A food for him

1043 Words
               “Lo masak lagi?” Sarah muncul tiba-tiba di saat Ratu tengah berkutat di dapur. Di dekatnya ada Aleta yang sedang duduk di meja makan dengan ipad di tangannya. Semenjak kejadian tadi, Ratu benar-benar berniat untuk menjadikan Aleta sebagai temannya. Ratu mengangguk “Lagi kepengen aja.”                “Ini kayaknya lo lagi enggak kepengen deh, kenapa sih? Ada apa lagi di otak lo itu?” Tanya Sarah, penasaran.                “Menurut lo, image gua di mata orang-orang bakal balik bagus lagi gak? Ya ini nanya doang sih, kenapa ya, ada beberapa orang yang kalau ketemu gua tuh kayak dendam banget, udah kayak ketemu sama pelakor, padahal kan yang pelakor tuh Raina, bukan gua.” Jelasnya membela diri. Ia ingat betul bagaimana tatapan Nyonya-Nyonya yang juga mengantar anaknya tadi, mereka bahkan menatap Ratu dengan tatapan sinis dengan terang-terangan, padahal Ratu hanya diam saja.                “Mereka cuma dengar dari satu sisi, mereka juga senang karena dengan cara itu informasi tentang kalian jadi bisa di akses bebas, selama ini kan lo gak begitu terbuka.”                “Nggak, mereka emang bego sih kata gua. Ya emang sih perlakuan gua ke Raja selama ini enggak ada bagus-bagusnya, gua selingkuh, gak jadi istri yang baik, gak ngasih nafkah batin sometimes , tapi kan semua itu udah jadi kesepakatan kami berdua, Raina aja yang gak ngerti. Dan salahnya juga dia malah nyebarin semuanya ke orang banyak begitu dia ke gap jadi selingkuhan Raja. Yang jadi masalah adalah, mereka semua malah menyangkut pautkan kasus Raja sama kasus bokap gua, terus malah bawa-bawa mendiang nyokap gua. Like... how could them be so stupid? Kalau gua bisa di suruh milih juga gua gak mau kok Nyonya gua meninggal, gua juga gak mau bokap gua jadi penjahat, gua juga mau jadi istri yang baik, Cuma kan gak semua yang kita mau bener-bener bisa terjadi dalam satu waktu.” Ratu menghela napasnya, terlihat jelas bahwa ia tentu tidak nyaman atas semua yang menimpanya belakangan ini.                “Tapi yaudah biarin aja kali ya, nanti juga capek sendiri.” Ratu mematikan kompornya, lalu menata semua makanan di atas meja, ia kemudian mengecek ponselnya berkali-kali, melihat apakah sudah ada balasan dari Raja atau tidak, namun tak satupun pesannya di balas oleh pria itu.                “Lo mau makan gak? Kalau mau makan aja gih sana, gua sama Aleta udah makan.”                “Loh? Enggak, gua juga udah tadi sore. Terus ngapain lo masak sebanyak ini kalau lo aja gak mau makan?”                “Kepengen aja. Ayo Aleta kita nonton di kamar aku.” Ucap Ratu sembari berjalan meninggalkan dapur, satu yang pasti, Ratu sedang menunggu Raja untuk pulang malam itu. *****                Sarah sudah di beritahu oleh Raja pagi tadi bahwa selama Aleta berada di rumah mereka, ia dan Ratu akan tidur di satu kamar yang sama sehingga Sarah tidak bisa tidur di kamar itu dulu. Sebagai sahabat yang baik, tentu saja Sarah mengerti jadilah malam itu ia tidur di kamar yang seharusnya di tempati oleh Aleta andai saja Aleta tidak di tidurkan di kamar Raja. Pukul setengah dua malam, Raja baru saja tiba di rumah, ia langsung bergegas menuju kamar istrinya itu di sana Ratu sudah tertidur pulas dengan obat tidur di sebelahnya, Raja cukup terkejut sebab selama ini Raja tidak pernah mengira bahwa Ratu harus mengkonsumsi obat tidur dulu agar bisa tidur. Raja membetulkan posisi selimut Ratu agar istrinya itu tidak kedinginan, setelahnya barulah ia mandi lalu bersiap untuk tidur.                Di saat Raja baru saja keluar dari kamar mandi, terdengar suara isak tangis yang awalnya kecil, perlahan-lahan menjadi besar, isakan itu semakin jadi seiring dengan bahu wanita itu yang nampak bergetar karena tangisnya. Dengan cepat Raja menghampiri istrinya itu yang masih meringkuk di bawah selimut, entah apa yang menyakitinya sehingga ia tiba-tiba menangis.                “Hey... what’s wrong? Ada apa? Kenapa tiba-tiba nangis?” Raja mengusap lembut rambut istrinya, namun tangis Ratu semakin menjadi-jadi, cukup lama hingga akhirnya ia terdiam. Ratu kemudian bangun untuk mencuci muka kemudian menghabiskan air minumnya di samping tempat tidur tanpa menjawab satupun pertanyaan suaminya itu. Setelah minum ia kembali menjatuhkan kepalanya di bantal, dan melanjutkan tidurnya. Raja yang masih kebingungan hanya menatap istrinya dengan tatapan penuh tanda tanya, bertahun-tahun menikah dengan wanita itu tak satupun sikapnya yang bisa Raja mengerti.                Dulu, di awal-awal pernikahan mereka, di saat Raja masih jatuh-jatuh nya kepada Ratu, Raja akan panik bahkan hanya karena Ratu di gigit dengan nyamuk saja, namun makin kesini Raja lebih realistis, ia sudah tidak lagi menaruh terlalu banyak perhatian pada wanita itu, mengingat Ratu sama sekali tidak pernah menghargainya, Ratu hanya selalu menganggap Raja angin lalu setiap kali Raja secara terang-terangan menunjukan perhatiannya kepada Ratu. Namun, tangis Ratu malam ini membuat Raja kembali bertanya-tanya, apa yang terjadi pada istrinya itu, apa yang mengganggunya, orang hebat mana yang mampu menyakiti hati seorang Ratu Elisha Hartawan? Apalagi berhasil membuatnya menangis seperti saat ini.                Merasa tidak bisa tidur, Raja berjalan-jalan sebentar, mengelilingi rumahnya yang bisa di bilang hampir tak pernah terjamah olehnya, ia berkeliling mulai dari ruang baca, ruang ganti baju, ruang kerja, balkon depan, memeriksa setiap kamar yang ada di lantai atas dan lantai bawah, kolam renang dan kolam ikan, tak lupa juga taman belakang dan terakhir ia berhenti di dapur setelah melihat ada banyak sekali makanan kesukaannya tersaji di atas meja, Raja memanggil salah satu asisten yang bekerja di rumah itu, ya Raja juga tipikal orang yang bersih, ia tidak pernah suka ada makanan yang sudah dingin dan masih di taruh di atas meja seperti sekarang ini.                “Ini kenapa tidak di rapihkan mbak?” Tanya Raja.                “Maaf tuan, ini masakan nya Nyonya. Saya takut kena marah kalau saya bereskan padahal Nyonya belum makan sama sekali.” Jawab wanita itu takut-takut, Raja bisa saja percaya diri dengan apa yang ia lihat di depan matanya, seluruh hidangan yang katanya di masak oleh Ratu merupakan hidangan makanan kesukaannya, apa Ratu sengaja memasak untuknya, lagi?                “Kenapa dia belum makan?” Tanya Raja.                “Dari yang saya dengar, katanya Nyonya sudah kenyang tuan.” Selepas itu Raja hanya mengangguk, kemudian ia kembali lagi ke kamar Ratu. Raja tidak mau terlalu berpikir positif dengan apa yang wanita itu lakukan, bukannya mustahil jika Ratu membuatkannya makanan tanpa di minta? Bisa saja tadi ia membuatkan makanan untuk Aleta hanya saja makanan itu belum habis, tapi kenapa semua harus makanan kesukaan Raja?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD