Part 8 Jangan Macam-macam

1216 Words
“Waah Rein, lu mah kebangetan, cowok seganteng itu dikerjain juga. Cerita lebih lengkap dong, katanya kalian kemarin ketemu Medusa.” Kali ini aku sedang berkumpul bersama Kia dan Dila di kamar kostku. Mereka memang sering main ke sini karena kamarku paling luas dan ada balkon di lantai 2. Tadi itu yang bersuara adalah Kia, mengomentari kelakuanku pas nonton kemarin.  Mau tahu hasilnya? Aku cerita ya. Setelah episode ndusel-ndusel itu, Zayn tiba-tiba berbisik dekat sekali telingaku membuatku merinding.  “Hmm Rein, harum tubuhmu enak banget. Pakai parfum apa sih? Boleh cium gak?”  Reflek aku menoleh ke arah kanan, dan mendelik kesal melihat senyum usil Zayn. Aku kembali coba fokus pada film di depanku ini. Tak berapa lama, kembali Zayn Malik kw ini mencoba menggodaku. Dia bahkan sudah berani meletakkan dagunya di atas bahuku dan menghembuskan nafasnya perlahan, membuatku sesekali bergidik. Tapi kudiamkan saja, daripada terjadi kehebohan di studio ini.  “Kamu tahu Rein, aku biasanya akan cepat tertidur kalau di ruang gelap dan bersuhu dingin gini, terus ada bau harum enak. Bikin aku tambah mengantuk.” Zayn bahkan sekarang menggulung rambutku yang tidak terkucir, memakai telunjuknya. Aku hanya diam saja, peduli amat aah.  Herannya kok setelah itu tak ada apa-apa lagi yang terjadi. Aku cuma merasa bahu sebelah kananku terasa berat banget. Aku menoleh ke arah kanan dan ternyata si Zayn ini tertidur pulas saudara-saudara. Applouse for him!  Nih orang kalau mau tidur ngapain juga di studio sih? Beruntung gak pakai mendengkur dia, kalau dia sampai mendengkur bisa dipastikan aku akan langsung keluar dari sini.  Tapi bersyukur juga dia tidur, jadi aku bisa menikmati tujuh puluh menit berikutnya dengan menonton secara fokus, tidak terganggu oleh aksi iseng Zayn ini. Tak terasa film sudah usai. Aku ragu apakah akan meninggalkan Zayn di sini hingga dia akan dibangunkan oleh petugas atau aku tunggu saja? Atau aku bangunin dengan kejutan ya?  Hmm… sepertinya ide ketiga yang paling bagus deh. Aku menunggu sampai studio benar-benar sepi, kemudian aku berdiri, memutari dan berada di sisi terdekat Zayn. Aku dekatkan bibirku ke wajahnya dan berteriak cukup keras di dekat telinganya.  “Zayn banguuun!! Film udah selesai!” Dengan tampang puas aku melihatnya. Zayn bangun dengan kaget dan langsung terduduk, seperti orang linglung, melihat ke kanan kirinya. Sepertinya heran kenapa bisa berada di sini.  “Aduuh Rein kenapa teriak gitu sih? Sakit tahu telingaku!”  “Zayn, ini film sudah selesai dari tadi. Ayuk buruan kita keluar. Itu petugasnya udah mau bebersih studio dulu nih.” Kataku tenang kemudian  berjalan perlahan ke arah pintu keluar studio. Diikuti Zayn yang berlari mengejarku dengan nyawa yang masih berkumpul semua ruh di tubuh fisik bak Dewa Yunani nyasar itu.  “Rein tunggu aku mau cuci muka dulu.” Zayn segera berbelok ke arah toilet pria, sementara aku tentu saja langsung ngacir membeli minum. Di counter minum kulihat Dila dan Kia sudah menungguku dengan senyum aneh mereka. “Kok kalian senyum-senyum sendiri begitu?” Tanyaku.  “Duuh yang barusan nonton velvet class sama cowok cakep, gimana gimana??”  “Gimana apanya? Lah wong si Zayn Malik itu tidur! Untung gak pakai mendengkur dia!” Jawabku gemas sambil membayar minumanku. Tapi pas aku membalik badan, tubuhku membentur seseorang atau sesuatu membuat minuman ringan yang kubeli jadi tumpah. “Yaaah… maaf.. duuh ma…. Laah kamu! Ngapain juga berdiri di situ? Jadi ketumpahan kan? Minggir!” Kataku judes saat melihat ternyata Zayn yang berdiri di depanku dengan tampang kecut, sekecut belimbing wuluh di halaman rumah eyang di kampung.  “Aku kan bilang tunggu. Malah pergi. Ini gimana sekarang bajuku ketumpuhan soft drink. Tanggung jawab!” Katanya sambil bersungut kesal.  “Laah… Eeeh… eeh… Jangan tarik-tarik tanganku. Bentar Zayn ini tumpah semua ntar.”  Zayn yang marah kemudian menarik tanganku untuk mengikutinya, entah mungkin beli baju baru untuk mengganti kaosnya yang tertumpah minuman ringan tadi. Aku hanya dapat melambaikan tangan pada kedua temanku yang melihat kearahku dengan tatapan kasihan.  “Zayn… lepasin tanganku, kita jadi tontonan ini!” Aku berusaha menghentakkan tanganku. Sayangnya tenagaku kalah jauh dibanding dia yang lelaki. Gak mungkin kukeluarkan pitinganku kan saat lagi di mal sekelas GI ini? Bisa-bisa aku akan jadi seleb youtube dadakan. Akhirnya aku mengikuti saja langkah kaki Zayn yang menyeretku ke sebuah butik terkenal.  Aku menelan ludah karena tahu harga pakaian di butik ini yang kadangkala tidak masuk akal. Bukannya aku tidak mampu, hanya saja peruntukannya masih di nomer berapa. Nih jangan-jangan Zayn Malik minta aku untuk beliin dia baju ganti ya? Hmm… harus bisa bikin alasan ini biar gak perlu aku yang bayarin.  Tanpa babibu, Zayn tetap menyeretku ke deretan kaos pria. Dia melepaskan tanganku akhirnya, saudara-saudara! Akhirnya... alhamdulilah.  “Tunggu jangan pergi, di sini saja.” Zayn memilih kaos berwarna off white. “Mbak, saya mau coba ini ya.” Katanya pada pramuniaga yang tidak berkedip melihatnya. Pramuniaga cantik itu hanya melongo saja dan menggangguk bagai boneka yang sering ada di dashboard mobil. “Rein, kamu mau ikut aku masuk ke bilik coba baju ini?” Tanya Zayn usil. “Ha…? Apa? Dasar gila.”  “Hahaha… ya sudah kamu tunggu saja di situ ya.” Zayn Malik kw itu kemudian segera saja masuk bilik kecil dan segera mencoba kaos yang tadi diambilnya. Tak butuh waktu lama, Zayn sudah keluar dengan baju barunya. Aku sempat beberapa detik terpesona melihatnya memakai kaos warna putih itu. Memang ganteng nih lakik deh.  “Kenapa? Terpesona kan padaku?” Aku melengos mendengarnya. “Rein, tolong pegang bajuku yang kamu tumpahin soft drink ini dong. Ponselku bergetar ini. Aku gak bisa pegang baju kotor ini sambil jawab panggilan telepon.” Belum juga aku mengiyakan, tiba-tiba saja Zayn sudah memberikan bajunya yang tadi kena tumpahan soft drink ke tanganku. Buset deh, aku bukan babunya! Gantian sekarang aku yang bersungut.  “Hai sayang… Kamu di mana?”  Hmm… pastilah si peyang itu lagi yang nelpon kan? “Haa… apa? Di depan outlet Ermenegildo? Okay tunggu aku beberapa menit lagi ya.” Aku melihat Zayn yang celingukan seperti mencari seseorang di butik mewah itu.  “Cari apa sih?” Tanyaku dengan kening berkerut.  Tiba-tiba saja Zayn menarik tanganku secepat kilat, saat dia terpaku melihat depan beberapa saat. Aku tidak mampu berbuat apa-apa hanya diam melotot padanya karena dia menarik tubuhku ke bilik fitting room yang tentu saja terasa sempit bagi kami berdua.  “Zayn… kamu ngapain sih? Ini kan sempit buat kita berdua.” Aku kesal.  “Sst jangan berisik, diam sebentar aja. Ada Clara di depan situ.”  “Lah peduli amat aku ama dia. Udah aku mau keluar.” Bisikku, mengibaskan tangannya dan bermaksud keluar dari bilik itu. Tapi tubuh kokoh Zayn benar-benar mengungkungku.  “Zayn aku….”  “Sst… diamlah.” Bisiknya di sebelah telingaku. Leherku merinding karena hembusan nafasnya. Tubuhku termasuk tinggi untuk ukuran perempuan Indonesia, jadi Zayn tidak perlu terlalu menunduk untuk melihatku.  Rein… lihatlah bibir itu. Seperti bibir Ilyas di n****+ yang kamu baca kemarin kan? Kamu gak mau cicipi? Si Hitam ini kenapa memprovokasiku sih?  No, Rein, jangan nekat. Ciuman itu awal  dosa segalanya. Syukurlah Si Putih bersuara. Ini kenapa juga dua makhluk itu bertengkar di saat yang sangat tidak tepat? Tangan Zayn berada di sebelah pundakku, sengaja mengungkungku agar aku tidak bisa ke mana-mana. Lagi-lagi aku ingin sekali memiting kakinya. Seenaknya saja dia membuatku terjebak posisi begini. *** Zayn Aku tidak menyangka posisiku ini benar-benar membuat jantungku berdetak lebih cepat. Bibir merah dan seksi Rein sangat menarikku untuk segera diicip-icip. Hidung mancung Rein, mata yang tajam itu semakin tajam menatapku. Hanya saja aku heran, kenapa Rein masih bisa bertindak setenang itu padahal aku sudah mengungkungnya.  “Zayn jangan macem-macem deh. Aku bisa menendangmu loh.” Bisiknya dengan tajam.  Tapi aku tidak peduli, aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, bahkan sedikit melumatnya. Entah apa yang ada di otakku saat ini, yang pasti bibir seksi merah merekah itu sangat menggodaku untuk mencicipinya.      *** Apa yang akan dilakukan Rein? Coba tebak...  Oiya sila add akun ig-ku ya rieka_sri_dewi untuk bisa lihat trailer atau sneek peek ceritaku. Aku tunggu komen mendukung kalian. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD