasangannya ketika berada di dalam koridor Mal. Dia mengirimkan foto itu kepada Andrew dan memintanya untuk mencari tahu kegiatan Hendi malam itu di Hotel Grand Hyatt. Kalau memungkinkan Chan ingin alat penyadap di ruang Cendana dan kamar 1035.   Ketika Chan berjalan di trotoar menuju stasiun MRT, dia baru tersadar telah melupakan sesuatu yang penting.   Astaga! Yuri!!!   Di mana Yuri???   Bagaimana mungkin dia meninggalkan Yuri begitu saja????   Chan bergegas ke peron MRT dan mencari ke sana kemari. Dia tidak menemukan Yuri dimanapun. Kemungkinan Yuri sudah kembali duluan. Tentu saja! Ini hari pertama mereka kerja! Rasanya aneh kalau sampai terlambat kembali ke kantor di jam makan siang.   Shit!   Dia harus minta maaf pada Yuri karena menghilang!   Chan tiba di kantor sekitar hampir jam dua siang. Orang-orang sudah sibuk bekerja. Chan kembali ke tempat duduknya diam-diam, namun Socrates memergoki kedatangannya.   “Kamu dicari-cari Pak Eric. Ke mana saja sih?” tanya Socrates gusar.   “Ah, maafkan aku. Tadi aku cari baju ganti di mal. Tidak enak pakai baju yang ketumpahan kopi,” jawab Chan sambil tersenyum meminta maaf.   “Ya, sudah kuduga. Lain kali bilang-bilang biar tidak dicari bos. Aku sudah info beliau hal yang sama sih,” jawab Socrates.   “Wah, terima kasih atas bantuannya, Soc,” jawab Chan meringis.   Setelah bekerja beberapa saat, Chan pergi ke toilet gedung dan berpapasan di koridor dengan Yuri.   “Yuri…” sapa Chan.   Namun Yuri membuang muka dan berjalan cepat-cepat masuk ke ruang rapat, menyusul anggota tim yang lain.   Chan mendesah dengan murung.   Aduh, Yuri salah paham! Celaka!   Chan memperhatikan sosok Yuri dari balik kaca. Ruangan meeting yang dimasuki Yuri hanya buram sebagian, menutupi bagian yang mengekspos layar LED. Jika peserta meeting duduk, orang masih bisa melihat sosok mereka dengan jelas dari luar.   Yuri duduk di salah satu kursi. Chris berjalan cepat melewati Chan, dan memasuki ruang meeting, lalu duduk tepat di kursi kosong sebelah Yuri. Kursi itu digeser sedemikian rupa sehingga bersentuhan dengan Yuri. Lengan mereka bersentuhan, dan terlihat kepala mereka begitu dekat karena Chris sedang menunjukkan sesuatu pada Yuri di layar laptopnya.   Hei, itu terlalu dekat!   Lho, Chan mengapa harus protes? Yuri kan, bukan kekasihmu? Lagipula, banyak sekali wanita cantik dan seksi mengantri untuk dinikmati olehmu?   Mengapa kamu jadi terobsesi pada Yuri yang biasa-biasa saja dan tidak memedulikanmu? Ada apa yang salah dengan otakmu, Chan?   Ingat tujuan awalmu mendekati Yuri. Kamu hanya ingin memanfaatkan akses yang dia miliki sebagai Internal Audit Officer! Percintaan bukanlah fokusmu saat ini Chan!!!   Hah, Chan menghela napas. Mengapa dia begitu terdistraksi oleh rasa penasarannya terhadap Yuri?   Mungkin kalau dia bisa meniduri Yuri sekali saja, rasa penasarannya bakal hilang dan dia bisa focus pada misinya.   Hei, itu ide yang brilian! Bagus, Chan! Mungkin ide itu bisa dicoba! *** Bantu Author masukin ke library MY SEXY IT GUY (ENGLISH) buat lomba, terima kasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD