Toxic

1325 Words
Tatapan mata Ratu tak terlepas dari Raja semenjak pria itu menginjakan kaki di rumah mereka, sudah pukul setengah sebelas malam dan Raja baru tiba di rumah. Padahal jika berkunjung ke rumah orang tua nya, Raja akan selalu cepat pulang. Ratu tak bersuara, namun tatapan matanya terus mengikuti kemana pun Raja melangkah. Sadar dengan tatapan tajam dari istrinya, Raja masih santai, ia berjalan melewati Ratu untuk masuk ke ruang kerjanya, ia belum mau beristirahat, ia hanya ingin menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. Baru saja ia duduk di kursi kerja nya, tiba-tiba dering telepon di meja kerjanya membuat Raja cukup terkejut, orang bodoh mana yang meneleponnya di tengah malam seperti ini? “You stupid.” Suara Ratu dari balik telepon sukses membuat Raja diam seribu bahasa. Ratu memang se random itu, Raja bahkan sampai tak habis pikir, apa yang telah ia perbuat hingga Ratu tiba-tiba memakinya. “What’s wrong with you?” Tanya Raja dengan helaan napasnya, ia sudah cukup sabar menghadapi Ratu selama ini. “You stupid I said.” “Ya kenapa? Kamu kenapa tiba-tiba ngatain aku sih? ada apa? aku gak ngerti sama kamu.” “Kenapa mobil kamu di parkir di parkiran aku? kamu sadar gak kamu parkir mobil kamu di mana? Emang dasarnya kamu nyebelin ya? Apa aja di lakuin supaya aku kesel. Bodoh.” Raja menghela napas, sebelah tangannya memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing, sementara Ratu masih terus mengoceh di telinganya. “Ratu, sejak kapan kita punya parkiran masing-masing?” Tanya Raja. Pria itu masih terus berusaha untuk sabar menghadapi tingkah Ratu yang tak pernah berubah. “Tapi aku gak suka kamu parkir mobil di tempat aku biasa parkir!” Ratu berteriak, bahkan suaranya saja sampai terdengar hingga ke ruang kerja Raja. Reflek Raja menutup telepon mereka, ia kemudian meraih kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja lalu berjalan menghampiri Ratu yang masih berada di bawah. “Kamu gak perlu marah dengan alasan sesederhana itu.” Ucap Raja setelah memindahkan mobilnya yang ada di parkiran rumah mereka. “Siapa kamu sampai mau ngatur-ngatur aku?” Raja menghela napas. Ia tidak ingin berdebat dengan Ratu terlalu lama sehingga ia memilih untuk mengalah, lebih baik mengalah daripada ia kehilangan kewarasannya. Bertahun-tahun menikah dengan wanita itu masih tak bisa membuat Raja paham mengapa Ratu sangat membencinya, ya selain karena Ratu tidak bisa bersatu dengan Rio, Raja tidak punya pikiran dan alasan lain mengapa Ratu membencinya. Padahal selama ini Raja tidak pernah berbuat sesuatu yang merugikan Ratu, selama menikah dengan Ratu, Raja selalu berusaha berbuat baik kepada istrinya itu, hanya saja memang Ratu sudah terlanjur benci dengan Raja sehingga apapun yang Raja lakukan pasti selalu salah di mata Ratu. Keesokan pagi nya, Raja terbangun dari tidur lelapnya, agak siang dari biasanya. Biasanya pagi-pagi seperti itu keadaan rumah akan ramai di penuhi dengan teriakan-teriakan Ratu yang sibuk memerintah para pelayan-pelayan yang bekerja di rumah mereka dengan segala keinginannya. Namun pagi itu berbeda, suasananya sedikit hening, bahkan hanya terdengar suara televisi yang entah terdengar dari mana, Raja beranjak dari tempatnya, ia berjalan santai menuju kamar mandi untuk membasuh wajah nya sebelum keluar dari kamar, ia sedikit penasaran dengan apa yang Ratu lakukan sehingga ia keluar dari kamarnya sebelum mandi. Saat membuka pintu kamar, aroma masakan langsung tercium jelas oleh Raja, Raja sudah tidak heran, bau masakan ini biasanya ada kalau Ratu yang memasak, wanita itu memang sesekali memasak apabila mood nya sedang bagus, tapi kenapa harus hari ini? Raja berjalan ke bawah, langkah kakinya terhenti sejenak ketika melihat beberapa orang teman Ratu dengan setelan baju tidur super minim, tengah duduk tanpa rasa bersalah di meja makan rumahnya. Raja hanya menghela napas, ia tidak mau bertengkar dengan Ratu pagi-pagi itu sehingga ia memilih untuk kembali ke kamarnya. ya lebih baik sarapan di luar daripada harus meladeni ketidak jelasan Ratu. “Kamu gak nyapa temen-temen aku?” Suara Ratu bagaikan suara malaikat pencabut nyawa di telinga Raja. Mendengar suara Ratu, bukannya Raja berhenti, ia justru mengabaikan istrinya itu. ia tidak mau mengacaukan mood nya pagi-pagi. “Raja!” Suara Ratu melengking memenuhi seisi ruangan disertai dengan suara lemparan sesuatu yang pecah, entah apa yang di lempar oleh wanita itu, suasana yang tadinya penuh dengan canda tawa kini tiba-tiba menjadi hening seketika, teman-temannya pun tak ada yang berani bersuara begitu Ratu marah. Raja menarik napas sebelum menghampiri Ratu, ia berusaha sebisa mungkin untuk menahan dirinya sendiri, ia tidak mau terlihat jatuh di hadapan teman-teman Ratu namun ia juga tidak mau berbuat kasar kepada istrinya itu. “Kita bicara di atas.” Ucap Raja, dengan suara pelan. Ia menyentuh pundak Ratu, berusaha menenangkan wanita itu. “GAK MAU!” Ratu menepis tangan suaminya dengan kasar. Matanya begitu berapi-api menunjukan betapa marah nya ia saat ini. “Yasudah, kalau begitu kamu mau apa?” Tanya Raja, lagi. “Kamu ya, gak pernah sama sekali menghargai tamu aku. kita udha berapa tahun menikah setiap ada tamu aku yang datang kamu enggak pernah sekalipun say hi ke mereka, apa kek gitu basa-basi, nanya kabar, toh kamu juga tuan rumah di sini!” “Oke aku salah.” “Kamu malah seenaknya balik badan kayak enggak ada salahnya, kayak gak ngehargain temen-temen aku. aku gak suka kalau kamu gituin temen-temen aku, aku tau how rich you are tapi kamu juga harus ngehargain temen-temen aku dong tiap mereka datang, aku tau kamu gak mau say hi ke mereka karena kamu pasti nganggap diri kamu gak sebanding sama mereka, kamu pasti ngerasa gak sudi ngomong sama mereka, iya kan!?” Pagi itu, kepala Raja seakan terasa ingin pecah. Semua yang di ucapkan oleh Ratu tak ada yang benar sama sekali, selama ini, bukannya Raja mau bersikap sombong atau apa terhadap teman-teman Ratu, hanya saja Raja tidak mau bersikap sok akrab dan berujung bertengkar dengan Ratu, kalian tahu sendiri, bahwa semua yang di lakukan oleh Raja akan di anggap salah oleh Ratu. “Iya, aku salah. Maaf.” Jawab Raja. Pria itu sudah bingung harus menjawab seperti apa lagi, sebab sudah pasti Ratu akan terus mendebatinya, dan entah kapan berakhirnya perdebatan mereka. “Gak perlu! Temen-temen aku juga gak perlu maaf dari kamu, kamu udah terlanjur ngerendahin mereka, mereka udah kayak gak ada harga dirinya banget di mata kamu, emang ya, kamu sombong banget, Raja… kamu sendiri yang selalu bilang kalau harta itu gak akan di bawa sampai mati, biasa aja! Sekalipun harta kamu segunung!” Raja memijat keningnya yang tiba-tiba terasa begitu pusing, andai saja ia bisa, mungkin sudah sejak tadi ia memukul Ratu, namun ia terus berusaha mengontrol emosinya. “Sudah marah-marah nya? Oke, itu salah ku, salah ku karena gak say hi to your friends, salahku karena bersikap seperti itu. bukannya mau bersikap sombong Ratu… aku Cuma gak mau di anggap sok akrab sama teman-teman kamu, lagi pula, aku tahu kalau kamu gak suka aku terlalu masuk ke dalam kehidupan kamu, bukannya kamu benci kalau aku akrab dengan teman-teman kamu? Aku Cuma gak mau kalau kita berantem kayak gini di depan teman-teman kamu.” Mendengar hal itu, Ratu diam cukup lama, ia diam, dan matanya menatap tajam mata milik suaminya itu. “Oh, jadi sekarang kamu nyalahin aku? kamu mau bikin aku seolah-olah aku yang salah di sini? Gila ya kamu, bisa banget memutar balikkan fakta, aku udah cukup banget ja sama kamu, aku gak cocok sama kamu!” Raja tidak bisa berkata apa-apa lagi, harga dirinya sebagai seorang suami jelas sudah hancur di hadapan teman-teman Ratu. Raja memilih pergi dari tempat itu, ia tidak peduli lagi dengan segala teriakan-teriakan Ratu yang memenuhi seisi rumah. “Ratu… lo serius marah sama suami lo cuma karena hal sepele kayak tadi?” Aura menatap khawatir Ratu yang kini nampak meredam emosinya sendiri. “Rat… lo gak serius kan? Suami lo kan gak salah, mungkin tadi dia emang gak mau ganggu kita.” Vania mengelus pundak Ratu pelan. “No matter what, emang dia yang salah.” Desis Ratu. “Rat… lo gila ya, lo sadar gak sih kalau lo toxic banget buat dia?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD