Hari Pertama Masuk Kerja

1007 Words
Embun pagi hari begitu berharga dengan mentari yang terpancar cahayanya. Diantara dedaunan yang menembus pepohonannya terasa begitu menenangkan hati. Serta diiringi kicauan burung yang merdu seakan memberitahu Alam bahwa hari sudah menjelang pagi. Dan itu tandanya hari yang baru sudah dimulai. Di saat itu pula, Keyla sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Dia tidak mau ada sedikitpun keterlambatan karena hari ini adalah hari pertama Keyla bekerja di perusahaan furniturenya milik pak Hendra. "Kak, aku berangkat kerja dulu ya, nanti setelah pulang kerja, aku langsung menemui bapak di rumah sakit," kata Keyla kepada kakak iparnya. "Loh, kamu tidak sarapan dulu, Key? Ini masih pagi banget loh Key, Masih bisa untuk sarapan. Nanti juga kakak mau anterin kamu kesana sekalian antar Andra ke sekolah," tukas Ana sembari menyuapi Andra makan. "Tidak usah, Kak. Ini sudah jam setengah tujuh, aku naik ojek online saja. Lagi pula ini juga hari pertama aku kerja, jadi mendingan pagi-pagi saja biar tidak didahului para senior," kata Keyla tersenyum manis. "Ya sudah, kalau begitu kakak siapin kamu bekal aja ya. Sembari nunggu ojek online nya datang," kata Ana sembari beranjak dari tempat duduknya. Dia pun memberitahu pada Andra untuk makan sendiri, karena dirinya akan menyiapkan makanan dulu untuk sang bibi. Dan hal itu dipahami oleh anak tercintanya itu. "Nanti kalau pulangnya larut malam, kamu hubungi kak Deni aja. Jangan pulang sendirian, meski ada ojeg online juga kakak tidak tenang," kata Ana yang masih menyiapkan bekal untuk Keyla. "Baik lah Kak.Nanti akan ku hubungi kak Deni. Tapi mudah-mudahan saja pulang nya sore, masa baru masuk kerja harus lembur," kata Keyla. "Iya juga sih, tapi pokoknya kalau ada apa-apa kamu hubungi kakak," kata Ana lagi. "Siap kak, jangan khawatir," ucap Keyla. "Nih, bekal nya sudah siap, Ojeg online nya udah dipesankan belum?" kata Ana sembari memberikan satu kotak makanan kepada adik iparnya. "Sudah kak, makasih ya," kata Keyla sembari duduk di dekatnya Andra. "Sama-sama," kata Ana. "Sebentar ya, mama ambilkan air minum dulu," kata Ana kepada putranya. "Oke Ma!" Keponakannya Keyla itu sangat pintar dan aktif. Tapi sikap Andra kepada Keyla kurang bersahabat. Namun kepada orang lain, dia sangat hormat. Sehingga, orang yang sudah mengenali dirinya langsung suka dan sayang. "Aunty, nanti pulang nya jam berapa?" celetuk Andra sembari melahap makanan kesukaannya. Ia terpaksa makan sendiri karena sang ibu masih sibuk menyiapkan air minum dan beberapa makanan untuk yang lainnya. "Paling sore, Sayang. Kenapa? Kamu pasti kangen sama aunty ya?" canda Keyla tertawa kecil. "Mana ada, aku hanya tanya saja," jawab Andra santai. "Haiis, anak ini benar-benar ... nah gitu dong makan sendiri, jangan disuapin terus sama mama, udah gede malu sama badan," kata Keyla yang tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan nya karena ia tidak ingin debat pagi-pagi dengan keponakannya itu. "Nah, Aunty juga gitu. Kenapa nyiapin bekal saja harus sama orang lain? Kenapa tidak insiatif sendiri, malu lah sama badan udah gede masih saja bergantung pada orang lain," celetuk Andra lagi sembari memeletkan lidahnya kepada Keyla. "Ih, ini anak kalau ngomong selalu benar. Nih ya dengerin, aku—" Belum juga Keyla selesai bicara, tiba-tiba saja Ana datang dan menyelanya. "Sudah-sudah, tidak perlu diperdebatkan, tuh ojeg online nya sudah datang. Ayo bekalnya masukin langsung ke dalam tasmu biar tidak ketinggalan." "Baiklah, makasih ya Kak," kata Keyla tersenyum manis. Ia pun segera memasukkan bekalnya ke dalam tas. "Perdebatan ini kita tunda dulu ya, Bocil. Urusan kita belum selesai. Nanti kalau aku sudah pulang, kita teruskan lagi." "Oke, siapa takut!" ucap Andra dengan cepat. "Oke, aku pastikan akan membuat kamu menangis guling-guling," kata Keyla menyunggingkan bibirnya. "Sudah, sana berangkat, nanti keburu siang," kata Ana. "Iya-iya, aku tahu! Aku berangkat dulu ya, Kak," kata Keyla sembari beranjak dari tempat duduknya. "Bye aunty jelek!" Ucapan Andra membuat Ana tertawa geli. Ya, begitu lah keseharian mereka selalu mengundang gelak tawa dan candaan yang membuat mereka sangat bahagia. Keyla yang mendengar ledekan dari keponakannya, langsung mencibir sembari berjalan menuju ke luar rumah. "Dasar ponakan tidak ada akhlak. Cantik begini dibilang jelek! Sungguh tidak berperasaan." Tidak lama kemudian, ia pun langsung berangkat dengan menggunakan ojeg online. Kini Keyla bisa segera berangkat menuju ke kantor furniture milik pak Hendra. Rasa senang pun menyelimuti hatinya. Kini ia bisa bekerja dan bisa meringankan beban kakaknya untuk membiayai ayahnya di rumah sakit. "Semoga saja, ini awal yang baik untuk mencari rezeki. Semoga Tuhan berpihak padaku, mengiringi langkah ku di setiap harinya," kata Keyla dalam hati nya. *** Sesampainya di kantor, tepat di waktu yang bersamaan, Keyla dan pak Hendra telah tiba di kantor. Laki-laki paruh baya itu juga tidak sendirian, melainkan datang bersama asistennya, pak Toni. Tentu saja hal ini membuat semua karyawan yang sudah datang lebih dulu, saling berbisik satu sama lainnya. "Ada karyawan baru ya?" bisik salah satu karyawan yang ada di kantor tersebut. Tentu saja hal itu terdengar juga oleh Keyla. Namun, gadis itu tidak peduli, ia terus saja melangkah membuntuti pak Hendra sembari memberikan senyuman kepada mereka. Dan hal itu disambut positif oleh mereka kecuali satu orang, yaitu Shanty. Wanita itu tidak suka jika bosnya menambahkan seorang karyawan lagi. Entah kenapa, setiap ada karyawan baru, pasti Shanty paling terdepan untuk mengintrogasi nya. Dan sekarang, ia ingin membuat perhitungan kepada Keyla, karena sudah berhasil menjadi karyawan di perusahaan tersebut. Apalagi ia sudah tahu dari temannya yang bertugas di bagian HRD, jika pak Hendra sudah menyetujui adanya penambahan karyawan. "Oh, jadi ini karyawan yang baru itu. Cih, kita lihat saja nanti, kamu bakalan betah kerja di sini atau tidak," kata Shanty dalam hatinya. "Kenapa melongo di sini?" tanya Izma karyawan yang dipercayai pak Hendra. "Ayo kerja!" "Iya, aku tahu. Gak di suruh juga aku pasti kerja," cetus Shanty. "Terus ngapain kamu menatap karyawan baru seperti itu? Jangan-jangan kamu mau buat ulah ya?" celetuk Izma. "Kenapa memangnya? Kamu mau sekalian aku singkirkan bersama karyawan baru itu?" kata Shanty tersenyum licik. "Jangan macam-macam ya, Shanty. Meskipun jabatan kamu tinggi, kalau kerja nya tidak benar, pasti ujung-ujungnya juga kamu kena pecat!" kata Izma geram. "Kita lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan. Semoga saja ini hari terakhir mu kerja di sini," kata Shanty sembari berlalu dari hadapan Izma. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD