Kamar Satria masih dalam keadaan remang meski waktu sudah hampir menyentuh pukul sebelas siang. Rena menghampiri prianya yang masih tertidur lelap. Selimutnya tersingkap nyaris menyentuh lantai, hingga mempertontonkan lekuk tubuhnya yang terbentuk sempurna. Semalam entah jam berapa dia pulang setelah pamit mau ke kafe Gala bersama teman-temannya. Satu hal yang selalu Satria lakukan sekarang, yaitu selalu memberitahu lebih dulu kemanapun dia mau pergi dan dengan siapa dia ke sana. Padahal Rena tidak pernah menuntut Satria melakukan itu. Mungkin dia berkaca dari kejadian saat dengan Nadine dulu, hingga sekarang lebih memilih pamit daripada nanti malah timbul salah paham. “Sat, bangun!” Rena yang duduk di tepian tempat tidur mengusap pipi Satria lembut. Biasanya tidak begitu sulit membangu