22. Masih Bisa Berjuang

1965 Words

"Maya ada, Bu?" Begitu sampai di kediaman orang tua Maya, Dokter Reza bergegas mengetuk pintu. Ia masih berharap Maya menunggunya, walaupun kemungkinan itu kecil sebab sepeda motor gadis itu tidak lagi ia lihat di dalam garasi yang pintunya setengah terbuka. Terlebih, yang membuka pintu adalah Maira, bukan Maya sebagaimana biasa. Ia pun sudah berkali-kali menghubungi Maya saat di perjalanan tadi, tetapi tidak sekalipun gadis itu menjawabnya. "Maya sudah berangkat sejak tadi, Nak Reza," sahut Maira sendu. Ada yang teriris di hatinya melihat kedatangan Dokter Reza. Laki-laki itu seharusnya menjadi menantunya sebentar lagi. Maya seharusnya berbahagia karena itu. Akan tetapi, semua harus kandas. Putrinya harus terluka dan menelan pil pahit karena pembatalan rencana pernikahan mereka oleh

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD