Undangan dari Kensington

931 Words
Inspektur Thornton telah sampai di Granger & Co, tempat dia dan Hartley berjanji untuk bertemu siang ini. Sinar matahari cukup menyengat yang secara tidak langsung memaksanya untuk segera memasuki restoran tersebut. Sesaat setelah melangkah masuk, dia melihat Hartley telah duduk di salah satu meja di ujung ruangan tengah menyesap kopinya. Beberapa dokumen dan kertas terlihat berjejer di mejanya. Tanpa basi - basi Inspektur Thornton segera menuju meja itu. “Hari yang cerah, Miss Hartley," sapa Inspektur Thornton seraya menarik kursi untuk duduk dan melepaskan topinya. “Aku harap, aku tidak terlambat." “Selamat siang, inspektur. Tentu tidak inspektur. Apa kau belum tahu bahwa kamar sewaanku berada dibangunan yang terletak persis dibelakang restoran ini? Jadi memang sudah sejak pagi tadi aku berada disini untuk menikmati hari bebas tugasku." “Oh, aku baru mendengar hal ini.” “Begitukah? Sepertinya bila aku ingat - ingat aku memang belum pernah memberitahumu tentang tempat tinggalku. Mrs. Norris kemudian datang dan menyapa Inspektur Thornton. “Selamat siang, anda ingin memesan apa, Sir.” “Hmm, segelas kopi mungkin cukup baik," jawab Inspektur Thornton. “Ada lagi, Sir? Apakah, anda ingin makan siang sekalian?” “Hmm, sepertinya boleh juga.” “Baiklah, ini daftar menu kami, Sir," ujar Mrs. Norris seraya memberikan daftar menu kepada Inspektur Thornton. “Dan, Miss Hartley, perlukah saya menyiapkan makan siang anda sekarang?” “Oh, ya Mrs. Norris. Terimakasih.” “Apa, yang nona ini pesan?, tanya Inspektur Thornton kepada Mrs. Norris. “Oh, Miss Hartley selalu memesan sosis panggang untuk makan siangnya, Sir.” “Baiklah, saya pesan itu juga.” “Baiklah, mohon tunggu sebentar, Sir," ujar Mrs. Norris dan segera mengambil kembali daftar menu kemudian beranjak dari meja tersebut. “Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku, inspektur?" tanya Hartley seraya meletakan cangkir kopinya. “Jadi begini, Miss Hartley. Sebenarnya aku mendapatkan undangan dari Lord Sebastian Blackwood untuk datang ke pesta untuk merayakan kegiatan amal yang akan diselenggarakan pada malam ini.” “Oh, bangsawan dari Kensington itu.” “Betul sekali, Miss Hartley.” “Ternyata kau orang yang cukup penting yang inspektur. Lalu, apa yang kau inginkan dariku tentang itu, inspektur?” “Aku –aku bermaksud mengajakmu juga untuk ikut hadir di pesta itu. Sebagai temanku tentunya," ujar inspektur dengan nada sedikit canggung. “Hmm, apa kau sedang ingin mendekatiku, inspektur?" tanya Hartley dengan tatapan tajam kearah mata Inspektur Thornton. “Tidak, tidak begitu, Miss Hartley," jawab inspektur semakin merasa canggung dengan suasana yang terjadi. “Bila iya pun tidak apa - apa. Kita sama - sama sudah dewasa, inspektur," jawab Hartley dengan nada yang lugas dan terkesan tanpa emosi. Wajah Inspektur Thornton sedikit memerah mendengar jawaban dari Hartley. “Jadi bagaimana, Miss Hartley?”. “Baiklah, inspektur. Malam ini aku tidak ada kesibukan yang berarti. Dan tentunya aku bisa menghemat uang makan malamku dan mencicipi hidangan mahal di pesta itu." Inspektur Thornton kini terlihat lega dengan jawaban Hartley. “Ngomong - ngomong, apa yang sedang kau kerjakan, Miss Hartley?” “Oh, ini. Tidak terlalu penting, inspektur. Dan, ini bukan bagian dari rutinitas pekerjaanku sebenarnya. Namun, apakah kau tahu inspektur, aku masih terpikirkan kasus yang lalu. Kasus di Puri Netherbridge itu.” Ekspresi wajah Inspektur Thornton mulai berubah serius. Rona kemerahan yang tadi terpampang cukup jelas, seketika itu juga memudar. “Adakah hal yang menarik perhatianmu lagi, Miss Hartley? Atau jangan - jangan kau sudah memiliki gambaran tentang siapa dalang di balik kejadian itu?” Mrs. Norris sudah datang membawakan pesanan mereka berdua sebelum Hartley sempat menjawab pertanyaan dari Inspektur Thornton tersebut. Secangkir kopi dengan dua porsi sosis panggang kini telah disajikan. Aroma kopi panas dan sosis panggang kini mulai menyebar di sekitar meja mereka. “Selamat, menikmati," ujar, Mrs. Norris. “Terimakasih, Mrs. Norris," ujar, Hartley. Inspektur Thornton tidak berkata apa - apa. Hanya sebuah gesture kecil untuk berterimakasih dengan menganggukan sedikit wajahnya seraya menatap Mrs. Norris. Mrs. Norris segera meninggalkan mereka berdua dan kembali ke pekerjaanya. “Tolong lanjutkan yang tadi, Miss Hartley," ujar inspektur kembali ke pembicaraan yang sempat terpotong tadi. “Baiklah, inspektur. Apa kau mengenal nama Sir Edwin Davenport?" tanya Hartley memulai kembali ceritanya. “Oh, bangsawan dari Mayfair itu. Ya, aku cukup mengetahui nama keluarga itu. Lalu apa hubungannya dengan kasus di Lake District yang lalu itu, Miss Hartley?”. “Tentu tidak berhubungan langsung, inspektur. Maksudku begini, apa kau ingat kejadian di Silver Swan?”. “Kejadian di Silver Swan? Maksudmu di klub eksklusif itu?”. “Betul, Inspektur," jawab Hartley meyakinkan. “Ya, aku masih ingat. Ada keributan yang terjadi di pertemuan para bangsawan itu." “Pada kejadian itu, menurut para saksi, Sir Edwin Davenport secara terbuka menunjukkan kebenciannya dan marah dengan tidak terkendali. Banyak kata - k********r yang terlontar sebelum terjadi baku hantam di antara dia dan kolega - kolega bisnis yang ada disana," ujar Hartley menjelaskan. “Apakah maksudmu, kau berasumsi dia yang merepresentasikan Wrath?” “Sejauh ini itulah asumsiku, inspektur. Mungkin saja ada juga yang lain. Tapi sejauh aku meneliti berkas - berkas kasus yang pernah menjadi berita, dan rumor - rumor yang ada, aku rasa dialah yang paling cocok. Atau kau punya pandangan lain, inspektur?”. “Untuk saat ini aku belum punya pandangan yang lain. Aku setuju denganmu, Miss Hartley." “Seharusnya ini bisa jadi bahan pemeriksaan untukmu, inspektur. Barangkali kau bisa melakukan sesuatu. Pengintaian, pembuatan profil, dan sebagainya. Mudah - mudahan dari hal itu bisa muncul nama - nama yang cukup mencurigakan.” “Kau selalu selangkah lebih maju dariku, Miss Hartley. Terimakasih. Aku akan memulai dari keluarga Davenport”.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD