She get dejavu

1057 Words
“Dia bahkan ngira, lo sama Ratu adalah saudara kembar.” Ucap Kaisar yang baru saja pulang ke rumahnya dan menemui sang kakak hanya untuk laporan atas apa yang ia dapatkan. Raut wajah Raja tak berubah sama sekali, ia hanya memandang lurus foto keluarga mereka yang terpajang besar-besar di dinding rumah, kalau Raina mengira ia dan Ratu adalah saudara kembar, wajar saja, mereka bahkan sama sekali tak menunjukan tanda bahwa mereka berdua adalah sepasang suami istri. “Dan lo serius ngasih dia fasilitas sebanyak itu? di Royal malah… bang, gua gak marah menurut gua lo agak berlebihan.” Tentu saja Kaisar terkejut melihat semua fasilitas yang Raja berikan kepada Raina, Raja tak pernah se effort itu jika menyukai seseorang, namun Raina… dalam waktu singkat gadis itu berhasil mendapatkan banyak uang, kendaraan, bahkan hingga ke tempat tinggal. Kaisar tidak peduli seberapa banyak uang kakaknya habis untuk membiayai Raina, hanya saja Kaisar khawatir kalau Raina hanya akan menyukai Raja hanya karena uang nya, bukan karena Raja nya sendiri. “Santai lah, gak seberapa itu.” Balas Raja. Ia memang benar-benar santai, tidak memikirkan seberapa banyak uang yang keluar untuk Raina, baginya jika ia tidak peduli, maka semua akan baik-baik saja, lagian uang-uang dan semua yang ia berikan kepada Raina tak akan mengurangi kekayaannya, bahkan jika Raja mau, Raja bisa membeli sepuluh kali lipat semua yang ia berikan kepada Raina dalam waktu sekejap. “You know, lo Cuma obsess bang. Benefitnya buat lo apa? lo tidur sama dia?” Raja terdiam sejenak, kemudian menatap tajam sang adik “Lo tau kan, kalau gua gak bakal tidur sama perempuan lain selagi gua masih berstatus sebagai suami orang? Lagian gua gak obsessed kok sama dia, gua gak ada rasa sama dia.”                 “Bukannya lo bilang kalau Raina bakal jadi ipar gua?” Raja menggeleng “Gak tau.” Dengan cepat Raja meninggalkan adiknya sendirian di sana dengan perasaan yang penuh dengan kebingungan, ya selama ini memang Kaisar lah yang paling tahu bagaimana kehidupan Raja, maka ketika Raja menunjukan bahwa iia tertarik dengan perem[uan lain tentu saja kaisar senang bukan main, walau salah ia akan tetap mendukung Raja,                 Sementara itu Raina tengah berdiri di sudut balkon kamarnya, menatap megahnya bangunan di seberang tempat tinggalnya saat ini, Raina masih tidak percaya bahwa sekarang ia berada di sana, dengan keadaan yang jauh lebih baik. Namun pikiran tenangnya itu segera terusik ketika ia terbayang bagaimana perlakuan keluarga Raja kepadanya, dalam hati Raina selalu berusaha memaklumi, mungkin ia yang tak mengerti bagaimana kehidupan para orang kaya itu, namun Raina juga selalu bertanya apa semua orang kaya se jahat itu?                 Raina mengambil ponselnya, menatap foto Raja lekat-lekat, entah kapan ia mulai membuka foto profil milik pria itu, menatap wajahnya lekat-lekat, Raina tidak naif, ia memang menyukai Raja, atau bahkan sekarang sudah sangat menyukainya, ia menggulir chat nya ke bawah mencari nomor ponsel milik sahabatnya, ya saat ini ia butuh dukungan orang lain agar ia semakin yakin bahwa ia tidak akan mundur sekalipun keluarga Raja tidak menyukainya.                 “Halo Ra.” Raina menyapa sahabatnya, Rani begitu sambungan telepon mereka terhubung.                 “Ya kenapa lo? Gila lo pindah kemana sih kok gak bilang-bilang, lo ada di mana sekarang? Lo kalau gak mampu bayar kontrakan udah sih di tempat gua aja, gua bisa kok nampung lo sambil lo cari kerja.” Iya, Raina pergi dari kontrakan itu tanpa sepatah dua patah kata untuk perpisahan, sebab ia tak tahu harus berkata seperti apa, ia juga tidak punya alasan yang jelas, ia hanya tidak ingin temna-temannya berpikir macam-macam kepadanya.                 “Nggak Ra, santai. Gua hidup layak kok, nanti gua shareloc biar lo bisa kesini. Udah ah gua nelepon bukan buat masalah duit, gua cuma pengen seenggaknya lo dengerin gua, gua pengen cerita sedikit sama lo, please..”                 “Yaudah apa?”                 “Lo tau tentang boss gua itu kan? Yang jajanin gua kiri-kanan yang baik banget itu? kayaknya gua suka deh sama dia, bukan sekedar suka lagi, bukan sekedar suka biasa, lo ngertikan Ra gimana? Gua bener-bener mau sama dia, bukan karena baiknya, Cuma dia kayak berwibawa terus bertanggung jawab gitu deh, gua juga udah di bawa ke rumahnya sih, kenalan gitu sama keluarganya. Menurut lo gimana?” Rani yang mendengarnya cukup terkejut, Rania si gadis pemalu tiba-tiba berbicara seperti itu kepadanya, ada apa? “Secepat ini? lo sama dia aja baru kenal Rain, gimana lo bisa secepat itu suka sama dia? Enggak, kata gua mending jangan deh, lo jangan terbuai dengan apa yang dia kasih Rain, lo gak tau kehidupan konglomerat kayak dia tuh gimana, jangan sampai dia Cuma jadiin lo bahan bercanda doang. Lo gak tau kehidupan dia sebenarnya gimana, apa dia sebenarnya udah tunangan sama orang yang sederajat sama dia, atau bahkan lebih kita gak tahu, gua bukan pengen ngelarang lo bahagia Rain, gua Cuma khawatir ketika lo udah berharap lebih sementara dia Cuma nganggap lo sebagai bahan bercandaan dia, Rain lo tau sendiri kan, orang kaya itu serem. Atau kemungkinan buruknya, mungkin dia bisa nerima lo apa adanya, tapi keluarganya belum tentu, lo siap emang kalau kondisinya kayak gitu?”                 Iya, Raina juga sempat memikirkan hal yang sama dengan yang di ucapkan oleh Rani, namun ia yakin bahwa Raja bukanlah orang yang seperti itu, bahkan dari caranya menatap Raina pun, Raina sudah bisa yakin bahwa pria itu adalah orang yang baik untuknya.                 “Ran… gua yakin dia orang yang baik untuk gua.” *****                 Berbeda dengan Raina yang tengah menggalaui Raja, kini Ratu sedang duduk manis di atas mobilnya dengan pikiran kosong melayang-layang, entah kenapa Raina kini menjadi pusat pikirannya, gerak geriknya, caranya menatap, persis dengan bagaimana Melinda ketika berusaha mendekati dirinya ketika kala itu ibu nya baru saja meninggal. Melihat Raina yang seperti itu membuat Ratu seperti dejavu, dan secara tak sadar rasa bencinya muncul begitu saja ketika melihat Raina.                 “Aku pikir, dengan teman Kaisar kamu harus lebih ramah.” Kini Raja berbicara kepada Ratu, iya, mereka pulang menggunakan mobil yang sama, tentu karena mereka tidak ingin menimbulkan curiga.                 “That’s not your business.” Balas Ratu ketus.                 “Orang lain gak nyaman kalau kamu sekasar itu, lagi pula temannya Kaisar tadi gak ganggu kamu kok, tapi mulut kamu jahat banget ke dia.”                 “I know but, how they act and how they look. It’s look like Melinda when she try to being nice to me, I get dejavu, that’s why I hate her.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD