come to our house

1084 Words
“It is fair for me? It is funny? You bring someone come to my house without without my permission?!” Ratu meledak begitu melihat Raja datang. Raja menatap Ratu dengan tatapan penuh rasa bersalah, ia melakukan itu semua bukan tanpa alasan, bukan karena mau menyakiti Ratu, ia melakukan itu semua hanya untuk membuat Raina dan bayi nya selamat. “Queen! It’s just for a while, gak selamanya dia di sini!” Ucap Raja, nada bicaranya sedikit keras terkesan membentak, hal itu cukup membuat Ratu sedikit terkejut. “Kenapa kamu gak bawa dia aja ke hotel atau ke tempat manapun, at least not my house! This house is your bride price for me, with my name. are you crazy?!” “Sorry… I’m sure, Cuma beberapa waktu dan aku janji aku bakal bawa dia keluar dari sini. Queen, aku bener-bener ngerasa bersalah sama kamu, Cuma aku juga ada di posisi yang sulit…” Ratu tak menjawab, ia hanya pergi dari hadapan Raja dengan emosi yang meluap-luap, dengan kehadiran Raina di rumah itu, akan menambah beban pikiran dan menambah stress Ratu saja. Ayolah, ia tidak pernah mau untuk berbagi dengan orang lain, apalagi dengan orang asing seperti Raina. Ratu masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan kesal, ia yang seharusnya bersantai di hari liburnya malah emosi tidak jelas, Ratu benar-benar seperti sedang di tes kesabarannya, Ratu hanya tidak mengerti kenapa seseorang dengan uang nyaris tak akan habis seperti Raja harus sampai membawa Raina ke rumah mereka, padahal pasti Raja dengan gampangnya bisa saja membawa Raina ke tempat lain, atau bahkan membelikan rumah untuk di pakai Raina. Ratu menenangkan dirinya cukup lama dari biasanya, ia bahkan sampai tertidur selama dua kali karena tidak mau keluar kamar, kalau saja ia keluar kamar emosinya bisa saja kembali terpancing. Ratu baru beranjak dari tempatnya begitu Sarah datang. Wanita itu datang dengan wajah tertekuk, bukannya malah memperbaiki mood Ratu, ekspresi yang ditunjukan oleh Sarah malah semakin membuat Ratu merasa sebal akan hari itu. “Kenapa sih lo semua malah ngeselin banget?! Ada masalah apa sih ke gue?!” Ucap Ratu, ia kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, kemudian kembali menutup sekujur tubuhnya dengan selimut, ia benar-benar sangat malas untuk berinteraksi dengan orang lain. “Lo tuh yang kenapa? Kok kayak galau banget? Orang biasanya lo gak pernah kayak gini? Kenapasih? Demen lo sama Raja?” Ratu diam sesaat kemudian ia bangkit dari tidurnya lalu duduk dengan keadaan kaki bersila dan menatap Sarah dengan tatapan tajam. “Shout out your freakin mouth. Nggak ada sejarahnya gua suka sama Raja.” Jelasnya. Walau Sarah tahu, setidaknya Sarah memiliki setitik rasa suka terhadap pria itu, Ratu mungkin bisa saja menutupinya kepada orang lain, tapi tidak dengan Sarah. ***** Siapa yang bisa menyangka sangka kalau Raina tiba-tiba berdiri di depan pintu rumah Ratu, dengan beberapa barang bawaan miliknya. Wanita itu nampak tak tahu malu, datang ke rumah istri sah dari pria yang ditidurinya. Ratu yang saat itu baru saja bangun dan hendak untuk membuat sarapan tentu saja cukup terkejut melihat keberanian Raina, demi apapun, Ratu suka jika di tantang seperti ini. “Mbak…” Raina hendak meraih tangan Ratu namun di tepis begitu saja oleh wanita itu. Ratu tersenyum, Raina benar-benar berani sampai menjemput nerakanya sendiri. “Welcome to the hell.” Senyum Ratu semakin nampak menakutkan, apalagi sejak tadi ia fokus menatap perut Raina yang masih neraka. Ayolah, kalian jangan sampai lupa kalau Ratu bisa saja menyakiti siapapun tidak peduli umur berapa, yang jelas kalau Ratu ingin menyakiti, Ratu bisa menyakiti orang itu dalam kondisi apapun. “Mbak, aku…” Raina bahkan sampai tidak di beri kesempatan untuk berbicara. Ratu menatap kaki wanita itu, kaki yang masih di balut dengan sendal. “Lepas sendalmu.” Ucap Ratu. “Tapi mbak sendiri pakai sendal. Pembantu mbak juga pakai sendal, kenapa aku harus lepas sendal mbak?” Jawab Raina. “Ini rumah saya. Atas dasar apa kamu mau mengatur saya? Lepas sendal kamu atau saya tidak akan membiarkan kamu menginjakan kaki di rumah ini.” Tegas Ratu. Sebutlah Ratu manusia yang tak berperikemanusiaan, sebab membiarkan seorang wanita hamil harus berjalan di atas marmer yang dingin dengan kaki telanjang, tapi Ratu juga tidak ingin di salahkan, rumah itu adalah miliknya, rumah itu di beli atas namanya, bukankah seorang tamu sudah seharusnya menuruti semua yang di katakan oleh tuan rumahnya? Raina mau tidak mau melepas sendal yang ia kenakan, lalu barulah Ratu membiarkannya masuk. Wanita itu seperti orang linglung yang tidak tahu apa-apa, rumah Raja dan Ratu terlalu besar untuknya, ia bahkan sampai bingung harus berjalan ke arah mana untuk sampai di kamar yang akan ia tempati, ia kemudian berdiri di tengah rumah, menunggu Ratu bersuara namun sayangnya Ratu hanya menatapnya terus-terusan dengan tatapan yang menakutkan. “Mbak kamarku di mana?” Tanya Raina. Ratu tidak menjawab, ia hanya memetik jarinya beberapa kali hingga beberapa orang dengan seragam biru datang menghampiri Ratu. Raina terkesima, Ratu benar-benar menjadi Ratu di rumahnya ini. “Dia selingkuhannya Raja yang kalian bicarakan kemarin, kalian tidak perlu melayani dia, baju tidak di cucikan, kamar tidak di rapihkan, bahkan saya beri izin kalian untuk tidak membersihkan area kamar yang ia tempati, oh iya kalian juga tidak perlu sampai memasakan dia, biarkan dia berusaha sendiri, terus… oh, kalian tidak usah memanggil dia dengan embel-embel nona, nyonya, atau apapun itu, just call her name ok? Derajat kalian lebih tinggi di mata saya di banding dengan dia, kalian mengerti kan?” Jelas Ratu. Pelayan-pelayan itu mengangguk, daripada di amuk Ratu lebih baik mereka menurut saja dengan apa yang majikan mereka perintahkan, lebih baik di marahi oleh Raja di banding di marahi dengan Ratu sendiri. “Mbak aku lagi hamil loh mbak… kasihan anak aku!” Desis Raina, baru beberapa menit di rumah itu, ia sudah di buat sedih oleh Ratu, Raina sampai tidak bisa membayangkan bagaimana selanjutnya, Ratu benar-benar akan menyiksanya. “Anak haram begitu untuk apa di kasihani? Anak haram itu kalau lahir Cuma akan jadi beban, seriously kamu gak usah percaya diri banget, belum tentu juga dia bisa lahir.” Ucapnya yang sukses membuat perasaan Raina jadi kacau sendiri. “Itu belum tentu juga kan anak Raja? Siapa yang tahu kalau di luar sana kamu tidur dengan laki-laki lain tapi mengakunya anak itu adalah anak Raja, atau bisa saja kamu cuma berpura-pura hamil. Gak ada yang tahu, tapi kalau kamu emang beneran hamil, kasihan sih yang jadi calon anakmu, harus lahir dari rahim p*****r kayak kamu.” Jelasnya dengan senyum penuh di wajahnya. Tanpa rasa bersalah sedikitpun kepada Raina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD