Two

1534 Words
Butiran keringat menghiasi wajah Zahra. Gadis itu mengatur nafasnya yang masih tersendat-sendat karena mimpi buruk itu. Mata gadis itu lalu beralih menyapu jam dinding di kamarnya. Pukul lima sore. “Sudah Ummi katakan, tidak baik tidur setelah ashar.” Umi duduk di sisi ranjang Zahra. “Mimpi buruk?" tanya umi, tangannya mengelus pelan kepala Zahra. “Iya, Umi. “ Zahra menundukkan. Ia merasa bersalah karena tidak mengindahkan nasihat Ummi dan tidur setelah melaksanakan salat ashar. Zahra pikir bahwa tidur sore hari tidak baik untuk kesehatan hanya sekedar mitos. Zahra sebenarnya sering mendengar bahwa tidur sore bisa menyebabkan kepala pusing dan kini Zahra menyesal. Kepalanya benar-benar pusing. “Ya udah, sekarang siap-siap, sebentar lagi magrib dan Zahra harus ke musholah untuk mengajikan? “ Zahra mengangguk. Ia bangkit dari kasur dengan pikiran yang masih entah kemana. Mimpi barusan benar-benar menyita ruang pada kepalanya. Zahra jadi teringat mengenai Aminah, sahabatnya yang pergi enam tahun yang lalu. Amina di pergi untuk mondok di pesantren dan sejak saat itu kabar Aminah tidak pernah lagi terdengar, orang tua Aminah juga secara tiba-tiba menghilang, entah kemana. “Makanya Zahra, jangan tidur sore. Udah buruan ambil wudu,” omel Zahra pada dirinya sendiri. Gadis itu bergegas mengambil wudu dan bersiap berangkat mengaji. “Ummi, Abbi, Zahra pamit pergi ngaji, ya. Assalamualaikum..” Zahra mencium kedua tangan orangtuanya. Gadis itu tersenyum lebar. Mengaji adalah salah satu kegiatan favorit Zahra. Di pengajian Zahra bisa bertemu banyak teman dan mendapatkan pelajaran baru setiap harinya. Seperti biasa, sebelum tiba gilirannya. Zahra akan membiasakan diri membaca terlebih dahulu ayat yang akan ia bacakan di hadapan Ustadz. “Eh, aku bawa n****+ dong. Genrenya tentang vampire...” Zahra yang sedang asik mengaji tidak sengaja mendengar percakapan kedua santri itu. “n****+ vampire? Aku gak suka vampire. Vampire itu jahat. Dia suka makan darah manusia, tahu! “ “Eh, siapa bilang! vampire di n****+ ini baik banget. Dia romantis dan sweet banget. Mana ganteng lagi. Pokoknya tipe idaman cewek banget.... kamu juga kalo ketemu vampire model gini, pasti kelepek-kelepek juga... “ “Eleh... kamu aja sana sama vampire. Aku mah ogah! Setampan-tampannya vampire. Dia tetap vampire. Ogah banget. Entar keturunan aku penghisap darah kayak nyamuk. “ “Terserah.. aku mah tetap pengin tahu, ketemu vampire.” “Idih... kamu tuh terlalu percaya n****+. Fiks, aku yakin vampire itu suka ngisep darah. Kamu mau di hisap darahnya sampai mati? “ “Ih kamu kok bawa-bawa mati sih? “ “Habisnya kamu, terlalu halu! “ “Tapi gak usah bawa-bawa mati juga kali! “ “Lah emang vampire di n****+ katanya suka hisap darahkan! Kalo darah habis ya, pasti matilah.. “ “Ih kamu kok—“ “Assalamualaikum....” Ustadz tersenyum. Rupanya sejak tadi Ustadz sudah memperhatikan gerak-gerik kedua santrinya itu. “Waalaikumsalam, Ustadz... “cicit keduanya. Keduanya spontan tertunduk. “Bahas apa sih? Sampai ribut gitu?” tanya ustadz, pelan. Keduanya terlihat ragu menjawab, namun selang beberapa detik mereka memutuskan untuk menceritakan segalanya pada Ustadz tentang perdebatan mereka yang pro dan kontra mengenai vampire. “Ustadz, apa vampire itu ada? “tanya Zahra yang sejak tadi sudah menjadi pendengar ilegal. Ustadz tersenyum. “Akan Ustadz jelaskan nanti.” *** “Eh, tumben penjaga sekolah datang telat...” Sarah terkekeh mendapati Zahra berdiri di ambang pintu kelas dengan nafsa terengah-engah. Zahra baru saja berlari secepat kilat melebih kecepatan pak satpam menutup pagar sekolah. “Tumben, Zahr telat. Biasanya kamu datang sebelum ayam bangun,” timpal Kerly. Sarah dan Kerly adalah sahabat Zahra, mereka sudah bersahabat selama dua tahun. Penampilan mereka yang bagai langit dan bumi tidak menghalangi persahabatan mereka. Zahra si gadis syari dengan jilbab lima lapis yang hampir terjulur setengah tubuhnya, berbanding terbalik dengan Sarah dan Kerly. Mereka gadis modis yang menjunjung tinggi pakaian kurang dasar yang di anggap modis. “Assalamualaikum.... “ sapa Zahra dengan nafas yang masih belum beraturan. Gadis itu lalu meletakkan tasnya di kursi dan menjatuhkan dirinya di sana. “Ya Allah, untung masih bisa masuk.. “gumam Zahra pelan. “Kesiangan? “tanya Sarah terkekeh. “Mau di beliin minuman gak? “ Zarah menggeleng. “Gak perlu. Bentar lagi guru masuk.” “Ya udah.. “ “Rok kalian di kecilin lagi? “ mata Zahra langsung menyoroti rok yang kedua sahabatnya itu kenakan. “Iya, baguskan?” sahut Sarah bangga. “Bagus? “ Zahra meringgis. Membayangkan mata jalang para pria yang menatap lekuk tubuh yang terbentuk akibat ulah sahabatnya itu memodifikasi rok sekolah secara brutal. “Ketet gitu.... “ “Iya, ini namanya modis.. “sahut Sarah. Gadis itu berputar menujukan pada Zahra. Semakin memperjelas bentuk rok barunya itu. Zahra spontan mengambil jaket dan membalutkan jaketnya pada rok Sarah. “Ihh, Zarah. Apa sih.... “ protes Sarah. “Ini jauh lebih bagus. Lagian rok gini kalo di lihat guru BK bisa bahaya. Kalian tuh kenapa sih, rok ketat gini di mana bagusnya coba? kalo dosa, iya. Kita ini muslimah, wajib bagi kita menutup aurat, bukan malah mengubarnya kayak gini.. “ “Ya elah Zahr. Kamu aja gak tahu model. Ini soal selera, Zahr. Ini lagi trend.... kalo Jilbab lima lapis kamu mah udah ketinggalan trend. “ “Ini buka soal treand Sar, Kerl. Ini soal kewajiban. Jilbab itu kewajiban bagi setiap muslimah. Kalian juga wajib menutupi aurat. Ini bentuk kasih sayang Allah buat kita. Allah pengen kita bagai mutiara yang terjaga, bukan kaya pajangan yang bisa di nikmati siapa saja.” “Iya nanti deh, kalo udah tua, aku pake jilbab.... “sahut Sarah seperti biasa. Ceplas-ceplos. Zahra menggeleng. “Zahra, sahabatku.. bukan aku gak mau nutup aurat. Tapi aku masih belum dapat hidayah. Masih nunggu nih..,” tambah Sarah lagi. “Hidayah itu bukan di tunggu tapi di raih. Percuma kalo hidayah udah datang tapi kamunya nolak terus,” sahut Zahra, sedikit tajam. “Selalu. Setiap bahas tentang mode pakaian kita pasti bertengkar. “ Kerly yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Bukan gitu, Kerly. Aku hanya ingin kita menjadi sahabat hingga ke surga, aku ingin kalian mengerti bahwa Jilbab adalah bentuk kasih sayang Allah pada wanita dan juga penjaga wanita dari pandangan buruk pria.” Zahra menghela nafas. “Aku minta maaf jika cara ku menasihati kalian salah.” “Hem, Zahr...,” panggil Sarah, ia lalu memeluk sahabatnya itu. “Aku tahu kok maksud kamu baik.... Maafin aku juga ya... ” Kerly tersenyum dan ikut bergabung memeluk kedua sahabatnya itu. “ Nah gini doang..” “Eh, ini hari pelukan ya? boleh gabung gak?” goda pria teman sekelas mereka yang baru saja masuk ke dalam kelas. Dan langsung di suguhi drama teletubbies “Nih kalo mau gabung! “ Zahra mengepalkan tangannya membuat pria yang menggoda mereka tertawa geli. “ih.. kabur ah sebelum princess muslimah, marah... ” katanya sebelum ngibrit pergi. “Hahha... Princess muslimah... “ Sarah ikut mengoda Zahra. Zahra menghela nafas panjang, julukan itu ia dapatkan dari Sarah. Sarah mengklaim kulit Zahra terlampau putih hingga cocok mendapat gelar princess. “Emang kulit aku putih banget ya? “tanya Zahra untuk kesekian kalinya. Kerly mengangguk. “Wajar sih kulit kamu putih gitu. Tiap hari di bungkus, ya pasti putihlah...” sahut Sarah. “Aku sih yakin kamu manusia terputih di DUNIA,” statement Sarah barusan mengingatkan Zahra akan kejadian semalam, sepulang mengaji. Sepulang mengaji, mereka bercerita tentang jawaban Ustadz mengenai Vampire. “Tuhkan, vampire itu gak ada. Yang ada jin yang mungkin mengambil bentuk vampire sesuai dengan khayalan manusia,” simpul Zahra. Kedua santri yang tadi berdebat mulai menemukan titik terang. “Jin juga ada yang Kafir dan muslim sama seperti manusia. Jin juga makan, tidur dan beribadah seperti manusia,” timpal Zahra lagi. “Eh, itu orang ngapain? “ seru seorang santri. Mereka semua refleks langsung menyoroti pria yang berdiri di tengah jalan membelakangi mereka. “Ih....h... itu.. bukan jurik kan? “ Zahra memperhatikannya dengan sesama, ia memakai hoodie berwarna hitam drak berbahan dasar kulit. “Kayaknya itu manusia... “kata Zahra. Angin dari utara tiba-tiba berembus sangat kencang hingga menyingkap hoodie yang pria itu pakai. Mereka semua terkejut saat tanpa sengaja melihat wajah pucat pria itu. “Masyallah, itu kulit putih banget... “ Teman Zahra langsung memotret dengan ponselnya, tapi ia lupa mematikan flashlight kamera, sehingga pria itu menangkat kepalanya. Tatapan mata Zahra bertemu pria itu. Mereka terkejut dan menarik Zahra lari. “Ayo, Zahr, kabur... “teriak teman Zahra. Mereka layaknya pencuri yang tertangkap basah. “Ya Allah... “ Zahra tiba di ambang pintu rumah dengan jantung yang berdegup sangat kencang. Ia sedikit takut dengan kejadian tadi, meski bukan pelaku utama tapi tetap saja Zahra bersalah karena telah melakukan kegiatan ilegal mengambil foto tanpa persetujuan. “ASTAGA! “ Tepukan pelan yang mendarat di bahu Zahra membuat Zahra terkejut berlebihan. Gadis itu menoleh dan mendapati abi berdiri dengan raut wajah bingung. “Ada apa? “tanya abi. “Enggak, Bi.. cuman... itu.. “ “Cuman apa? sampai buat kamu lupa ngucapin salam. Abi pernah bilangkan. Kalo masuk rumah harus ngucapin salam. Biar setan gak ikut masuk.” “Iya, Bi... Zahra lupa. Maaf, Bi... “ Abi tersenyum. “Ya udah, lain kali jangan lupa ya...nanti kalo kamu lupa lagi, bisa-bisa ada vampire yang ikut masuk... Kan bahaya kalo jin ikut juga, kamu mau jadi—“ “Ih Abi, kok jadi nakuti Zahra sih.. lagian kata Ustadz, vampire itu gak ada, yang ada jin mengambil rupa vampire.” Abi tertawa melihat wajah Zahra yang terlalu serius. “Iya deh.. anak Abi emang pintar. Sekarang, bersih-bersih terus makan lalu tidur. Jangan begandang entar bisa telat salat subuhnya..” “Oke, siap Bi... “ Zahra memeluk abi sebelum masuk ke kamar. “Nak, tunggu, itu di luar teman kamu? “ “Ha? “ “Zahra.... “ Sarah menguncang bahu Zahra, membuat gadis itu tersadar. “Di ajak ngomong malah bengong. Efek kurang tidur nih... “ “Sarah, aku ketemu orang yang lebih putih dari aku,” ucap Zahra, pelan. “Serius? “ Sarah dan Kerly spontan tertawa. “Aku tahu Zahr, kamu gak suka sama julukan itu. Tapi jangan ngarang juga dong.” “Aku gak ngarang. Aku benaran, liat semalam....dia pria.” “Kalo gitu mungkin itu jodoh kamu...” celetuk Sarah, ngaur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD