Perlahan Susan mendekati pintu utama dan seorang pelayan membukakan pintu untuknya..
"Selamat siang nona," sapa pelayan yang menyambut Susan
"Siang," sapa Susan
"Silahkan masuk nona," ucap pelayan itu dengan ramah
Susan masuk kedalam..
"Susan..," ucap pak Candra yang melihat Susan yang masuk
"Om.., om harus bantu Susan dan mamah om," ucap Susan yang menghampiri pak Candra
"Om tahu masalah kalian tapi om juga bingung harus membantu dengan cara apa??" tanya pak Candra yang sedang duduk menikmati kopinya
"Om, om-kan pengacara yang sangat hebat. Om bisa kan menuntut papah supaya papah bisa meninggalkan w************n itu," ucap Susan
"Susan.., om tidak ada hak untuk hal itu," jawab pak Candra
"Apa om mau kalau adik om jadi bahan omongan orang?" tanya Susan
"Sejak dulu om sudah melarang nya menikah dengan lelaki b******k itu. Tapi mamahmu sendiri yang selalu melawan kata-kata om, jadi sekarang itu bukan urusan om," ucap pak Candra
"Om keterlaluan!! sama sekali om tidak membela mamah!!" teriak Susan
"Susan tenang dulu, kenapa kamu datang-datang langsung marah-marah? Om tidak keterlaluan, yang keterlaluan itu mamah kamu. Dia lebih memilih meninggalkan keluarganya demi lelaki b******n itu jadi untuk apa om membantunya itu adalah buah dari hasil yang ia tanam sendiri," ucap pak Candra yang sangat santai menikmati kopinya
"Om sama sekali tidak punya rasa kasihan sama mamah, om mamah itu adik om sendiri apa om gak sakit hati semua orang memandang mamah begitu hina dan menyebut nya sebagai pelakor?" tanya Susan
"Ya biarkan saja, mulut orang-orang memang seperti itu. Kalau kejelekan orang lain pasti semua nya langsung menyebar dari mulut ke mulut," ucap pak Candra
"Om gak sakit hati?" tanya Susan yang kesal
"Kenapa juga harus sakit hati, biarkan saja orang-orang mau bicara apa toh itu faktanya..!" ucap pak Candra
"Om.., kenapa om tidak mempedulikan perasaan mamah?" tanya Susan
"Kamu kesini atas perintahnya atau datang sendiri?" tanya pak Candra
Susan tak menjawab
"Kamu pasti kesini karena kehendakmu sendiri. Mamahmu tidak akan meminta bantuan pada keluarga ini, karena dia tahu kalau yang ia perbuat itu adalah kesalahan besar," ucap pak Candra
"Om jangan salahkan semua kesalahan pada mamah, setidaknya kalian punya rasa kasihan dengan musibah yang sekarang terjadi di keluarga mamah. Om, mamah itu adik om. Setidaknya om harus peduli padanya," ucap Susan yang menangis
"Susan bukan om tidak peduli, om sangat peduli padanya. Jika dia sendiri yang meminta bantuan pada om, om akan membantu nya. Kenapa harus kamu yang kemari, setidaknya jika dia butuh bantuan om dia akan datang sendiri ke rumah ini," ucap pak Candra
"Om bisakah om tidak menunggu mamah datang, Susan khawatir keadaan nya akan semakin memburuk kasihan mamah om," ucap Susan
"Susan om tidak mau ikut campur masalah keluarga kalian, jika mamahmu mau bercerai dengan lelaki penipu itu dan kembali ke rumah utama ini makan om akan menerima nya. Om tidak Sudi bertemu dengan lelaki penipu itu lagi," ucap pak Candra
"Kalau begitu setidaknya om temui mamah," ucap Susan yang memohon
"Tidak Susan, om tidak akan pernah menginjakkan kaki ke rumah itu. Om sudah bersumpah apapun yang terjadi dengan keluarga kalian om tidak akan pernah mau menginjakkan kaki ke rumah itu," ucap pak Candra
"Sepertinya om sudah tidak sayang sama mamah," ucap Susan
"Bukan tidak sayang Susan, dia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga ini mana mungkin kami tidak menyayanginya. Tapi karena dia lebih memilih lelaki penipu itu kami semua melepaskannya," ucap pak Candra
"Susan, kamu mau aku buatkan minum?" tanya Lisna yang datang menghampiri
"Gak usah," jawab Susan
"Kalau begitu apa kamu akan makan malam di sini? aku sedang menyiapkan makan malam di dapur," tanya Lisna
"Gak usah aku kesini bukan untuk makan, aku ingin bertemu dengan kakek" ucap Susan yang duduk di sofa dengan sombongnya
"Sikapmu sangat mirip dengan penipu itu" ucap pak Candra yang menatap ke arah Susan
"Apa maksud om, kenapa emangnya? Susan-kan anaknya, " jawab Susan yang marah
"Sudahlah om tidak mau berdebat. Om tinggal dulu ke ruang kerja," pak Candra meletakkan cangkir kopinya dan pergi meninggalkan Susan
"Aku juga permisi ya San, aku mau ke dapur dulu," ucap Lisna
"Udah sana pergi, nyebelin banget sih ayah sama anak itu!" guma Susan
Malampun tiba... dan tak lama kakek Susan pulang.... dan masuk ke dalam rumah... dia di sambut oleh Lisna
"Selamat datang kakek," sapa Lisna yang mencium tangan kakek nya
"Malam, dimana ayahmu?" tanya kakek
"Papah di ruang kerja kek, itu ada Susan nunggu kakek, katanya Susan ingin bicara sama kakek," ucap Lisna
"Ya sudah kalau begitu, kakek temui dia dulu. Kamu tolong siapkan makan malam, kakek sudah lapar sekali," ucap kakek
"Baik kakek." Lisna kembali ke dapur
"Susan.., ternyata kamu masih ingat punya kakek di sini," ucap kakek yang duduk di sofa depan Susan
"Kakek... maaf Susan kesini tanpa memberi tahu kakek terlebih dahulu," ucap Susan yang menghampiri dan mencium tangan kakeknya
"Ada apa? apakah ibumu yang menyuruhmu kesini?" tanya kakek
"Bukan kek... Susan kesini atas kehendak Susan sendiri," ucap Susan
"Katakan apa yang kamu mau?" tanya kakek
"Susan ingin kakek membantu mamah," jawab Susan
"Kalau begitu kakek tidak bisa nak," ucap kakek
"Kenapa kek, kenapa tidak bisa?" tanya Susan
"Sebelum ibumu menikah dengan lelaki b******k itu, dia sudah kakek suruh memilih antara keluarga atau lelaki b******k itu. Dan ibumu lebih memilih mengikuti lelaki b******k itu dan mengambil seluruh bagian warisannya padahal kakekmu ini masih hidup!" ucap kakek
"Tapi kek, mamah sedang menderita, bahkan mamah di minta untuk menerima anak haram papah di rumah mamah sendiri," ucap Susan
"Itu sudah menjadi konsekuensinya, kakek sudah tidak ada hubungannya dengan semua itu," kakek juga menolak menolong Susan
"Kakek, Susan mohon bantu mamah kek," susan berlutut dan memohon
"Susan kakek tidak mau membahas lnya lagi, bangunlah. Ini sudah jam makan malam ayo kita makan malam bersama," ucap kakek yang berdiri tanpa menghiraukan Susan
"Kakek Susan mohon bantu mamah kek," Susan masih berlutut dan menangis
"Bangun nak, kakek tidak suka menyelesaikan masalah dengan menangis," ucap kakek yang membangunkan Susan
"Kenapa di rumah ini tidak ada yang mau membantu mamah?" tanya Susan yang terus menangis
"Susan cucuku, mengerti lah.., bukan kami yang tidak mau membantu. kakek janji jika ibumu sendiri yang datang kemari makan kakek akan membantunya " ucap kakek
"Tapi mamah sedang sangat kebingungan kek, papah bahkan tega menampar mamah," ucap Susan
"Apa!!! berani-beraninya penipu b******k itu menampar adikku!!" ucap pak Candra yang baru datang dan mendengar ucapan Susan
"Tenang Candra, kita tidak bisa begitu saja ikut campur pada masalah ini. Ingat adikmu sendiri yang meminta kita untuk tidak mencampuri kehidupannya," ucap kakek
"Om, tolong bantu mamah," Susan begitu sedih dan memohon pada pak Candra
"Akan om usahakan, ini sudah keterlaluan pah. b******n itu sudah berani main tangan, apa papah akan diam saja melihat Hilda di perlukan semena-mena oleh b******n itu?" tanya pak Candra yang begitu kesal
"Candra kita harus bisa memahami situasi Dulu sebelum bertindak," ucap kakek
"Perkataan kakekmu benar Susan, kita tidak bisa gegabah tentang masalah ini. Jika ibumu masih mencintai nya dia tidak mungkin mau meninggalkan lelaki b******k itu," ucap pake Candra