23. Berulah

1591 Words
Barisan panjang para cowok yang paling ditakuti di seantero sekolah itu kini kembali terlihat berjalan bersama memenuhi setiap koridor yang mereka lewati. Biasanya kalau sudah berkumpul jadi satu seperti itu, pasti akan ada yang terjadi setelahnya. Berjalannya kumpulan cowok berandal dan tukang buat onar itu menjadi suatu kejadian yang selalu di tunggu-tunggu oleh para cewek. Hanya pada saat seperti itu saja mereka bisa melihat semua cogan SMA Garuda berkumpul jadi satu. Berjalan memimpin paling depan selalu ada Mahesa dengan tatapan tajamnya. Dasi yang digantung asal pada leher lalu kedua tangan masuk ke dalam saku celana. Rahang yang tegas serta wajah datar menjadi ciri khasnya. Sementara di sebelah kanan Mahesa ada tangan kanan Titan, Laskar, cowok dengan tubuh tinggi besar yang selalu siap dijadikan tameng utama karena kekuatannya dalam berkelahi. Lalu di bagian kiri ada Kaylendra, tubuh cowok itu tidak terlalu besar, tinggi kecil. Namun, sekali Kaylendra membuat rencana, maka siap-siap saja musuh akan rata. Memanjang ke belakang ada anggota yang lain dengan karakter masing-masing. "Anjir Kak Mahesa tuh, Kak Mahesa! Duuhh ganteng banget!" "Gila gue ngefans banget sama Kay! Lihat mukanya dingin gitu yaampun rasanya pengen culik bawa pulang." "Kalau gue sih lebih suka Kak Rizal, lucu gila orangnya. Pasti selalu ketawa kalau sama dia." "LASKAR! Omaygat! Dia yang pacarannya siapa sih itu namanya lupa gue. Anak dance yang cantik banget itu yaampun kenapa harus punya pawang sih?" "Pokoknya Mahesa ganteng banget fiks no debat!" "Mahesa calon suami gue pokoknya." "Sembarangan masa depan gue tuh." Suara pekikan dari pada adik kelas yang Mahesa dan teman-temannya lewati sudah biasa seperti itu. Selalu histeris tiap kali Mahesa dan yang lainnya lewat. Mereka tidak pernah malu memuji secara terang-terangan para cowok itu. Bahkan biasanya juga ada yang secara langsung menyatakan perasaannya padahal sudah tau jika presentase diterimanya sangat kecil. Diantara semua cowok itu, Azka lah yang suka sekali memanfaatkan keadaan. Kalau ada yang menembaknya, tidak tunggu lama, Azka langsung menerima tidak peduli dengan siapa itu. Kata playboy sudah sangat melekat padanya. Jika ditanya ada berapa mantan Azka, jawabannya sama dengan sisi lingkaran. Tak terhingga. Tujuan anggota Titan berjalan ramai-ramai seperti itu adalah untuk menemui satu orang biang masalah. Orang itu sudah ditahan di toilet paling pojok di SMA Garuda. Kenapa di sebut paling pojok? Karena toilet itu sangat jarang digunakan mengingat tempatnya yang sedikit masuk ke belakang sekolah. Letaknya ada disebelah gudang dan peralatan olah raga, seni, dan sebagainya. Intinya dekat ruang penyimpanan. Sampai di toilet, Mahesa langsung menunjukkan seringainya. Cowok itu melihat seseorang yang sudah terikat kedua tangannya ke pohon yang ada di belakangnya. Tatapan ketakutan terpancar jelas dari sorot mata cowok itu. Mahesa semakin berjalan mendekat yang artinya cowok semakin dalam tanda merah alias bahaya. "Ini, Sa. Cowok yang suka ngumbarin hal-hal buruk tentang Titan. Dia juga yang selama ini ngaduin anak-anak yang lain kalau bolos atau ngerokok." Mahesa terkekeh meremehkan. Diraihnya dagu cowok itu. "Ada masalah apa lo sama gue hm? Perasaan gue nggak ada pernah ngusik kehidupan lo. Kenapa lo malah sibuk ngurusin kehidupan kita?" tanya Mahesa dengan suara berat yang menyeramkan. "Udah Sa, jangan kelamaan. Cowok banci kayak dia bagusnya langsung dihajar!" Azka yang sudah geram dengan modelan cowok bermulut ember dengan sangat semangat mengompori Mahesa. "Sa, kasih pelajaran aja biar kapok. Biar nggak seenaknya. Dia pikir dia siapa bisa jelek-jelekin Titan?" Laskar juga angkat bicara. Cowok itu bersandar pada tembok dengan kedua tangan dilipat di depan d**a. Mahesa kembali menatap cowok di hadapannya itu. Dia masih bungkam dan terus membuang mukanya, antara takut atau memang tidak mau menatap Mahesa. "Lo lihat di belakang gue ada berapa banyak orang," Mahesa berujar. Perlahan cowok itu melirik puluhan orang dia belakang Mahesa. Semuanya anak SMA Garuda. "Gue bisa aja langsung keroyok lo di sini, tapi pasti lo nanti akan ngadu kan ke guru? Gue udan tau gaya-gaya cowok caper kayak lo." Mahesa lalu memiringkan kepalanya, ada satu benda yang menarik perhatiannya. Sebuah ponsel yang ada di saku kemeja sekolah cowok itu. Langsung saja Mahesa merampasnya. "Balikin hp gue!" cowok itu memekik membuat Mahesa sedikit terkejut, begitu juga dengan yang lainnya. Bukannya takut, cowok itu malah jadi bahan bercandaan karena suaranya yang tinggi melengking mirip perempuan. "Apa? Mau apa? Mau hp?" tanya Mahesa merendahkan. "Balikin hp gue, Mahesa!" Pluk! Bukannya mengembalikan, Mahesa malah menjatuhkan ponsel tersebut ke tanah. Tidak cukup sampai di situ, Mahesa juga dengan sengaja bergerak lambat lalu menginjak ponsel yang kacanya sudah retak itu. Dengan gerakan tersebut Mahesa berhasil menghancurkan benda pipih tersebut. "Rusak, gimana dong?" Mahesa berlaga sedih sementara temannya yang lain tertawa kencang. "Anjing lo, Mahesa! Itu hp pemberian almarhum bokap gue b*****t!" cowok itu tiba-tiba berteriak serta mengumpati Mahesa dengan nada tinggi. Seketika semuanya terdiam tidak percaya. Bugh! Merasa tidak terima, Mahesa langsung meninju wajah cowok itu. Hidungnya langsung mengeluarkan darah saat itu juga. "Sakit? Itu balasan kalau lo berani ngomong lebih tinggi dari gue!" lagi, suara berat Mahesa sukses membuat bulu kuduk merinding. Cowok itu meringis merasakan sakit. Hingga kemudian dengan dingin, Mahesa berjalan memutar melepaskan ikatan cowok itu membuat teman-temannya bertanya tidak mengerti. Setelah cowok itu terlepas. Mahesa langsung berdiri tepat di depannya. "Nggak terima kan hp buluk lo ini gue hancurin? Mau ngelawan gue? Sini, gue kasih lo kesempatan buat melawan." Merasa tertantang, akhirnya cowok itu berani maju menyerang. Pukulan demi pukulan dia berikan, tapi Mahesa dengan gampang menepisnya. "Segitu doang? Lemah!" Bugh! Gantian Mahesa yang menyerang dan sekali pukul cowok itu tersungkur. Selanjutnya Mahesa memaksa cowok itu berdiri dengan meraih kerah bagian depan seragamnya. "Gue peringati sama lo, jangan sekali-kali coba ngusik ketenangan kita. Sekali kita bangkit, lo bakal habis." Bugh! Sekali lagi pukulan keras tepat di purut membuat cowok itu terbatuk hebat. Mahesa tidak melepaskannya begitu saja. Dia malah kembali membangunkan cowok itu. Naasnya Mahesa menyeret cowok itu menuju teman-temannya. Di sana, cowok itu dihajar habis-habisan oleh teman-teman Mahesa hingga tepar. Setelah dirasa puas. Mahesa dan semua temannya pergi meninggalkan cowok itu sendirian. Peduli apa jika cowok itu akan mati di sana. Malahan akan bagus pikir Mahesa, karena dengan demikian populasi orang cepu akan berkurang. **** Jam waktu istirahat telah berbunyi di setiap pengeras suara yang ada di beberapa titik di SMA Garuda. Di depan kelasnya. Mahesa dan keempat temannya duduk berkumpul. Sesekali juga menggoda cewek yang lewat. Bahkan ada dari mereka yang sengaja lewat untuk caper. Mahesa dan teman-temannya fine-fine saja. Mereka malah punya mangsa untuk digoda. Apalagi Azka, cowok itu sangat semangat. "Eh ada neng Marisa, apa kabar neng? Sehat?" Cewek bernama Marisa yang kebetulan lewat pun tak ayal jadi sasaran cowok buaya itu. Marisa tidak bisa membantah jika dirinya salah tingkah. "Apaan sih, Azka? Nggak jelas deh!" begitu balas Marisa yang sudah kepalang malu. Masalahnya semua pandangan para cowok itu tertuju kepadanya. "Iya deh, tapi yang penting neng Marisa sehat kan? Mau ke mana ngomong-ngomong. Tumben sendirian aja. Temannya mana?" Azka belum juga berhenti. Suaranya itu loh yang membuat para cewek klepek-klepek kepadanya. "Mau ke kantin. Kenapa?" "Wih bagus dong, abang nitip minum boleh?" "Nggak!" "Yaa padahal haus." Sekarang Azka mengeluarkan jurus andalannya. Kedipan mata yang tidak pernah gagal memikat belakangan ini. Teman-teman Azka sampai geleng-geleng kepala. Mau heran tapi ini Azka. Playboy cap cupang. Hampir tidak pernah Azka gagal dalam aksinya. Seperti sekarang, entah bagaimana caranya tiba-tiba Marisa menghembuskan napasnya kasar sambil menatap Azka sengit. "Oke! Gue beliin lo minum. Tapi stop ngedipin gue sama lihatin gue kayak gitu!" kata Marisa. "Siap sayang. Marisa cantik deh, abang tunggu ya minumnya." "Iya." Setelah Marisa berjalan pergi, tepuk tangan langsung dihadiahkan untuk Azka. Cowok itu jadi besar kepala. Dia lalu berdiri dan memberi hormat kepada teman-temannya. Melihat itu Rizal yang gemas langsung saja memukul kepalanya. "Stres!" umpat Rizal setelahnya. Azka sempat meringis, tapi tidak protes. "Yang penting dapat minum gratis! Cuma modal kedip haus ilang." "Percaya kagak percaya, kayaknya Marisa lebih ke jijik sih tadi. Kelihatan banget mana muka yang sedang nahan mual mana muka yang murni kasmaran," ujar Laskar. "Ah elu mah selalu mematahkan kebahagiaan teman. Gak like gue!" Azka pura-pura ngambek dengan membuang muka. Namun, siapa sangka cowok itu malah melihat pemandangan yang indah. Azka melihat tiga cewek yang akhir-akhir ini namanya sedang booming berjalan beriringan menuju ke arahnya. Segera Azka pasang badan. "Dua tiga burung gelatik, Mau ke mana nih cewek-cewek cantik." Seakan tidak ada habisnya tingkah cowok satu itu. Selina, Anggi, dan Gisel yang hendak melintas pun jadi terpaksa berhenti karena Azka menghalangi jalan mereka. Melihat hal itu, Laskar langsung melepas sepatunya dan melemparkannya tepat mengenai punggung Azka. "Gangguin cewek gue, pulang tinggal nama lo!" Laskar mengancam Azka. "Apa sih nggak asik banget mainnya sama nyawa. Iya nih, iya gue nggak ganggu punya lo," balas Azka. "Anggi doang? Gisel gue juga lepasin lah, calon gue tuh jangan main-main. Gue patahin tulang lo mampus ntar!" Rizal jadi ikutan-ikutan mengancam. Setelah itu tatapan Azka beralih kepada Mahesa. Dilihatnya Mahesa yang hanya diam dengan tatapan datar. "Jadi bos, Selina nggak mau di belain juga nih?" kata Azka sambil menatap Mahesa dan Selina secara bergantian. "Halo fren, ngapa malah pada diem? Yakin nih Selina buat gue?" Sontak saat itu juga, Mahesa langsung berdiri. Dengan aura dingin yang menyeramkan. Mahesa langsung menarik Selina tanpa basa-basi. Selina yang mendapat perlakuan seperti itu jelas kaget. Awalnya Selina meronta ingin dilepaskan. Namun cekalan tangan Mahesa terlalu kuat. Alhasil Selina tidak bisa melepaskan dirinya dari Mahesa. Semua yang melihat Mahesa memperlakukan Selina seperti itu hanya bisa terbengong tidak percaya. Begitu juga dengan Anggi dan Gisel. "Semakin lama semakin posesif ya bapak Mahesa," celetuk Anggi. "Serem cuy mainnya langsung fisik," balas Rizal. "Gak bayangin kalau beneran mereka bakal jadian. Kuat nggak ya mental si Selina?" sahut Laskar. "Bukan maen. Damage abang Mahesa nggak ada lawan!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD