Balasan dendam

1073 Words
                Selama ini, tak sekalipun wajah Raja nampak berseri-seri seperti apa yang terlihat hari ini. sejak awal kedatangannya, ia tak henti-hentinya menunjukan senyumnya, kepada siapapun yang berhadapan dengannya. Bahkan ia tidak marah saat Afika memberi tahunya bahwa J-Company mengundur jadwal pertemuan mereka tanpa alasan yang jelas, padahal biasanya Raja akan mengamuk kalau hal itu sampai terjadi. Afika paham betul apa yang terjadi dengan boss nya itu, tentu saja akibat pengakuan dari Ratu, Afika sadar bahwa sesuatu yang baik telah terjadi di antara mereka berdua, dan mungkin saja tembok di antara keduanya sudah runtuh begitu saja.                 “Hari ini kamu boleh pulang cepat.” Ucap Raja kepada Afika, Afika hampir saja terlonjak kaget, bagaimana mungkin Raja mengucapkan hal itu dengan mudah padahal setengah hari saja belum mereka habiskan.                 “Tapi-”                 “Bukannya kamu mau nikah? Kok belum sibuk-sibuk amat? Harusnya sudah sibuk.” Ucap Raja begitu santai. Sangat berbanding terbalik dengan Raja yang kemarin, yang bahkan memintanya mempersingkat jadwal liburnya karena pekerjaan mereka yang semakin banyak.                 “Bapak sehat kan?” Tanya Afika, khawatir.                 “Maksud kamu?” Balas Raja, ia melepas pandangannya dari komputer kemudian menatap Afika penuh tanda tanya.                 “Ya aneh aja pak, baru kemarin loh bapak minta saya kurangin cuti ini itu buat persiapan nikah saya, terus sekarang bapak minta saya cepetan pulang terus minta saya sibuk-sibuk buat wedding saya juga. Bapak sehat kan? Atau perlu saya panggilkan dokter?”                 “Sehat, tidak perlu.” Balasnya. Afika mengangguk, membiarkan bossnya bertindak sesuka hatinya, jarang-jarang Raja dalam keadaan mood yang bagus.                 Sementara itu, Raina tengah duduk diam di ruang kerjanya. Semenjak wajahnya muncul di televisi sebagai selingkuhan dari Raja Sabian Mahendra, Raina tentu saja menjadi pusat perhatian di kantor. Semua orang yang sudah curiga kepadanya sejak awal tentu mengambil kesempatan untuk menjaga jarak dengan gadis itu, ya walaupun hampir semua orang di luar sana mendukung Raina namun kebanyakan orang-orang di unicorn company justru malah bersikap sebaliknya, ada yang memang tidak membenarkan perselingkuhan, dan ada pula yang memang hanya ingin membenci gadis magang yang belagak sok kaya itu belakangan ini. Raina benar-benar tidak punya teman di sana, beberapa orang, sesama anak magang bahkan enggan untuk berteman dengannya sejak masalah itu muncuk di mana-mana.                 “Pantes aja ya istrinya pak boss gak terlalu kelihatan sama publik dari dulu, anak konglomerat ternyata.”                 “Lah, lo baru tahu? Gua sih udah tahu kalau pak boss nikah sama anak konglomerat juga, tapi gak tahu yang mana, tapi pas lihat kemarin, duh buset cakep banget ternyata, spek bidadari.” Cih, mereka tidak tahu saja bagaimana kelakuan Ratu yang sebenarnya. Raina yang mendengar percakapan-percakapan seperti itu di kantor hanya bisa diam seribu bahasa, membela diri atau membahas kelakuan jelek Ratu pun sudah tak ada gunanya jika ia membahas hal itu di kantor.                 Raina tidak bisa tahan dengan segala macam percakapan yang ia dengar di ruangan itu, tentu saja ia cemburu, sebagaimanapun ia menjelek-jelekan Ratu di luar sana, pasti Ratu lebih bisa mengambil hati orang-orang itu, di mata Raina, Ratu terlalu licik dan manipulatif sehingga ia bisa seperti bunglon, berubah di mana saja, sesuai tempatnya. Raina bergegas menuju ruangan Raja, namun sebelum ia masuk, ia sudah ci cegat duluan oleh Pinka, si salah satu sekretaris Raja juga.                 “Saya mau masuk mbak.” Ucap Raina kepada Pinka. Namun, Pinka ini memang sejak awal sudah tidak suka dengan Raina, ia tahu bahwa sejak awal boss nya itu dan juga Raina sudah memiliki hubungan dan Pinka tidak masalah dengan hubungan itu, hanya saja Raina terkadang melewati batasnya, menurut laporan dari teman-teman nya yang juga satu divisi dengan Raina, gadis itu hanya datang, duduk, diam lalu pulang, tidak mau bekerja, dan sekalipun di beri pekerjaan tidak akan di selesaikan atau jika di selesaikan hasilnya tidak maksimal dan Pinka benci orang yang tidak profesional seperti itu.                 “Bapak sudah pulang.” Ucap Pinka ketus. Raina melongo, bagaimana mungkin Raja sudah pulang di saat jam masih menunjukan pukul tiga sore. Tidak masuk akal, secara pria worcaholic itu mustahil pulang di jam seperti ini, apalagi pasti Raja tengah sibuk-sibuknya sebelum peresmian pabrik utama yang baru.                 “Gak mungkin, ini masih jam tiga mbak.” Ucapnya tak percaya.                 “Kamu ada perlu apa emang sama beliau? Sudah bikin janji? Kalau sudah nanti saya masukin waitinglist, mana sini berkasnya, kamu pasti Cuma butuh tanda tangan beliau kan?” Ucap Pinka. Ya Pinka ini sifatnya sebelas dua belas dengan Ratu, mulutnya juga pedas, ia juga senang melihat orang lain emosi karena dirinya.                 “Saya…”                 “Gak ada kan? Kamu tahu batasan anak magang kan? Anak magang gak seharusnya sampai di lantai ini. silahkan kembali bekerja ya.” Ucap Pinka, ia menekan tombol lift tepat di hadapannya agar Raina bisa segera pergi dari sana, sudah lama sekali ia ingin menegur Raina, namun ia selalu di tahan oleh Afika.                 “Jangan deh, dia tuh gadunnya boss. Kalau dia sampai ngadu macem-macem, karir lo bisa kacau.” *****                 Seharian ini, Ratu hanya menghabiskan waktunya berdua dengan Sarah. Mereka sudah memasak, berenang, bahkan sampai memberi makan ikan hias milik Ratu sebanyak tiga kali dan mereka masih merasa bosan hingga akhrinya Sarah memilih untuk bertemu dengan pacarnya di banding harus diam membusuk di rumah Ratu yang sudah setengah tahun di kerubungi oleh para wartawan haus berita yang menyebalkan yang membuat ruang gerak mereka berdua terbatas. Jadi disinilah Ratu, ia tengah duduk santai di gazebo belakang rumahnya, menatap ikan-ikan yang sejak tadi ia lemparkan makanan namun ikan-ikan itu sudah tak lagi tertarik,ya wajar saja pasti mereka juga kenyang.                 “Dih, dikit amat sih makannya.” Ucapnya kesal, ia menuangkan secangkir penuh makanan ikan ke dalam sebuah cangkir khusus, lalu ia lempar ke dalam kolam ikan, psikopat.                 “Kamu sama hewan masa jahat juga?” Entah sejak kapan Raja berdiri di sana, dengan baju kaos santai serta celana pendek se paha dan juga sepatu sport nya, ganteng.                 “Kok? Ngapain kamu jam segini di sini?” Tanya Ratu, heran. Ya seperti yang diketahui bersama memang bahwa pria itu terlalu worcaholic dan mustahil ia berada di rumah di sore hari seperti ini, di tambah ia juga sudah memakai pakaian santai, seperti sedang libur.                 “Mau McD gak?” Sahutnya, tanpa menjawab pertanyaan Ratu.                 “Mau, yuk!” Ucap Ratu excited. Semua bisa Ratu tolak, namun untuk junkfood satu itu, pasti punya ruang tersendiri di dalam perutnya. ia segera berlari menuju kamarnya, mengganti baju minim yang ia kenakan dengan sebuah kaos oversize dan celana legging selutut serta sendal jepit dan juga topi yang melengkapi penampilannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD