Plak
Semua orang kaget. Tamparan itu begitu keras mendarat di pipi Stefani. Stefani menatap tajam pelaku yang telah berani menampar dirinya
Zahra berdiri di hadapan Stefani dengan tatapan tidak kalah tajam. Ia tidak gentar melihat taring Stefani yang sedikit terlihat dan hanya disadari oleh Zahra.
“Kamu... “ Stefani memegangi pipinya. Ia terbakar rasa amarah, bukan lantaran tampar itu yang sedikit pun tidak terasa sakit. Stefani terbakar kemarahan, karena Zahra sudah berani menamparnya di depan umum. Stefani sangat terhina.
“Jangan pernah kamu pikir saya akan diam atas semua yang kamu lakukan! “ desis Zahra. “Ini peringatan buat kamu! Jangan ganggu keluarga saya! “
Zahra berbalik hendak melangkah pergi.
Stefani mengeram kesal. Ingin rasanya dia membanting Zahra dengan kekuatan jinnya, tapi ia tidak bisa melakukan itu sekarang jika tidak ingin kedoknya terbuka.
“Apa salahku....” Stefani berpura-pura menangis.
Sekali lagi, Zahra muak pada tipu daya jin itu.
“Jangan percaya dia! Dia tidak seperti yang kalian liat,” kata Zahra mengingatkan. Ia tidak peduli pada tatapan tidak suka yang mereka lemparkan.
“Tapi, saya... ada apa dengan kamu, hiks.. kemarin, kamu melukai tangan saya dan sekarang kamu menampar saya, hiks...hiks.. apa salah saya.”
Zahra membuang nafas kasar. Ia muak.
Stefani langsung menghentikan langkah Zahra.” Kalo saya ada salah sama kamu, saya minta maaf...”
Stefani langsung memeluk Zahra. Zahra kaget dan tidak sempat mengelak. “Kamu tahu Zahr, goresan itu terlihat bagus di tangan kalian, mungkin suatu hari giliran orang yang kamu panggil bulek,” Bisik Stefani.
Zahra refleks mendorong Stefani. Stefani berhasil memancing kemarahan Zahra.
Zahra melayangkan tangannya ke arah pipi Stefani.
“Jangan berbuat kasar di sekolah, khususnya di kelas ini !”
Seseorang menarik tubuh Stefani ke belakang, menjauh dari jangkau tangan Zahra. Zahra hampir terjatuh karena kehilangan objeknya.
“Apa seperti ini sikap seorang muslimah?”
Muncul seseorang dari belakang Stefani.
Zahra terdiam melihat siapa yang berbicara. “Mas kaca....,” cicit Zahra.
“Saya, ketua kelas di kelas ini, jadi tolong jangan membuat keributan di sini. Sebaiknya kamu pergi dari sini!” kata Ilham dengan nada tajam.
“Siapa kamu, beraninya berkata tajam seperti itu Zahra?!! “ Kelvin muncul di sana.
Ilham terlihat tenang. “Saya hanya menyuruh dia untuk pergi.”
“Stefani, apa yang kamu lakukan sampai membuat Zahra marah! “ Kelvin hendak meraih lengan Stefani, namun pergerakannya di tahan oleh Ilham.
“Jangan kasar pada wanita,” kata Ilham. Ia menghempas tangan Kelvin agar menjauh dari Stefani.
“Kelvin, saya tidak melakukan apapun. Zahra yang tiba-tiba menampar saya. Semua orang di kelas ini saksinya.”
“Tidak mungkin, Stefani! Kamu pasti melakukan sesuatu hingga Zahra marah.”
“Tapi saya gak ngapa-ngapain. “ Stefani mulai pura-pura terisak.
“Saya tidak percaya!”
“Saya berkata jujur.”
“Saya tahu siapa Zahra. Dia jelas tidak akan melakukan hal ini jika kamu tidak mengusiknya!”
“Kamu selalu membela Zahra.”
“Karena Zahra adalah pasan—“
“KELVIN !” potong Zahra. “ Ngapain kamu di sini? Saya gak butuh bantuan kamu! Jangan pura-pura baik pada saya! Saya tahu siapa kalian berdua. Kalian tidak bisa menipu saya! “
“Stefani, saya tidak akan membiarkan kamu begitu saja! Ingat itu.” Zahra berbalik.
“Aku pikir, dia gadis baik. Ternyata tidak.”
Zahra menoleh, ia melihat Ilham berbalik dan pergi dari sana. Zahra menatap punggung itu.
Zahra tidak kembali ke kelas, Ia malah pergi ke musholah sekolah. Zahra mengambil wudu dan memilih berdiam diri di musholah, ia sudah terpancing emosi hingga mengikuti langkah-langkah setan.
Berita mengenai Zahra yang menampar Stefani, sudah sampai ke kelas 2 IPS 1, mereka heboh lantaran Zahra adalah orang yang sulit terpancing marah, apa lagi sampai berantem.
“Eh, benaran tuh princess muslimah nampak orang?” Willy heboh di kelas. “Mana nih princess muslimah.” Willy celingak-celinguk mencari Zahra.
“Ngapain sih Lo heboh nyariin Zahra? “decak Sarah.
“Gak percuma kita jadiin Zahra princess. Selain lemah lembut ternyata strong juga. Jadi cccaaaalllluuuttt. ” Willy tersenyum lebar. “Mau minta tanda tangan princess, ihhh...” Willy heboh lagi.
“Apaan sih, Wil. Gak pernah jelas deh loh! “sentak Sarah. Sarah memutar bola mata jengah dan memilih kembali ke bangkunya.
“Idih, iri banget. Dasar jutek. Bilang aja kalo ngefans sama babang Lee Min Hoo kw 1,” gumam Willy begitu melihat Sarah menjauh.
Kerly yang berada di belakang Willy, tertawa mendengar pertengkaran keduanya ditambah Willy yang kandang bertingkah diluar perilaku orang normal.
“Pagi-pagi udah bad mood aja..,” sapa Kerly.
“Tahu tuh si Willy. Kadang suka mancing emosi. Orang di mana-mana mancing ikan dia tiap hari mancing emosi. Sebel banget.”
“Awas loh... Kata orang benci dan cinta itu beda tipis,” goda Kerly.
“Iya itu kata orang. Emang Willy orang? Gak ada gen orang kayaknya dia.”
Kerly tertawa geli melihat wajah Sarah. “ Tadi aku dengar katanya Zahra nampar anak IPA, anak baru, terus ada Kelvin juga di sana.”
“Iya, gue juga dengar. Dan Kelvin belain Zahra di sana. Prince idaman bangetkan. Jadi cinta deh....”
“Lah, udah cinta aja Lo. Baru juga ketemu satu hari. Lebay deh.”
“Habisnya dia tampan banget sih.”
“Idih...” Kerly menggeleng-geleng.
“Gue dengar ada yang bilang mereka berantem karena memperebutkan Kelvin. Soalnya Kelvin selalu ada pas mereka berantem.”
“Lah emang mereka saling kenal? Mereka bertiga? “
“Hem, iya kayaknya. Kemarin Zahra dikeluarin dari kelas juga karena dia marah ada Kelvin di sini. Dan terus di hari itu juga ada yang berantem, gue kira siapa, gak tahunya Zahra sama tuh anak IPA.”
“Serius? “
“Iya.”
“Apa mungkin princess muslimah, gitu? Lo percaya? Selama kita bersahabat, Lo kan tahu Zahra kayak gimana. Dia paling menjaga sama yang namanya cowok. Boro-boro suka, slogannya, no pacaran, pacaran is haram.”
“Yap, gue juga bingung.”
“Terus...”
“Hem, mungkin aja Zahra jatuh cinta, secara Kelvin kan ganteng banget.”
“Mana sih Kelvin, kepo gue, seganteng apa.”
“Dia ganteng banget. Apa mungkin Zahra diam-diam suka sama Kelvin dan jealous gitu liat tuh murid baru—Stefani deketin Kelvin.”
“Apaan sih, Lo kebanyakan baca n****+ sih, jadi setting di kepala Lo isinya itu semua.”
*
*
Zahra terus beristigfar dan baru keluar saat bel masuk berbunyi. ia bergegas ke kelas. Di depan mushola, ia kaget ada Kelvin yang menunggunya. Zahra mengabaikan keberadaan Kelvin di sana, dan berjalan saja berpura-pura tidak melihat jin itu.
“Zar, saya datang ke sini untuk minta maaf atas apa yang Stefani lakukan pada kamu.” Kelvin menghentikan langkah Zahra.
“Saya sudah berjanji untuk tidak memberitahu siapa pun tentang kalian. Dan itu artinya kalian juga harus menjauh dari saya dan keluarga saya! Kenapa kalian justru ke sini?”
Kelvin membisu.
“Tidak bisa jawab? Apa yang kamu harapkan dari permintaan maaf itu? Saya hanya ingin hidup normal, setelah tragedi itu. Dan kehadiran kalian, membuat saya tidak bisa bernafas. Kalian membuat saya tidak bisa hidup normal.”
“Memangnya apa yang Stefani lakukan?”