Part - 11

1730 Words
Hai aku kembali, maaf kalau agak lama update karena lagi sibuk real bgt. sebenernya aku mau ngenalin pemeran utama dari cerita ku, Aerhyn dan Benedict. Di aps sebelah, aku ada nampilin sosoknya biar gk pada penasaran. Tapi karena berhubung disini gak bisa nampilin foto, jadi ya pasarah hahaha. Enjoy cerita ku ya. ☺️☺️ ____________ Pencarian Ben berakhir kini. Wanita yang ia kira bukan siapa siapa selama ini. Wanita yang ia anggap hanya sebagai peneman kebutuhannya. Wanita yang berhasil memporak poranda kan hidupnya. Ben memperhatikan gadis itu sedang terduduk di lantai aspal pinggir jalan. Rambutny tersanggul berantakan. Noda hitam menghiasi pipi mulusnya. Pakaiannya kumuh terlihat sangat kotor. Yang selama ini Benedict pikir bahwa si gadis kembali ke tempat ia membelinya. Namun Ben salah. Gadis itu berada di jalanan. Menggelandang. Di tengah cuaca terik Washington, gadis itu harus menyapu jalan penuh sampah. Hati Ben serasa tertusuk belati. Ia menelantarkan gadis tak bersalah. Mencampakkannya begitu saja. Melampiaskan amarah tak berdasar pada wanita yang tak tau apa apa. Batinnya lirih. Berdosanya ia, bagaimana ia harus bertemu muka pada gadis itu. Bahkan melihatnya dari jauh saja sudah cukup merasakan keperihan si gadis. "Anda tidak ingin menemuiny?" Tanya Ricky. "Aku ingin, bahkan sangat" Keluh Ben yang tetap memperhatikan Aerhyn. "Temuilah, ia sudah sangat sulit belakangan ini" saran Ricky. Benedict akhirnya memutuskan untuk menemui Aerhyn. Menguatkan dirinya. Di tolak atau pun di maki oleh gadis itu. Ia harus terima dan harus membawa gadis itu kembali lagi padanya. Ben memarkirkan mazdanya di tepi jalan. Ben melihat ada 2 orang preman berbadan kekar dengan tubuh penuh tatto mendekati Aerhyn. Hatinya membara, ingin sekali segera menerjang ke arah dua preman itu. "Kau cukup cantik untuk menjadi seorang gelandangan" kata pria berbadan kekar yang di panggil boss oleh temannya. Tangan si pria kekar memegang dagu Aerhyn. Ben mulai tak sabar, langkah panjangnya ia langkahkan ke arah dimana Aerhyn berada. "Lepaskan aku, aku tak ada urusan dengan kalian" suara Aerhyn lantang. "Jal*ng sial*n, berani beraninya kau meninggikan suaramu" bentak si pria kekar yang satunya. "Lepaskan gadis itu, apa yang kalian inginkan akan aku berikan" seru Ben begitu berdiri di samping 2 pria kekar itu di diikuti Ricky di sampingnya. "Hmmm, kau terlihat kaya. Berikan aku $500 baru ku lepaskan dia" jawab si pria kekar, menampilkan senyum miring menyebalkan. Benedict membuka dompetnya, mengeluarkan 5 lembar pecahan $100 dan menyerahkan pada 2 pria berbadan kekar di hadapannya. Aerhyn masih menatap Ben dengan tatapan takut, ia mundur selangkah menghindari Benedict. "Thanks Boss. Lain kali jaga jal*ng mu agar tak berkeliaran di jalanan" seru si pria kekar begitu menerima uang dari Ben. Mereka pun berlalu begitu saja diiringi siulan kebahagiaan. "b******k". Maki Ben. "Kenapa Tuan ada disini" cicit Aerhyn memberanikan diri untuk bertanya. Kini fokus Ben kembali pada gadis di sampingnya. Gadis yang ia rindukan. Gadis yang berhasil menyentuh jiwanya yang sepi. "Aku mencarimu" tutur Ben lembut. Tatapan Ben tulus pada Aerhyn. Ia benar benar rindu gadis ini. "Kenapa mencariku, bukan kah Tuan sendiri yang telah mengusirku" suara Aerhyn pelan namun masih bisa terdengar di telinga Ben. Gadis itu masih menundukkan kepalanya, tak berniat menatap Ben sama sekali. Hatinya masih perih, ia tak ingin luluh dengan mudah. Kalau ia melihat mata Ben ia yakin akan jatuh lagi pada pria di hadapannya. "Maafkan aku, aku benar benar menyesal". Lirih Ben. "Anda tidak perlu meminta maaf pada ku, anda tak bersalah" Aerhyn masih berusaha kuat. "No Rhy, please listen to me. Im really sorry. Please. Aku janji tak akan melakukannya lagi". Ben merengkuh wajah gadis itu dengan hati hati. Air mata mengalir di pipi mulus gadis itu. Walau Wajah cantiknya tertutup debu jalanan. Ia masih tampak indah dan menarik. "Please, aku hancur tanpamu" suara lirih Ben menusuk gendang telinga Aerhyn. "Tuan jangan seperti ini. Aku tak layak mendapat permohonan maaf dari mu" Aerhyn masih berusaha menguatkan hatinya. Walau ia pun tak yakin. "Ku mohon Rhyn. Kembali lah. I need you". Ben mulai berlutut, memohon pada gadis di hadapannya. Mereka menjadi tontonan orang ramai. Aksi Ben yang tak terduga akhirnya meluluhkan Aerhyn. "Tuan ku mohon berdiri lah jangan seperti ini. Baik aku akan kembali. Tapi ku mohon berdiri lah" pujuk Aerhyn berusaha mengangkat tubuh kekar Ben. "Kau berjanji" mata Ben mulai berbinar. Ia kembali ke posisinya berdiri di samping Aerhyn. Aerhyn mengangguk pasrah. Ben menggandeng lengan mungil yang terlihat lemah itu. Memeluk pinggang gadis itu seakan takut Aerhyn akan pergi lagi darinya, berjalan bersama menuju letak mobil yang Ben parkirkan. Ricky mengikuti dua insan itu dari belakang, menggeleng kan kepalanya. "Aku akan transfer sesuai yang kau minta beserta bonusmu" seru Ben pada Ricky begitu samlai di pintu mobil. "Baik Tuan, kalau begitu saya permisi" tutur Ricky sopan. Mereka pun berpisah disana. Sementara Benedict dan Aerhyn kembali menuju Apartment mewah Ben. Selama di perjalanan Aerhyn sama sekali tak bersuara, ia sibuk dengan dunianya sendiri. Wajahnya tampak murung. Entah apa yang ia pikirkan membuat Ben merasa semakin bersalah. "Apakah kau lapar? Ingin makan apa?" Tanya Ben memecah keheningan. "Terima kasih Tuan, aku sudah makan" Aerhyn menjawab dengan sopan. Ia masih takut menatap ke arah Ben, jari jarinya lebih menarik menurut nya. "Aerhyn dengarkan aku, aku minta maaf untuk perbuatan ku kemarin. Jadi ku mohon jangan takut pada ku lagi" tutur Ben lirih. "Baik Tuan". Gadis itu mengangguk di iringi senyum manis di bibirnya. Senyum yang mengistirahatkan kepedihan. Senyum yang sudah lama hilang dari pandangan Ben. Ia rindu senyum tulus dari gadis itu. Mereka singgah ke sebuah restaurant cepat saji. Memesan makanan kesukan si gadis. Walau Aerhyn mengatakan ia sudah makan. Ben tak perduli. Ia tetap membelinya. "Tapi Tuan saya benar sudah makan, anda tak perlu membeli sebanyak ini" Aerhyn melihat beberapa jenis makanan yang Ben beli. Dan semua kegemarannya. "Kau yakin tak mau memakannya lagi? Sekali pun dengan ice cream favorite mu?" Tanya Ben menggoda. Aerhyn menggigit bibir bawahnya. Ia lemah dengan makanan. "Mau". Jawabnya berbisik. Suara tawa renyah Ben memenuhi seisi mobil. ** Sebulan setelah kembalinya Aerhyn ke apartment mewah Ben, perlakuan Ben sangat berubah. Lelaki itu tak lagi pulang larut malam, dan bahkan tak pernah membawa gadis ke kediaman nya. Dan selama itu juga Ben tak menyentuh Aerhyn. Ia berjanji tak akan melakukannya kalau gadis itu belum bersedia. "Rhyn hari ini aku pulang agak larut, jadi kau tak perlu menunggu ku pulang". "Baik Tuan". Jawab gadis itu sopan. Aerhyn sedang mencuci beberapa piring bekas mereka sarapan. Kegiatan rutin yang Aerhyn suka, walau mereka tak memiliki hubungan apa pun setidaknya ia ingin hubungannya dengan Ben sedikit membaik dan tak kaku. "Untuk lunch kau bisa pesan saja, daftarnya ada di dekat telephone" terang Ben lagi. "Aku ingin masak saja Tuan". "Hmm baiklah, kalau ada bahan yang kau inginkan kabari aku. Aku akan suruh orang membelikannya". "Terima kasih Tuan" jawab Aerhyn lembut. "Aku pergi, jaga rumah dengan baik". Ben mengelus puncak kepala Aerhyn. "Hati hati di jalan Tuan". Jawabnya tulus. Gadis itu tersenyum. Senyum manisnya sudah kembali. Tak ada lagi rasa sakit disana. Tak ada lagi yang harus ia khawatir kan. ** Benedict pulang sangat larut, Aerhyn sudah tidur di kamarnya. Benedict mencoba membuka pintu itu. Pintu kamar Aerhyn. Tak di kunci. Ceklek Suara gagang pintu, Ben mencoba meminimalisir bunyinya. Ia tak ingin gadis itu terbangun. Dilihatnya gadis itu terlelap, wajah cantiknya disertai bulu mata yang lentik dan alis rapi bagai dewi menanti pangerannya. Ben mendarat kan bibirnya ke dahi Aerhyn lembut. "Sweet Dream baby girl" bisik Ben di sela kecupannya. Ia membetulkan letak selimut si gadis. Dan berlalu menuju kamarnya. Paginya Ben bangun agak siang, karena hari ini weekend. Biasanya ia akan workout tapi hari ini ia merasa sangat ingin bersantai tanpa melakukan apapun. "Rhyn bisakah kau buatkan aku cereal dan s**u almond" tanya Ben yang sedang menuruni tangga. Ia masih menggunakan piyama, rambut acak acakan yang terlihat seksi dan suara serak khas bangun tidur. "Tuan mau cereal? Tapi aku sudah membuatkan pancakes" tutur Aerhyn. Gadis itu tau hari ini weekend, hari dimana Ben akan di rumah saja. Hari Ben bersantai. Karena itu ia membuatkan sarapan yang biasa ben santap setelah workout. "Oh baiklah, aku makan setelah mandi". Ben menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lelaki itu pun kembali menuju kamarnya. Aerhyn hanya memperhatikan Tuannya dan menggeleng. Benedict turun lagi setelah ia sudah selesai mandi, tampilannya sangat santai. Ia hanya memakai t-shirt putih polos dan celana Cotton selutut. Rambutanya ia biarkan tersisir kebawah. Tak menggunakan gel sama sekali. Menghabiskan pancakes yang Aerhyn siapkan dengan lahap. "Ini lezat" seru Ben memuji. "Terima kasih Tuan" Aerhyn berbinar. Setelah sarapan Ben duduk di depan tv, menekan remote menukar saluran yang ada di layar kaca. Aerhyn hanya memperhatikan kelakuan tak biasa Tuannya. "Tuan mau apel?" Tanya Aerhyn lembut. Ben mengangguk, wajahnya sedikit tak bersemangat. Ia masih menekan tombol dari benda yang ada di genggaman. Sebuah apel yang sudah dipotong kini ada di hadapan Ben. Ia masih tak bersemangat. "Rhyn duduk disini, temani aku". Ben menarik tangan gadis itu. Mendudukannya di sofa. Posisi Ben berubah, ia merebahkan tubuhnya, meletakkan kepalanya di pangkuan Aerhyn. "Suap". Seru Ben manja. Menunjuk apel di hadapannya. Aerhyn tak percaya, ada apa dengan Tuannya. Tanpa membantah ia mengambil sepotong apel dan menyuapi Tuannya. "Rhyn, can i ask you something?" Tanya Ben. Matanya lekat menatap Aerhyn yang menyuapinya. "Sure". "Do you like me?" Tanya Ben tiba tiba. Gerakan Aerhyn sedikit terjeda. Ia tak menyangka pertanyaan Tuannya. "I only have you. Off course i like you" Aerhyn menjawab santai. "No i mean, like a man and women" tanyanya lagi. Aerhyn menyipitkan matanya, kenapa dengan Tuannya. Kenapa hari ini bertingkah sedikit aneh. "What are you trying to ask me?" Aerhyn balik bertanya. "I just want to know" Ben menjawab sekenanya. "Hahaha. Tuan sedang ada masalah?" Suara tawa Aerhyn merdu masuk ke gendang telinga Ben. "Tidak". Jawab Ben cemberut. "Lalu mengapa menanyakan hal seperti itu?" Tanya Aerhyn lagi. "I want to kiss you, can i?" Ben memasang wajah memelas. Ben ingin mencium Aerhyn bibir itu menggoda hasratnya, semenjak Aerhyn kembali. Benedict sama sekali tak melakukan aktifitas apapun pada gadis lain. Aerhyn tak bersuara. Ia hanya menjawab dengan anggukan. Tak menerima penolakan dari Aerhyn. Ben merengkuh wajah gadis itu. Memeluk tubuh mungilnya. Mengecup bibir ranum yang sudah menggoda hasratnya sejak sebulan lalu. Ia rindu mencecap rasa manis itu. Kecupan lembut kini menjadi lumatan yang menuntut. Lidah Ben berusaha masuk. Mengajak lidah Aerhyn ikut menari bersama. "Dont ever try, to leave me again" bisik Ben di tengah tengah kecupan panasnya. Aerhyn menggangguk dan menyunggingkan senyum terindah. ============== Jangan lupa tinggalin jejak ya, dengan cara vote and comment. Thanks ☺️☺️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD