Confess

1368 Words
Hubungan antara Tuan dan Slave hilang sudah. Benedict menjalin kasih dengan gadis muda yang ia temui di pelelangan kala itu. Siapa sangka gadis cantik yang ia anggap pengganggu kini mampu membangun istananya sendiri. Ben masih berkutat dengan beberapa laporan perjanjian di kantornya. Ia merindukan wanitanya. Teringat saat ia mengutarakan perasaannya pada Aerhyn, gadis itu terlihat bingung dan ketakutan. ___________________ Flashback 2 bulan lalu.. "Bersiaplah kita akan pergi makan diluar" seru Ben pada Aerhyn yang sedang santai di depan tv flat mereka. "Tapi saya masak banyak siang tadi, malam ini masih cukup untuk kita berdua" sanggah gadis itu. "Simpan di kulkas, besok bisa di panaskan". Sahutnya. "Tapi Tuan tak suka makanan sisa kemarin". Bantah gadis itu lagi. "Kali ini aku akan memakan nya". "Baik aku akan membereskan ini terlebih dahulu". Aerhyn menurut. Benedict geleng kepala, wanita ini membenci hal mubazir. Ia tak suka makanan di buang buang karena menurut nya masih banyak orang diluar sana yang kelaparan. Ntah lah mungkin ini nilai lebih dari seorang Aerhyn dimata sempurna seorang Benedict Alexander. Gadis itu mulai menyimpan makanan yang ia masak dengan susah payah siang tadi kedalam Tupperware. ** Hal lucu ketika Aerhyn meminta Ben untuk membelikannya Tupperware. "Tuan bisa kah anda membelikan kotak penyimpan makanan, aku tak menemukannya dimana pun. Dan aku kesulitan menyimpan makanan kedalam kulkas". Celoteh Aerhyn. "Buang saja, tak perlu disimpan, besok masak yang baru". Jawab Ben asal "Tuan gak pernah ngerasain kelaperan sih, jadi dikit dikit main buang, emang dikira enak nyari duit, nyari makanan. Coba aja Tuan ngerasain tidur di jalanan perut kosong, lalu gak punya uang untuk beli makanan coba.." panjang lebar amarah Aerhyn. "Daripada dibuang kan lebih bagus makanan dikasihin ke pengemis atau gelandangan di luar sana, gak mubazir dan juga buat mereka senang" lanjutnya lagi. Benedict untuk pertama kali melihat Aerhyn menyuarakan isi hatinya. "Saya bisa belikan mereka makanan baru di resto cepat saji, bukan makanan sisa" Ben masih tidak mau kalah. "Susah sih memang kalau ngomong sama CEO" rungut sang gadis "Okay, besok saya belikan yang kau mau". Ben malas ribut dan imbasnya terkena omelan gadis mungil di hadapanny. Dari sanalah Ben tau bahwa si gadis tak suka menghambur hamburkan uang ataupun makanan yang ia punya. Selesai menyimlan makanannya, Aerhyn pun bergegas naik ke lantai dua menuju kamar tidurnya. Memakai dress satin pressbody diatas lutut berwarna navy, dengan potongan d**a yang sedikit rendah, merias wajahnya dengan riasan natural dan menyanggul lepas rambut sebahunya. Membuat tampilan gadis itu sangat elegant. "Rhyn sudah selesai?" Tanya Ben diluar kamar. "Sudah, Tuan bisakah anda mengancingkan bajuku, tangan ku kesulitan menggapainya". Ben membuka kamar gadis manis yang sudah berbulan bulan tinggal satu atap dengannya. Sesaat ia terkesima, gadis dihadapannya sungguh menawan. Ia sempat berfikir untuk tak jadi keluar dan mengurung si gadis di kamar. "You look stunning" puji Ben. "Thank you". Sambut gadis itu dengan pipi merona. "Mundur sedikit aku akan mengancingkannya" ucap Ben mendekati Aerhyn. Tangan kasar itu bersentuhan pada kulit mulus dari punggung Aerhyn yang terekspose. Memberikan getaran aneh, pada keduanya. Seperti ada sengtan listrik dengan voltase rendah yang membuat mereka di terpa gairah. Ditambah aroma orchid lembut dari tubuh sang gadis memasuki indra penciuman sang dominant. Begitu manis dan hangat. Tinggi badan yang sangat kentara mwmbuat Ben harus menundukkan kepalanya. Kini di rengkuhnya wajah mungil Aerhyn, mengangkat dagu v shape itu sedikit keatas. Bibir tipis Aerhyn sedikit terbuka, berwarna orange segar, meminta untuk dicicipi. Awalnya hanya menyatukan kedua bibir tanpa ada keinginan lebih, rasa manis dan aroma segar mengubah pendirian Ben. Dilumatnya perlahan, menggigit lembut bibir bawah Aerhyn dan tak lupa mengabasen barisan gigi dari sang gadis. Aerhyn tak ingin larut terlalu dalam hanya dengan sebuah ciuman. Di dorongnya tubuh tinggi yang menjukan dihadapannya sembari melayangkan protes. "Tuaaaann, saya sudah mengoleskan liptint, sekarang hilang" rengek gadis itu manja. "Kau sunggu menggoda, aku gak sabar ingin memakanmu" kekeh Ben. "Cih, im not food" Aerhyn menjulurkan lidahnya. Gadis ini kini semakin berani terhadap Ben, ia tak sekaku dulu. Dan Ben senang dengan perubahan sikat tersebut. ====== Mereka kini berada disebuah hotel bintang 5, ben sudah merervasi kursi untuknya dinner berdua malam ini. "Sangat indah" girang Aerhyn melihat sekeliling hotel. "I know, thats why i brought you here" senyum Ben menanggapi gadisnya. "Ada acara apa Tuan membawa ku makan di tempat semewah ini" cicit Aerhyn. "I've something to tell you". "Okay". Jawab Aerhyn sabar menanti. Pelayan mengantarkan makanan dan menuangkan wine di gelas pasangan muda ini. Ben menyesap minumannya, wine dengan aroma sangat khas dan hangat memasuki kerongkongannya. Sembari makan mereka bercerita hal hal kecil yang membuat keduanya tertawa. "Aerhyn, i wanna tell you something important" ucap Ben setelah mengakhiri suapan terkahirnya dan membersihkan mulutnya dengan tissue "Okay, what is that?" Tanya Aerhyn penasaran. "Mungkin pertemuan pertama kita sungguh bukan pertemuan yang mengesankan, dan tak layak untuk diingat, serta kejadian yang membuat ku hampir kehilangan mu..." Ada jeda dalam ucapan Ben. "Mungkin aku bukan pria yang baik dan lembut padamu, tapi ku pastikan kau tak menyesal untuk hidup bersama ku" sambungnya lagi. "Do you wanna be my girl?" Tanya Ben dengan air muka yang sangat tenang. Antara tak percaya dengan perkataan yang baru saja Ben ucapkan, ia tak percaya mendengar Tuannya mengatakan kata kata semanis itu. Untuknya. Aerhyn menggigit bibir bawahnya, gugup. Ada perasaan aneh yang masuk kedalam dirinya. Tangannya bergetar dan air mata mulai memenuhi kelopak matany, siap untuk menuruni pipi. Napasnya mulai tak beraturan, Aerhyn terkena panic attack. Ini biasa diidap ketika sesorang merasa sangat terkejut dengan perbuatan atau sesuatu yang tibantiba terjadi dihadapannya. "Aerhyn are you okay?" Ben sedikit terganggu dengan keadaan Aerhyn. "Im okay sir". Jawabnya mencoba mengedalikan diri. Menarik napas dan membuangnya perlahan bebera kali sembari memejamkan mata. Tangannya yang semula bergetar hebat, kini ada di genggaman Ben, Ben pun ikut menenangkan wanitanya. "Tuan serius dengan kata kata tadi" tanyanya ketika ia sudah berhasil menguasai diri. "I can't joke about things like this" jawabnya dengan suara lembut. "But why me?" Tanya sang gadis lagi. "Coz i love you, do i have any reason to love someone?" Ben balik bertanya. "But Tuan, im slave". Lirihnya. "No, who said you are slave. You are mine. I never sell you, remember" Ben masih dengan santai menjawab setiap pertanyaan Aerhyn. "Aku tak mengharapkan jawaban mu malam ini Rhyn, aku hanya mengungkapkan isi hati ku, dan..." "I love you too Tuan" jawab Aerhyn cepat. "I love you more my girl". Senyum khas Ben mengembang di bibir tebalnya. Dikecupnya punggung tangan sang wanita, matanya tak lekang dengan binar bahagia. "Terima kasih sudah mau mencintaiku dan menerima ku Tuan". "Stop to call me like that, im you boyfriend not your customer". "Okay, then how should i call you?" Tanya Aerhyn manja. "Hmmm, babe, darling, honey, hubby, or anything you like" haha tawa renyah Ben menjadi candu untuk sang gadis. "Kok geli ya, kek anak ABG labil" ejek Aerhyn lagi. "Babe, you tease me again" Benedict cemberut. Dan malam itu ben juga telah membooking sebuah kamar president room di hotel itu juga untuk menghabiskan malam dengan gadisnya. Melanjutkan sesuatu yang tertunda ketika mereka hendak pergi ke hotel ini. Flashback end _________________ Hari dimana Ben merasa sangat bahagia, ia dicintai dan Mencinta seseorang yang menjadi pilihannya. Ben ingin mendengar suara sang gadis, ia sangat merindu wanitanya. Tuuuutt.. Tuuuuttt.. Tuuuuutt.. Deringan ketiga baru terdengar suara wanita yang ia rindukan. "Hallo.." "Babe sedang apa?" Tanya Ben membuka suara. "Masak nih, tadi mau buat cookies, tapi aku belum beli bahannya. Nanti kalau kamu sempat bisa anterin aku ke supermarket ya" celoteh Aerhyn panjang. "Iya sayang, kamu masak apa? Aku mungkin lunch dikantor karna jam dua ada meeting. Gapapa kan babe" Ben memastikan. "Its okay babe, jangan telat makan loh" sambunga sang gadis "Iya sayang, i miss you" sendu suara Ben. "Aku juga... Aaaaaaaaaaa" teriak Aerhyn diseberang telpon. "Babe, sayang.. heeii" panggil Ben, namun Aerhyn tak menjawab. Ben panik bukan kepalang. "Babe, kamu gapapa?" Tanya Ben lagi, namun Aerhyn tetap tak menjawab. Ben sudah tak lagi memikirkan yang lain, ia menghubungi asisten nya untuk mengundurkan rapat karena ia harus pulang sesat memastikan keadaan wanitanya baik baik saja. . . . . . . ========= To be continued. Haiiii, maaf yaa lama bgt baru muncul hehehehe Jangn bosen sama cerita ku yaaaaa Kasih kritik dan saran di kolom komen dong, biar semangat nulisnya.. Makasih ^^

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD