Cheating on you

1060 Words
               “Kamu pulang jam berapa tadi malam?” Tanya Ratu kepada Raja saat baru membuka matanya. Pria  itu bahkan sudah bersiap menuju kantor, ia sudah selesai lengkap dengan setelan kerjanya. Raja hanya tinggal merapihkan rambut saja.                “Malam banget, kamu kalau masih ngantuk tidur aja lagi.” Balas Raja tanpa menatap Ratu.                “Udah makan?” Tanya Ratu tanpa merespon ucapan suaminya barusan. Raja menggeleng “Nanti aja, aku buru-buru.”                “Ada apaan kok buru-buru? Ini baru jam enam.”                “Aku mau ke tempat Raina dulu sebentar.” Mendengar hal itu entah kenapa perasaan Ratu terasa campur aduk, ada perasaan aneh yang tiba-tiba ia rasakan, dadanya sedikit terasa sesak namun ia tidak tahu perasaan apa itu, dan tidak mungkin pula kalau ia cemburu.                “Oh, okay.” Ratu turun dari Ranjangnya, berjalan menuju kamar mandi di sudut ruangan kamarnya, melewati Raja tanpa mengatakan apa-apa lagi. Perasaan apa ini? Ratu tidak mungkin cemburu, ia tidak punya perasaan apa-apa kepada Raja, ia bahkan tidak lagi percaya dengan yang namanya cinta setelah di khianati oleh orang-orang yang ia percayai. Traumanya tentang cinta oleh papanya masih bisa di obati oleh kehadiran Rio, namun traumanya karena Rio sudah seperti garis finish percintaan bagi Ratu.                Hari pertama bekerja sebagai akuntan di salah satu KAP yang memberinya kesempatan untuk bekerja adalah sesuatu yang besar bagi Ratu, ia sudah lama menginginkan pekerjaan seperti ini, hanya saja kemarin ia selalu mengesampingkan keinginannya demi terus mencari uang agar bisa merebut semua milik ibunya, namun karena sekarang apa yang ia inginkan sudah berada di tangannya, ia tidak perlu lagi terlalu keras pada dirinya, yang harus ia lakukan untuk saat ini adalah membayar sisa hutangnya kepada Raja. Ya sebenarnya masih sama banyaknya, tapi bukankah dengan Raja ia seharusnya bisa lebih santai? Toh Raja juga tidak memintanya untuk cepat-cepat membayar ganti ruginya.                “Welcome Queen.” Kevin tersenyum menyambut Ratu. Di tangannya sudah ada beberapa lembar berkas yang siap untuk mereka kerjakan.                “Hai, thanks Kev.”                “Finally ya lo mau kerja di sini juga, padahal udah di tawarin dari tahun kapan lo baru maunya sekarang.”                “Baru kesampaian Kev.”                “Yaudah semoga betah deh ya, eh ini lo baca aja dulu, nanti siang ketemu sama client. Goodluck.” Rasanya cukup menyenangkan bekerja seperti itu, setidaknya Ratu tidak perlu bekerja secara gila-gilaan seperti di saat ia masih memegang bisnisnya sendiri, ia juga bisa pulang pukul lima sore dan ya sesekali lembur kalau perlu. Tidak ada yang terlalu istimewa hari itu, ia pulang sedikit terlambat sebab ia mampir sebentar ke toko kue untuk di bawa pulang. Di rumah, Aleta sudah menunggunya di depan pintu. Entah sejak kapan anak itu berada di sana, namun di saat mobilnya memasuki pekarangan rumah, Aleta sudah berada di depan pintu dan berlari kegirangan menghampiri Ratu.                “Ratuuu!” Teriaknya senang saat Ratu turun dari mobil.                “Sstt, jangan teriak-teriak, kepala aku pusing.” Ucap Ratu. Ia menyerahkan bingkisan kue itu kepada Aleta untuk di bawa masuk ke dalam rumah, dan dengan senang hati gadis kecil itu menerimanya.                “Owkayy Ratu, aku minta maaf oke? Kamu kenapa lama banget pulangnya? Aku nungguin kamu tau, kata Uncle Raja kamu nanti pulangnya cepat.” sahut Aleta seperti orang dewasa.                “Raja udah pulang?” Tanya Ratu. Aleta mengangguk “Udah, sama temannya di dalam.” Ratu hanya mengangguk, Raja memang beberapa kali mengajak temannya untuk datang ke rumah mereka, entah itu teman lama, atau rekan bisnisnya, Ratu tidak pernah campur tangan soal itu, namun kali ini berbeda teman yang di maksud Aleta adalah seorang perempuan yang Ratu kenali. Dia adalah Raina, mereka berdua tampak asyik mengobrol di ruang keluarga, seolah-olah tidak ada yang terjadi, jarak mereka juga terlalu dekat, teman macam apa yang seperti itu?                “Aleta, kamu bawa kue nya ke dapur gih. Aku nanti nyusul.” Ucap Ratu.                “Loh terus kamu gimana? Emang kamu mau kemana Ratu? Kita jadi makan bareng kan?” Balas Aleta dengan nada kecewa.                “Iya, aku mau mandi dulu. habis aku mandi terus kita makan.” Aleta mengangguk menuruti apa yang di katakan oleh Ratu. Setelah Aleta benar-benar menghilang dari hadapannya, Ratu hendak menghampiri Raja dan juga Raian, namun yang terjadi selanjutnya justru membuat Ratu mengurungkan niatnya. Keduanya saling mendekat, kemudian saling merengkuh satu sama lain, mereka bahkan berani berciuman secara terang-terangan di rumah itu, ciuman mereka semakin panas, dan Ratu tidak lagi bisa lebih lama di sana. Ratu berjalan ke arah tangga dan membuat kedua sejoli itu terkejut, mereka lantas saling menjauhkan diri mereka satu sama lain.                “Ratu…” Ratu langsung berhenti begitu mendengar namanya di panggil.                “It’s okay, lanjutin aja. Tapi bisa gak sih kalian di kamar aja? Kalau di sini nanti Aleta bisa lihat.” Balas Ratu, santai. Wajahnya benar-benar tidak menunjukan tanda apa-apa, walau ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya, ia tetap tidak menunjukan ekspresi apa-apa. Ia tidak boleh marah, Raja berhak melakukan apapun bahkan tanpa persetujuan dirinya.                “No, it’s not like what you think.” Ucap Raja, panik.                “Ayolah, gak apa-apa. Kok kamu jadi kayak panik gitu sih? Just do it if you want, btw aku mau mandi dulu ya, kalau mau gituan di kamar aja, Aleta masih terlalu kecil buat ngeliat yang nggak-nggak. Oh iya kamu, bisa gak sih kalau mau ketemu sama Raja pakaian kamu di bagusin dulu? Gak insecure kamu sama pembantu-pembantu di sini? Kamu ini selingkuhannya Raja looh, masa jelek banget.” Ucapnya dengan nada remeh, tatapannya juga sama, ia benar-benar meremehkan Raina. Setelah itu, ia benar-benar beranjak dari sana.                Ratu sadar bahwa tidak ada yang benar-benar bisa ia pertahankan di dunia ini, tidak keluarganya, tidak pertemanannya, dan tidak juga dengan rumah tangga nya. Semuanya memilih orang lain di banding dengan Ratu sendiri. Mungkin apa yang ia lihat hari ini adalah bentuk karma dari dirinya yang dulu memperlakukan Raja dengan semena-mena, Ratu juga dulu melakukan hal yang sama dengan Rio, tapi tidak pernah melewati batas seperti apa yang ia lihat barusan. Entah apa yang membuat perasaan Ratu menjadi campur aduk, setiap kali Raja menyebut nama Raina, setiap kali ia melihat Raja bersama dengan Raina, Ratu merasakan sesuatu yang berat dalam dirinya, mungkin itu cemburu, tapi Ratu juga enggan untuk mengakuinya.                “he deserve to find someone new, I don’t deserve him. I don’t deserve anyone else. Aku kayaknya emang enggak di takdirkan untuk punya someone to stay.” Ucapnya sembari menatap pantulan dirinya di cermin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD