bc

Obsesi Suamiku

book_age18+
744
FOLLOW
2.3K
READ
contract marriage
arranged marriage
sensitive
kickass heroine
twisted
office/work place
like
intro-logo
Blurb

THE GIRL POWER CONTEST

Menginginkan perpisahan, tetapi dipaksa untuk hamil anak dahulu baru berpisah. Mungkin Eliana sudah muak dengan semua keanehan yang ada di dalam rumah tangga perjodohannya. Menjadi seorang yang sangat bodoh untuk mengingat masa-masa kelam bersama suaminya yang tidak lebih adalah seorang pria pemaksa dan pria egois.

Apa yang Ardan niatkan dalam menikah pun sirna saat beberapa bulan kehamilan anak pertamanya. Sosok Ardan yang semula hangat, penyayang, dan romantis tiba-tiba berubah menjadi sosok yang kejam, tidak punya hati, dan selalu membuat Eliana kesusahan. Padahal Eliana tidak merasa melakukan kesalahan kepada suaminya.

Hingga akhirnya Eliana sadar kalau ada begitu banyak hal yang Ardan sembunyikan darinya dan semua itu jelas berhubungan dengan penderitaannya selama ini. Dia mencoba untuk menyelidikinya satu per satu agar suaminya berubah, bukan untuk dirinya, tetapi untuk anaknya yang masih kecil. Eliana masih butuh Ardan sebagai sosok Ayah untuk Evan.

Apakah Eliana berhasil menyelidiki semua hal itu? Akankah Ardan kembali merubah sikapnya seperti dulu sehingga menyayangi Eliana dan Evan sebagai istri dan anaknya? Baca kisah selanjutnya!

Cover by Canva Premium.

chap-preview
Free preview
Delapan Tahun Perikahan yang Menyedihkan
Delapan tahun sudah sandiwara ini berlangsung. Sandiwara pernikahan yang aku jalankan Bersama dengan seorang pria yang Bernama Ardan. Kami menjalani pernikahan selayaknya pasangan lain, bermesraan dan saling menyayangi. Namun, Ketika semua orang pergi dari hadapan kami, tidak aka nada yang pernah tahu apa yang terjadi di antar kami berdua selain aku, Mas Ardan, dan tentunya anak kami, Evan. Tidak ada yang mengetahuinya bahkan ayah dan ibuku sendiri. Aku dan suamiku selalu berhasil memakai topeng sandiwara yang tebal. Kami berdua begitu hebat bukan? Jangan tanya kepadaku alasan kenapa Mas Ardan bersikap begitu kepadaku. Aku sendiri juga bingung, aku sungguh tidak mengerti apa yang ada di benak suamiku. Kenapa dia bisa berperilaku seperti ini? Apakah sebenarnya ada hal yang dia sembunyikan? Apa ada orang lain di antara kami? Apa ada Wanita lain? Entah! Aku tidak tahu! Pernah sekali muncul di benakku, kesalahan apa yang aku buat sampai dia memperlakukanku seperti ini? Apa yang sudah aku renggut darinya sampai dia membalaskan dendamnya begitu kejam seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Sakit sekali menerima kenyataan ini. Satu dan dua bulan setelah menikah, dia berhasil membuatku jatuh hati sampai aku hamil di bulan ketiga. Lantas setelah itu, Mas Ardan bersikap lain. Dia tidak pernah seperti dulu, tidak ada lagi senyum di wajah dan tidak ada lagi kelembutan dalam nada bicaranya. "Jawab aku, Eliana!" bentak pria di belakangku yang tidak lain adalah suami aku sendiri. "Sudahi permainan ini ...," ringisku. Sambil berusaha berontak. Perlakuannya sangat kasar dan membuat beberapa tubuhku perih karena perbuatannya. Mungkin aku akan mengoleskan bagian yang luka dengan salep agar tidak terlalu perih. "Aku ingin istirahat." Setelah perkataan itu, dia justru semakin marah. Matanya yang legam menatap tajam ke arah mataku. Dapat aku lihat tatapan itu dari cermin yang ada di depan kami. Tatapan yang sama seperti setiap harinya, tatapan kebencian. “Tidak bisa! Kamu harus jawab dulu pertanyaanku! Apa kamu sudah hamil?!” tanya Mas Ardan dengan nada membentaknya. Kemudian, dengan kesal dia menjambak rambutku dan mendekatkan kepalanya ke telingaku. Dia membisikkan sesuatu yang sangat tidak ingin aku dengar sebenarnya. "Apa kamu sudah hamil?" Air mataku mengalir tanpa izin. Membuat jejak aliran tipis di pipi yang sanggup membasahi bagian itu. Kepalaku menggeleng pelan dan sontak saja dia berteriak. "Dasar perempuan tidak tahu diri! Apa yang kamu mau dariku, hah?! Kenapa kamu tidak kunjung hamil juga, hah?!" Mataku memejam setelah mendengar teriakannya. Gemetar, takut. Aku tidak sanggup lagi berada di dalam kukungan kejamnya. Setelah itu, aku berontak sekuat tenaga hingga kami berpisah. Aku mundur dengan cepat dan menutupi area tubuhku dengan selimut di kamar itu. "Apa kamu lupa kalau aku ini istri kamu, Mas? Tidak bisakah kamu berbicara dengan nada pelan dan memperlakukanku layaknya istri?” Aku tahan tangisku dan akhirnya yang keluar adalah suaraku yang bergetar. Punggungku sudah perih dibuatnya, dan wajahku mulai memerah dibuatnya juga. “Apa kamu sudah hamil, Eliana?” tanya dia dengan nada yang mulai lembut. Sejenak aku mengatur napas dan emosi. Setelah itu, aku mulai menjawab pertanyaannya yang terkesan sangat tidak masuk akal. “Belum,” jawabku sangat lirih. "Apa itu artinya kamu mandul?" tanya dia dengan nada yang mengejek. "Apa itu artinya kamu kalah dengan permainan kita, El?" Ini dia permainan kami. Satubulan pasca Evan lahir ke dunia: “Kita tidak bisa seperti ini,” kata Mas Ardan.“Maksud kamu?” tanyaku.“Aku ingin pisah, tetapi tidak mudah. Ayahmu yang sudah peyot itu minta satu anak perempuan dan aku minta kamu segera hamil agar kita bisa cerai!” jawabnya.Dengan emosi aku menjawabnya. “Sudah gila kamu? Apa kamu pikir pernikahan ini main-main saja? Aku tidak mau bercerai!”“Kita lihat, kamu akan setuju karena bukan kamu yang akan menanggung akibatnya, El!” jawanya sambal melihat kea rah Evan yang sedang tertidur di ranjangnya. “Dia mungking merasakan kesakitan sepanjang hidupnya jika kamu tidak menurut!” Tentu setelah itu aku setuju dengannya, walau aku tahu kalua ada alasan yang membuatnya seperti itu. Ada satu alasan kenapa dia menginginkan perceraian kami. Namun, aku tidak tahu apa alasan yang dia sembunyikan. Setelah itu dia bangkit dan menjauh dari aku. Dia berdiri menatap tubuhku yang menggigil kedinginan. Sementara aku melihat tampilan wajahnya yang menyeringai dari cermin di lemari. “Kamu mandul, El? Kenapa kamu tidak periksa agar kita bisa mempercepat cerai kita?” tanya dia. Manusia satu ini tetap saja meminta perceraian. Aku langsung memekik. "Sudah cukup! Aku sudah lelah. Hentikan permainan konyol ini dan cepat pakai bajumu!" titahku dengan suara bergetar. "Kurang ajar kamu, El! Sudah berani melawanku? Hah?!" Mas Ardan membulatkan matanya. Tidak pernah terbesit dalam hati kalau aku harus mengikuti dirinya yang membenci pernikahan ini. Tidak pernah. Biarkan saja dia yang membenci pernikahan kami, jangan aku. "Oh, kamu sudah menemukan pria lain untuk bermain, ya? Siapa dia?" tanya Mas Ardan. Aku menoleh sedikit, dia sudah mulai memakai bajunya. Perkataan dia tadi sempat membuat hatiku sakit. Bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal sekeji itu? Berpikiran seperti itu saja belum pernah. “Kamu tidak b*******h lagi denganku karena menemukan pria lain, kan?” tanya dia sekali lagi. Justru aku yang berpikir dia sudah menemukan perempuan lain selama ini, setelah kehamilan Evan. "Jangan berpikir yang aneh aneh! Aku bukan seperti kamu yang jahat, Mas." "Jahat? Apa tadi kamu bilang? Jahat? Katakan siapa yang jahat! Aku atau keluargamu?" tanya Mas Ardan. “Kalau keluargamu tidak memaksa aku kawin dengan anaknya yang seperti ini, aku tidak akan mungkin kawin dengan kamu, El! Aku tidak akan mungkin menjadi suami kamu, El!” Aku menoleh sedikit dan berbisik. "Keduanya sama-sama jahat pada porsinya. Kamu pikir kamu sendiri tidak jahat karena menerima perjodohan kita dan kemudian ingin cerai setelah empat bulan kita menikah? Bagaimana dengan Evan? Dia masih kecil dan masih butuh sosok Ayah. Oh aku lupa, dia bahkan tidak pernah merasakan punya Ayah karena ayahnya yang sangat jahat!" PLAK! Satu tamparan keras dia hadiahkan ke pipi sebelah kiriku. Membuat wajahku menoleh ke kanan dengan keras. Setelah itu, yang aku dengar hanyalah sebuah bunyi nguuung yang terus semakin kencang. Lalu, aku mulai mendengar sumpah serapah yang Mas Ardan katakan di hadapan wajahku. Aku dengar beberapa kalimat termasuk kami yang berpisah ranjang. Sebuah hal yang sangat tidak masuk akal dalam hubungan rumah tangga. Kami pisah ranjang selama delapan tahun pernikahan kami. Mas Ardan hanya datang ke kamarku ketika dia ingin bermain denganku, setelah itu pergi. “Sudah puas?” tanyaku tanpa menatap wajahnya. “Sudah puas kamu menampar pipiku? Ada lagi yang harus kamu pukul?” “Andai aku bisa memukul wajahmu, sudah sejak lama aku buat bonyok!” jawabnya yang lantas memakai baju di hadapaku. “Jangan pernah menitikkan kesalahan di dalam diriku, El! Keluargamu yang salah karena meminta aku untuk menikah dengan anaknya. Keluargamu yang egois karena memintaku untuk menjadi menantunya. Kamu mau tahu satu hal yang sangat aku benci?” Seperti belum cukup saja untuk hari ini, ada lagi hal yang sangat aku hindari, konflik dengan pria egois yang Bernama Ardan. "Kenapa tidak kamu buat bonyok sekarang?" tanyaku dengan nada menantang. "Kalau memang hal yang kamu benci itu bisa aku hapuskan, apa yang akan aku dapat, Mas?" Senyum miringnya tercipta. Aku semakin enggan menatap wajahnya yang licik. "Kamu memang wanita paling tidak tahu diri yang pernah aku kenal, El," katanya. “Aku tidak akan pernah mengatakan hal yang aku benci. Sudah cukup kamu tidak tahu apa-apa karena kamu tidak penting! Cukup nikmati permainan yang aku buat dan nantikan akhir cerita ini. Mati atau tetap hidup, itu yang harus kamu lihat di akhir pernikahan kita.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
15.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
103.9K
bc

My Secret Little Wife

read
104.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
193.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
210.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.1K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook