Ch.03 Disakiti Dua Wanita Bersamaan

1160 Words
Mata Cersey mendelik melihat pemandangan erotis di kamar Dyandra. Mulut terbuka lebar, menunjukkan ekspresi sangat kaget. Di depannya, Arka sedang menciumi leher Dyandra dengan penuh nafsu. Sementara kedua tangan lelaki yang sangat maskulin itu, mulai menyusup masuk ke balik jubah mandi sang istri. Cersey tak berkedip dan detak jantungnya semakin kencang menendang rongga d**a. Sesak menangkup perasaan yang kini ia alami. Ada rasa cemburu, dan ada rasa tidak terima melihat ini semua. Wanita itu tidak rela berbagi seorang Arka, meski itu dengan istrinya sendiri. Batin mengaum layaknya singa betina sedang kelaparan. Ia membeku, mematung, dan menatap sinis pada kedua anak manusia yang sedang bermesraan. Ujung mata Dyandra menangkap ada sesosok bayangan di pintu kamarnya. Ia segera menoleh dan terkejut bukan kepalang melihat Cersey menatap lekat padanya. “Heh! Kamu sedang apa menonton kami?” hardiknya dengan suara marah. Ia segera merapatkan jubah mandi dan mendorong Arka menjauh. “Ma-maaf. Aku hanya mau bertanya kita berangkat jam berapa ke dokter?” Cersey gugup dan segera menundukkan kepalanya. “Sudah, jangan dimarahi. Dia tidak sengaja. Ingat, dia sedang mengandung anak kita. Buah cinta kita,” sela Arka membela Cersey. Perasaan Dyandra semakin mendidih, mendengar suaminya lebih membela perempuan lain ketimbang dirinya. Namun, ia tidak lagi heran. Jelas saja Arka membela Cersey. Ia mendapat kenikmatan dari wanita itu, bukan? “Jam sembilan kita berangkat! Sekarang, pergilah dari kamarku!” ketus Dyandra mengusir Cersey. Tanpa menunggu dua kali, wanita muda yang memberikan rahimnya untuk diisi buah cinta Dyandra dan Arka segera berlari keluar kamar dan menuruni tangga. “Kamu ada apa, kok hari ini terlihat emosi sekali?” tanya Arka memandang istrinya heran. “Matamu juga terlihat sembab. Kamu habis menangis?” Arka kaget sendiri dan segera menyentuh wajah Dyandra. “Aku sedang flu. Itu saja. Untuk apa aku menangis?” Dyandra memalingkan wajah. “Lalu kenapa kamu pemarah sekali? Ada masalah apa?” desak Arka merengkuh jemari istrinya. “Mungkin aku hanya lelah saja. Pekerjaan sedang banyak urusan,” kilah Dyandra menyungging senyum datar di wajah. “Aku kira kamu marah padaku?” selidik Arka memeluk pinggul wanita yang telah bertahun-tahun menemani tidurnya. “Kamu masih mencintaiku, Say?” lirih Dyandra menatap manik hitam sang suami. “Aku akan selalu mencintaimu,” balas Arka memagut bibir istrinya lembut. “Jangan pernah ragukan cintaku.” Dyandra mencoba tersenyum. Kalimat lelaki itu begitu manis dan diucapkan dengan sungguh-sungguh. Padahal, ia baru saja meniduri wanita lain semalam. Luar biasa! Arka kembali memagut bibir Dyandra sekali lagi dengan begitu panas dan b*******h. Berusaha merayu agar Dyandra mau menemaninya mandi berdua. Akan tetapi, wanita itu menolak dengan alasan harus segera bersiap untuk pergi ke dokter. Arka menyerah. Ia membiarkan sang istri berdandan sementara ia mandi sendiri. Dalam hatinya merasa heran dengan sikap Dyandra pagi ini. Namun, ia tak ingin terlalu banyak memikirkan itu semua. Begitu sang suami hilang dari pandangan, Dyandra langsung mengambil tissue di meja rias dan mengelap bibirnya berkali-kali. Rasa jijik melanda seluruh titik tubuh. Dalam bayangannya, bibir Arka pasti sudah melanglang buana menjelajahi liuk tubuh Cersey. Napasnya kembali terengah dan kilatan berkaca-kaca muncul di bola mata indah miliknya. “Kamu benar-benar membuatku jijik, Mas!” *** Tiga orang wanita telah duduk di meja makan pagi ini. Ada Moeryati —ibunda Arka. Kemudian ada Dyandra, istri Arka. Terakhir, ada Cersey, sang wanita pengganti. Berada di meja yang sama dengan ibu mertuanya selalu membuat Dyandra kehilangan banyak kata-kata. Ia lebih memilih diam karena paham bahwa dirinya bukanlah menantu favorit. Sebuah kenangan tentang bagaimana semua ini berawal sedang ia putar ulang di dalam pandangan lelah matanya. Peristiwa bagaimana ia menghadirkan Cersey dalam kehidupan cintanya. “Aku menemukan sebuah program bernama Surrogate Mother. Aku rasa kita harus mencobanya, Say!” seru Dyandra sekitar dua tahun lalu, setelah mendapat vonis dari dokter, bahwa ia tidak akan bisa memiliki anak. Say, kependekan dari Sayang. Panggilan cinta Dyandra untuk suaminya. Terkadang ia memanggil dengan resmi seperti Mas Arka bila di hadapan banyak orang, terkadang ia memanggil suaminya hanya dengan sebutan singkat yaitu Say. “Program apa itu?” sahut Arka penasaran. “Jadi di program ini, sel telur dan sel s****a dijadikan pembuahan di luar tubuh, atau dalam hal ini, di dalam sebuah alat,” jelas Dyandra bersemangat. “Kemudian pembuahan yang sukses itu, di tanam di rahim wanita lain, sampai sembilan bulan ke depan. Sampai bayinya lahir!” Arka menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa keinginan Dyandra kali itu sudah kelewatan. Memang mereka ingin sekali memiliki anak. Tapi cara ini terdengar sungguh tidak manusiawi baginya. “Aku tidak mau punya anak dari rahim wanita lain!” tolaknya tegas. “Kita tidak akan bisa punya anak, kalau tidak dengan cara ini. Ayolah, Say?” rengek Dyandra seperti anak kecil meminta es krim “Aku pikirkan lagi, ya? Aku tidak bisa memutuskan kalau harus saat ini juga. Banyak yang harus di pikirkan,” jawab Arka menghela napas. Wajah Dyandra berseri-seri penuh harap. Ia yakin suaminya pasti akan setuju pada akhirnya nanti. *** “Pagi, Ma.” Arka menyapa ibundanya, sambil mengecup ujung kepala Dyandra mesra. Kehadiran sang suami membuatnya tersadar dari lamunan dan kenangan masa lalu yang baru saja ia putar kembali. Ya, ia terasadar bahwa sedang ada di masa kini, bersama ibu mertua dan wanita selingkuhan suaminya. Mata Cersey terus mengamati setiap gerak-gerik Arka. Hal ini tidak luput dari Dyandra yang juga mengamati gerak-gerik teman tidur suaminya. Ingin sekali Dyandra mengambil sepotong roti lalu dilemparkan pada wanita itu. Hatinya dibakar rasa cemburu. Memang resiko dari memiliki suami seperti Arka adalah kecemburuan yang sering hinggap. Sejak dulu Dyandra sudah sering mendapati wanita mengelilingi Arka dan membuatnya merasa insecure. Namun, Arka tidak pernah memperlihatkan gelagat tidak beres hingga Dyandra tidak mempermasalahkan. Wanita mana tidak kenal Arka Hasbyan? Pewaris tunggal kerajaan bisnis Best Future Corporate. Sebuah perusahaan yang lini bisnisnya sudah seperti gurita, mencengkeram ke segala arah. Sementara Dyandra, meski ia anak seorang pengusaha, tapi kekayaan orang tuanya jauh di bawah kekayaan keluarga Arka. “Nanti malam, ayo pergi merayakan ulang tahun perkawinan kita,” ajak Arka melirik Dyandra. Ia sangat bersemangat sambil menyeruput kopi pagi. “Oh, kalian sedang 10th anniversary? Congrats! Pantas saja kalungmu baru. Tiffany-kah?” tanya Moeryati datar. Ibunda Arka ini memang sejak dulu tidak menyukai Dyandra, yang dianggapnya tidak satu level dengan keluarga Hasbyan. Seandainya dulu Arka tidak mengancam akan pergi dari rumah bila ia tidak boleh menikahi Dyandra, pastilah ia dan almarhum ayah Arka tidak akan mengijinkan pernikahan itu terjadi. “Iya, Ma. Tiffany, like always,” jawab Dyandra tersenyum memainkan liontin AD di kalung barunya. Mata Cersey melirik kalung di leher Dyandra dengan perasaan iri. Ia kemudian melirik Arka sedikit cemberut. Rupanya, ekspresi sang wanita hamil diketahui oleh seseorang yang kemudian menjadikannya senjata menyakiti Dyandra. “Arka, harusnya sesekali kamu belikan juga perhiasan untuk Cersey. Bukankah dia yang berhasil mengandung anak kalian? Buatlah hatinya senang!” celetuk Moeryati membuyarkan kebanggaan Dyandra akan kalung barunya. “Kalau Cersey senang, pasti bayi kalian juga sehat. Aku rasa Dyandra tidak akan keberatan kalau kamu membelikan perhiasan untuk Cersey. Bukankah begitu, Dya?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD