McDate

1097 Words
                “Mau apa?” Tanya Raja begitu mereka telah sampai di depan kasir restaurant cepat saji tersebut. Ratu berdiri di depan Raja, sementara Raja berdiri di belakangnya melindungi Ratu dengan badan besarnya dari tatapan lapar orang-orang yang penasaran dengannya.                 “Aku bisa pesan semau aku?” Tanya nya seperti anak kecil. Ya karena Ratu lupa membawa dompetnya.                 “Bebas. Pilihin buat aku juga sekalian.” Balas Raja.                 “Mbak, Ice cone satu, hot spicy chicken burger satu, sama ada menu baru ya? McSpivy Alfredo yang large satu, terus panas specialnya dua, terus yang krispy juga dua, minta yang paket ya, mau happy meal juga deh satu, terus choco sundae dua, strawberry sundae dua, Mcflurry nya juga dua, french fries nya tiga, Pizza pie nya delapan, apple pie nya tiga aja, minta Mcnugget juga emm yang 9 pcs aku minta tiga paket, terus mineral water nya dua. Oke deh itu aja.” Ucap Ratu, Raja menatap heran istrinya yang nampak seperti singa kelaparan saat ini.                 “Ja, bayar sih.” Ucap Ratu begitu total belanjaan mereka sudah muncul.                 “Nih.” Raja menyerahkan kartu miliknya kepada Ratu.                 “Kamu aja, aku gak tahu pin nya.”                 “Tanggal lahir kamu.” Balas Raja, santai. Ratu diam sejenak, berusaha memahami apa yang Raja sebutkan tadi. Setelah mengambil pesanan mereka, akhirnya mereka kembali ke atas mobil, ya mereka bisa saja duduk dan makan di dalam sana, namun Raja tidak mau membuat Ratu menjadi pusat perhatian, tentu saja karena kabar yang beredar belakangan ini.                 “Kamu mesennya banyak banget, emang bakalan habis?” Tanya Raja. Ia memundurkan kursinya agar ia bisa lebih leluasa menikmati makanan yang baru saja mereka beli.                 “Kalau gak habis kamu yang habisin.” Balas Ratu santai. Siapa bilang Ratu tak seperti wanita kebanyakan? Ia juga bisa bersikap sama, dalam kasus-kasus tertentu seperti yang terjadi barusan. Raja mengangguk menikmati makanan di depan mereka, Ratu kebanyakan diam, ia terlalu fokus pada makanannya, satu cup choco sundae sudah habis, kini ia tengah berusaha menghabiskan burger di tangannya, lahap sekali, Raja jarang melihat Ratu makan dengan lahap seperti itu.                 “aku seharian ini gak makan, makanya laper banget.” Ucapnya dengan mulut penuh dengan makanan.                 “emang kamu gak masak?” Tanya Raja. Ratu menggeleng “Bikin kue sih. aku taruh di meja tadi, tapi kayaknya kamu gak lihat. Cobain deh, enak seger gitu ada buah nya.”                 “Loh emang boleh?” Tanya Raja tak percaya, jangankan makanan yang di buat oleh Ratu, makanan yang di masak oleh pembantu mereka pun seringkali di perdebatkan oleh Ratu hanya karena Raja memakannya sebelum dirinya.                 “Boleh, aku buatin buat kamu juga.” Balasnya santai.                 “Thanks, besok aku bawa deh, besok juga mana sempat sarapan, aku ada jadwal main golf sama Pak Hendry. Masih bagus kan?” Ratu mengangguk. “Pak Hendry yang pernah kena kasus selingkuh juga? Wah keren.”                 “Iya, kamu ikut aja, udah lama juga kamu gak megang stick golf, terakhir pas mau gebukin Melinda kan?” Ratu sedikit berpikir kemudian mengangguk. Raja tak pernah membayangkan bahwa mereka akan sedekat seperti sekarang ini.                 “Kue nya di habisin aja ntar kalau bisa, besok sebelum berangkat aku bikin lagi.”                 “Gak kerepotan?”                 “Gampang kok.” *****                 Pagi-pagi sekali, Ratu sudah bangun dan sibuk bergelut di dapurnya dengan bahan-bahan kue yang sudah ia hapal di luar kepala, rambutnya masih setengah basah di balut dengan sebuah handuk tipis agar bisa lebih cepat kering. Ia juga masih memakai handuk berbentuk kimono, wajah nya polos tanpa riasan apa-apa, sementara Raja, pria itu baru saja bangun tidur dan mendapati Ratu sudah tidak berada di sampingnya, kenapa? Semalam setelah acar McDate tiba-tiba itu, mereka malah lanjut menonton film horror kesukaan Raja, ya walaupun sebenarnya Ratu adalah tipikal orang yang tidak suka menonton film horror karena baginya, menonton film horror sama saja menyiksa dirinya sendiri, ia tidak suka jumpscare, ia juga merasa jijik melihat wajah setan di film-film itu yang nampak aneh.                 “Fondation nya ketebalan gak sih?” komentarnya di sela-sela film yang membuat setan itu tak lagi seram di matanya. Alasannya ikut menonton bersama Raja adalah karena buku bacaannya sudah habis dan mall sudah tertutup untuk hanya sekedar datang untuk membeli sebuah buku baru, jadi tidak ada pilihan lain selain menonton bersama lalu berakhir dengan tidur bersama, tidak ada yang terjadi di antara keduanya, mereka sama-sama terlelap dalam tidur mereka masing-masing, kecuali ada rasa baru yang tiba-tiba muncul di antara mereka, rasa nyaman setiap kali mereka tidur bersama. Lucunya, mereka bisa memaklumi perbedaan mereka masing-masing yang bisa saja mengganggu tidur mereka, seperti Raja suka tidur apabila lampu remang-remang, sementara Ratu tidak suka tidur apabila tidak gelap gulita, namun jika mereka bersama, bahkan lampu menyala pun tidak masalah bagi mereka berdua.                 “Fik, hari ini kamu gak usah nyiapin baju Raja, udah aku siapin.” Oke, sekali lagi Afika lagi-lagi di buat terkejut oleh Ratu, terkejut bukan main.                 “Bu?”                 “Kamu udah nyoba kue saya belum? Cobain gih lebih enak daripada kue mahal di luar sana. Ini saya les nya di korea loh, ya udah lama sih tapi tetep aja jago, cobain deh.” Ratu tidak berbohong, dulu ia sengaja mengambil les memasak khusus di korea, alasannya sederhana, kue-kue dan makanan korea itu aesthetic di film-film.                 “Dah, fik ini tolong di sajiin di atas meja nanti mbak yang rapihin, saya ganti baju dulu.” Ucapnya sembari melepas handuk di kepala.                 “Ibu udah kerja lagi?” Tanya Fika. Ya selama ini, selama Ratu lebih banyak di rumah, setiap pagi saat Afika datang, ia tahu betul, Ratu tidak akan bangun pagi apabila ia tidak akan kemana-mana.                 “Mau golf sama Raja.” Jawabnya sebelum benar-benar menghilang dari pandangan wanita itu.                 “Oh iya, berarti kamu gak usah nemenin ya, sarapan gih sana habis itu balik ke kantor.”                 “Iya bu, terimakasih.”                 Siapapun rekan kerja Raja selalu mengira Raja dan istrinya sudah berpisah sejak lama, mengingat mereka berdua hampir tak pernah bersama kecuali acara-acara penting. Biasanya Ratu malas sekali datang untuk menemani Raja bermain golf seperti ini, katanya membosankan dan terkesan seperti ajang cari muka yang membuatnya muak. Namun kali ini ia ikut, bukan karena ia sengaja mau menemani Raja, namun ia ingin melihat selingkuhan baru Pak Hendry yang katanya juga berasal dari kalangan bawah seperti selingkuhan Raja.                 “Itu selingkuhan pak Hendry?” Bisiknya kepada Raja di saat mereka sudah berjalan menuju pria itu. mata Ratu langsung tertuju pada sesosok wanita berpakaian heboh dengan stick golf di tangannya. Anjir kampungan.                 “Iya, jelek ya?”                 “Iya, kayak selingkuhan kamu.” Balas Ratu dengan senyum penuh kemenangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD