Rencana Licik Cassandra

1038 Words
Setelah waktu istirahat selesai, semua murid telah kembali ke kelasnya masing-masing. Di kelas Alvian sekarang, Guru Matematika sedang memberikan tugas mengerjakan 40 soal Matematika dengan memberi waktu 60 menit. "Lo serius suka sama Kak Rina?" Dimas berbisik saat Alvian sedang fokus mengerjakan soal-soal Matematika. "Ssstt." Alvian menaruh telunjuk di bibirnya memberikan isyarat agar Dimas tidak bicara. Guru Matematika menoleh ke meja Dimas dan Alvian. "Jangan ada yang mengobrol!" Ucap Pria paruh baya yang mempunyai perawakan sedang dan berisi. Semua orang yang merasa tersindir segera fokus kembali mengerjakan tugasnya. Alvian sudah selesai mengerjakan semua soal-soal Matematika itu. Ia hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk mengerjakannya, kemudian ia berdiri hendak menyerahkan tugasnya kepada guru di depan. "Al Lo udah selesai?" Dimas penasaran dan kaget melihat Alvian sudah beranjak dari kursinya. Alvian hanya tersenyum cengengesan. "Makanya buruan kerjain, jangan ngobrol aja!" Ucap Alvian meninggalkan Dimas. Dimas meninju angin, mukanya merasa gemas pada teman barunya itu. "Kamu sudah selesai Al?" Tanya guru Matematika sambil mengecek semua jawaban dari Alvian. "Sudah pak!" Jawab Alvian singkat. "Oke. Kamu boleh keluar. Mau ke Perpustakaan atau kemana saja tapi kembali lagi 40 menit kemudian." Ucap gurunya itu. Alvian memutuskan untuk pergi ke Perpustakaan. Ia hendak mencari buku yang mungkin menarik baginya. Alvian sudah sampai di perpustakaan. Ia masuk dan melihat-lihat buku yang ada di sana. Namun tanpa diduga, seorang perempuan berhasil mengalihkan pandangan Alvian. Hati Alvian mulai tidak keruan, jantungnya berdegup kencang. Ia pikir tadinya hanya sekedar mengaguminya saja, namun setelah Dimas mengolok-olok dirinya entah kenapa Alvian semakin penasaran kepada kakak kelasnya itu. Rina sedang duduk sendiri sambil mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan tes masuk perguruan tinggi. Namun obrolan di sekitarnya mengganggu konsentrasi Rina yang sedang belajar. Rina menoleh ke arah dua orang perempuan yang sedang asyik mengobrol sambil memperhatikan laki-laki yang tak jauh dari mereka. "Permisi! Tolong jangan bersuara disini!" Ucap Rina sembari menunjukkan poster yang ada di dinding perpustakaan. Kedua perempuan itu memutar mata mereka, mengacuhkan perkataan Rina. Dimas datang ke perpustakaan hendak mencari Alvian. Ia menemukan pria itu tengah berdiri di depan rak buku. Muncul ide di kepalanya untuk mengerjai pria itu. Ia menghampiri Alvian lalu berbisik di telinga temannya itu ala-ala film horor. "AL..Viiii..aaaan!" Bisik Dimas membuat Alvian kaget berpikir itu adalah bisikan makhluk halus. Alvian berbalik dan refleks memukul laki-laki di belakangnya yang tidak lain adalah Dimas. "Rese Lo! Bikin kaget gue!" Alvian tidak sengaja berteriak, kemudian ia refleks menutup mulutnya ketika melihat semua mata tertuju ke arahnya apalagi kakak kelas yang sejak tadi ia perhatikan ikut menoleh kepadanya. Semua orang menertawakan Alvian karena ia tampan dan polos, namun hanya Rina yang merasa terganggu karena melihat Alvian penyebab keributan di perpustakaan. Alvian menutupi wajahnya dengan buku. Ia merasa malu oleh Kak Rina. Rina yang ingin mendapatkan ketenangan belajar di perpustakaan pun tidak bisa mendapatkannya. Padahal ia merasa bahagia, ketika guru memberikan izin kepadanya pergi ke perpustakaan setelah mengerjakan tugas-tugasnya. Rina menghela nafas panjang, ia pikir telah selesai berada di sini. ia meninggalkan perpustakaan secepatnya. Sedangkan Alvian yang cukup lama menutupi wajahnya, baru sadar Rina telah hilang dari hadapannya. Pelan ia berbisik pada Dimas yang ada di sampingnya yang sejak tadi keheranan melihat tingkah aneh Alvian. "Dim, Lo liat dia ga?" Tanya Alvian berbisik. "Siapa?" Dimas balik menjawab sambil masih mengusap bagian tubuh yang tadi mendapatkan pukulan dari Alvian. "Kak Rina. Tadi ada di sini." Jawab Alvian penuh keyakinan. Dimas menggeleng. Sejak tadi Dimas hanya memperhatikan Alvian tidak melihat Kak Rina. "Al Lo udah beneran naksir ya sama dia?" Tanya Dimas penasaran. "Ayo ngobrolnya di luar aja!" Alvian sambil menarik tangan Dimas. "Gue bantu Lo deh biar deket sama Kak Rina." Ucap Dimas. Alvian merasa ragu, satu sisi ia senang, di sisi lain ia takut ini menjadi boomerang baginya. "Ayo Al masuk kelas dulu! Waktu kita cuma 5 menit lagi." Dimas mengingatkan Alvian yang masih sibuk bengong. Alvian tersadar langsung bergegas pergi ke kelasnya bersama Dimas. Ia masih sesekali melihat ke dalam kelas Kak Rina. Melihat perempuan itu masih asyik mengerjakan sesuatu di tempat duduknya. Pesonanya benar-benar membuat Alvian terpikat pada dirinya. "Lo tenang aja! Tar gue atur waktu buat kalian bisa bertemu. Oke!" Ucap Dimas memberikan dukungan pada temannya. Alvian menepuk pelan bahu Dimas. "Thanks ya Lo udah support gue." Alvian berterima kasih kepada Dimas. "Santai aja Bro." Dimas balik menepuk pelan bahu Alvian. Mereka kembali berlari bersama menuju kelasnya. Pulang sekolah nanti Dimas sudah mendapatkan ide agar Alvian bisa bertemu dengan Kak Rina. "Al pulang sekolah nanti temui gue di Aula. Oke!" Ucap Dimas mengingatkan agar Alvian jangan sampai lupa. Alvian hanya mengangguk. Lonceng telah berbunyi. Anak-anak sudah bersiap untuk pulang, setelah guru pergi meninggalkan ruang kelas, Dimas segera bergegas pergi. Alvian yang melihat tingkah Dimas hanya merasa aneh. Namun ia ingat pesan Dimas tadi dan segera bergegas pergi ke Aula. Dimas sudah menyuruh Kak Rina datang ke Aula. Ia berbohong dengan dalih Guru memintanya datang kesana. "Maaf ya Kak Rina, ini karena aku ingin membantu temanku." Ucap Dimas dalam hati, lalu ia hanya tinggal memastikan keduanya bertemu disana. Rina dan Alvian berada di Aula. Mereka celingukan mencari orang yang hendak ditemuinya. Namun Alvian hanya bisa melihat seorang perempuan yang membuat hatinya kembali berdebar. "Dim. Lo rese! Kenapa buat gue ketemu Kak Rina di saat gue belum siap." Alvian menggerutu dalam hati. Rina yang tidak mendapati guru yang ia cari di Aula lantas bertanya pada Alvian. "Kamu lihat guru di sini gak tadi?" Tanya Rina, membuat Alvian baru mendengar suara lembut perempuan yang ia sukai. Ia ingin mengucapkan sesuatu tapi lidahnya terasa kelu. Ia hanya bisa menggeleng dan mengangguk, benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya. Rina merasa aneh terhadap laki-laki di hadapannya, ia tidak mendapatkan jawaban apapun dan tidak melihat keberadaan guru dimanapun. Akhirnya Rina memutuskan untuk pergi. Namun tanpa mereka sadari geng The Queens yang melihat mereka bersama di Aula merekam kejadian itu. Cassandra menyeringai. Ia mempunyai rencana licik untuk mengolok-olok Rina. "Come on girls! " The Queens sudah selesai pada tahap pertama pekerjaannya. Mereka bergegas pergi menuju ke Basecamp nya. "Al!" Teriak Dimas yang sedari tadi memanggil namanya. Alvian masih bengong di sana, tiba-tiba ia sadar setelah melihat Dimas. "Mana Kak Rina?" Tanya Alvian. Dimas menepuk dahinya sendiri, ia baru sadar bahwa Alvian bisa menjadi bodoh ketika melihat Kak Rina seperti Dimas yang menjadi bodoh ketika melihat Bu Alma.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD