KEBODOHANKU

1226 Words
Namaku adalah Susan... Aku lahir di sebuah keluarga kaya, ya bisa di bilang aku ini anak sultan... Tapi perjalanan hidupku benar-benar penuh kepalsuan, hingga aku mencapai titik di mana aku memilih mengakhiri hidupku... Pada hari itu aku mendapatkan panggilan telepon dari rumah, yang memberi tahuku bahwa ada seorang wanita yang datang ke rumah dan meminta mamah mengakui anaknya sebagai putri dari suaminya. Aku yang terkejut terburu-buru pulang hingga tak sengaja di perjalanan aku tabrakan dengan sebuah mobil. Ketika aku tersadar aku sudah ada di sebuah rumah sakit, dan karena aku terburu-buru setelah sadarkan diri langsung pergi keluar dari rumah sakit itu tanpa menemui pemilik mobil yang aku tabrak. Aku buru-buru pulang ke rumah, di sana ketika aku baru sampai dan masuk ke dalam rumah... Aku melihat mamahku sedang menangis... "Mah, ada apa mah?? Kenapa mamah menangis???" tanya Susan yang menghampiri Bu Hilda yang duduk di kursi tamu "Mamah tidak apa-apa sayang!! Kamu kenapa terluka??" tanya nyonya Hilda yang mengkhawatirkan Susan "Tadi di perjalanan pulang Susan tidak sengaja bertabrakan dengan sebuah mobil... Karena Susan terburu-buru mah!!" jawab Susan "Lalu bagai mana dengan orang yang kamu tabrak sayang??" tanya nyonya Hilda "Susan gak sempat menemuinya. Biar nanti Susan suruh orang untuk bayar ganti rugi nya!!" ucap Susan dengan angkuh "Lebih baik kamu minta maaf secara langsung... Itu akan lebih baik!!" nyonya Hilda menasehati Susan "Alah... Paling minta ganti rugi, males akh mah!!" ucap Susan yang angkuh "Lalu kamu kenapa pulang secara terburu-buru??" tanya nyonya Hilda "Mama kenapa menangis??" Susan balik bertanya "Apakah bi Ira sudah memberi tahu kamu??" tanya nyonya Hilda "Ia. Tadi bibi telpon, lalu mana w************n itu mah???" tanya Susan "Papahmu datang dan membawa mereka pergi!!" jawab nyonya Hilda "Hadeh!! papah itu benar-benar keterlaluan bisa-bisa dia main-main di belakang mamah... Padahal gampang tinggal buang aja wanita itu!!" ucap Susan dengan sombongnya "Sayang, mamah juga wanita.. kamu juga wanita.. kamu jangan bicara seperti itu!!" ucap nyonya Hilda yang menasehati putrinya "Ya bedalah mah!! Kita itu wanita terpandang, punya segalanya. Sedangkan wanita seperti itu hanya sampah masyarakat yang hobinya menggaet suami orang!!" ucap Susan dengan begitu angkuh "Kamu jangan seperti itu!! Walau bagaimanapun anak gadis dari wanita itu adalah putri sah papahmu! Berarti dia saudarimu!!" ucap nyonya Hilda "Terus siap suruh dia lahir ke dunia ini!? Ngerusak mood aku aja!! Udah akh Susan capek mau istirahat!! Mamah gak usah nangis hanya karena orang-orang bodoh itu!!" ucap Susan yang menarik tas nya dan pergi naik ke atas masuk ke kamarnya Saat makan malam bersama mamah dan papah Susan "Pah!! Gak ada yang mau papah jelasin apa??" tanya Susan dengan wajah sombongnya "Susan kamu itu masih kecil!! Ini urusan orang dewasa. Biar papah dan mamah yang menyelesaikan semuanya??" jawab pak Bram "Ya udah!! Susan gak peduli!! Pokoknya Susan gak mau anak haram papah ganggu Susan!!" ucap Susan dengan marah "Ia, papah jamin dia gak akan berani sama kamu!!" jawab pak Bram "Sudah-sudah ini waktu makan... lebih baik kalian makan dan jangan membahas hal itu lagi!!" ucap nyonya hilda yang kesal Mereka pun makan malam, suasana yang sunyi dan sepi. Dan setelah selesai Susan masuk ke kamarnya dan mamah papahnya masuk ke kamar mereka... Pertengkaran antara mamah dan papah Susan masih berlanjut.. "Mah!! Walau bagaimanapun Sinta itu anak papah mah... papah tidak bisa membiarkan dia terlantar di jalanan!!" ucap pak Bram "Pah!! Apa papa tidak bisa mengertikan perasaan mamah..!! Bagai mana bisa mamah hidup dengan anak haram itu pah!!" ucap nyonya Hilda "Lalu mamah mau bagai mana???" tanya pak Bram "Berita sudah tersebar di berbagai media!! Mamah tidak bisa menghentikan nya, dan bagaimana dengan nasib Susan pah??? apakah dia akan baik-baik saja!? dia pasti kena imbasnya juga karena berita tentang perselingkuhanmu pah!!" ucap nyonya Hilda yang kecewa "Susan tidak pernah hidup kekurangan. Dia pasti tidak apa-apa selagi dia masih bisa bersenang-senang!! Semua keputusan ada di tanganmu mah!!" ucap pak Bram yang bersujud di lantai menggenggam tangan nyonya Hilda yang duduk di kursi kamar "Semuanya berdampak buruk bagi perusahaan dan juga keluarga kita pah!! Kita harus menghentikan gosip itu!!" ucap nyonya Hilda "Tapi bagaimana kita menghentikannya mah!! Itu adalah kenyataannya, bukan gosip!!" ucap pak Bram "Kamu jahat pah!!" ucap nyonya Hilda yang menangis "Papah khilaf mah!! Papah mohon maafkan papah!!" ucap pak Bram yang memeluk nyonya Hilda "Kenapa kamu tega pah!! Apa kurangnya aku pah??" ucap nyonya Hilda yang terus menangis dan mendorong suaminya "Mah!! Papah memang bersalah!! Tapi Sinta tidak bersalah mah!! Papah tetap ingin membawanya ke rumah ini dan kita anggap dia putri kita juga mah!!" ucap pak Bram yang kekeh akan keputusannya "Mamah tidak Sudi pah... bagaimana bisa mamah hidup dengan anak harammu itu pah!!" ucap nyonya Hilda "Cukup mah!! Jangan panggil dia anak haram!! Walau bagaimanapun dia putriku!!" ucap pak Bram yang melayangkan tangannya ke pipi manis nyonya Hilda dan membuat nyonya Hilda terjatuh "Ma-maafkan papah mah!! pa-papah tidak sengaja mah!! Papah terbawa emosi!!" ucap pak Bram yang menghampiri istrinya yang terjatuh ke lantai karena tamparannya "Lepas!!" nyonya Hilda menangkis tangan suaminya pak Bram pergi ke luar dengan kesal dan Bu Hilda masih menangis... Pak Bram pergi ke sebuah rumah... yang dimana disana ada Sinta dan Sari anak dan istri simpanannya "Pah... bagaimana?" tanya Sinta "Papa masih belum mendapatkan izin dari wanita tua itu!!" jawab pak Bram "Kamu harus lebih tegas lagi mas!! Wanita tua itu sudah sepantasnya kita singkirkan. Sudah duapuluh tahun aku mengalah mas!! Apa kamu tidak bisa secepatnya menyingkirkan wanita tua itu!?" ucap Bu Sari "Sayang, semua aset perusahaan sampai sekarang masih atas nama wanita itu!! dan semuanya masih sulit untuk kita dapatkan sekarang. Kalau kita menyingkirkannya sekarang bisa-bisa semua harta warisannya jatuh pada keluarganya yang lain, dan juga pasti akan beralih pada Susan yang sudah cukup umur untuk mendapatkan warisan!! Jika dia kita singkirkan dia sekarang semuanya akan sia-sia!!" ucap pak Bram "Lalu apa yang harus kita lakukan mas??" tanya Bu Sari "Bersabarlah!! Aku akan segera mengatur pertunangan Susan, kemudian setelah itu dia akan segera kunikahan dan dengan gampang anak itu berada di genggaman kalian!! Aku tinggal mengurus wanita tua itu!!" jawab pak Bram dengan wajah yang begitu serakah "Kalau begitu papah harus segera melakukannya... Sinta tidak mau hidup terus di rumah tua ini!!" ucap Sinta yang bermanja pada pak Bram "Ia sayang. Kalian bersabar dulu!! Papah masih sedang berusaha membawamu ke rumah utama jadi kamu bersiaplah... kita akan segera berkumpul menjadi keluarga yang sempurna dan kita harus menyingkirkan mereka dari rumah itu!!" ucap pak Bram Susan yang mendengar tangisan mamahnya segera datang ke kamar orang tua nya "Mah... Mamah kenapa menangis??" tanya Susan "Tidak apa-apa sayang... kenapa kamu belum tidur??" tanya nyonya Hilda "Susan kepikiran tentang anak haram itu mah!!" jawab Susan "Entahlah sayang papahmu begitu keras kepala dia tetap ingin membawa anak itu ke rumah ini!!" ucap nyonya Hilda "Apa mah!! Papah tetap ingin membawanya masuk ke dalam rumah kita??" tanya Susan "Ia sayang, mamah tidak bisa melakukan apa-apa!!" jawab nyonya Hilda "Papah keterlaluan sekali mah!!" Susan sangat kesal "Sudah sayang ini masalah kami berdua. Kamu Jangan ikut campur, kamu pergi istirahat saja! Besok-kan ada kuliah!!" ucap nyonya Hilda "Tapi Susan mau tahu apa yang di lakukan papah sampai mama menangis seperti ini mah??" tanya Susan yang menghapus air mata mamahnya "Mah, kenapa pipi mamah merah??" tanya Susan "Mamah gak papa sayang!!" ucap nyonya Hilda "Papah tampar mamah ya!? Ini kaya luka tamparan mah!!" ucap Susan "Sayang, Kamu tidak usah memikirkan mamah!! Cepat tidur besok kamu ada kuliah!!" ucap nyonya Hilda
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD