Bab 6

1518 Words
  Kinara melangkahkan kakinya sambil bersenandung dengan senang. Tidak ada hal yang bisa membuat kebahagiaan Kinara hilang hari ini. Semuanya akan segera baik-baik saja dan Kinara akan mendapatkan kehidupan yang mewah. Kinara tidak perlu lagi duduk di sebuah toko menjijikkan sambil menunggu datangnya pembeli. Ya, semua ini akan segera berakhir tepat ketika Dareen memintanya untuk menjadi kekasihnya. Oh Tuhan, bahkan Dareen sudah meminta nomor ponselnya! “Hei, Kinara! Tadi ada yang mendatangi tokomu, aku tentu saja tidak bisa melayani pembeli itu karena tokoku juga sedang ada pelanggan. Kemana saja kamu pergi? Kenapa sangat lama sekali?” Tanya Rera ketika Kinara baru tiba di depan tokonya. Kinara menghembuskan napasnya dengan pelan sambil mencoba untuk tetap tersenyum. Ingat, tidak ada yang boleh merusak kebahagiaan Kinara hari ini. Rera akan segera mendapatkan balasannya sebentar lagi. Kinara hanya perlu bersabar dan semuanya akan segera membaik dengan cepat. “Aku sedang ada urusan penting. Terima kasih karena sudah menjaga tokoku” Kata Kinara sambil tersenyum. Sebenarnya, Kinara tidak pernah tersenyum kepada Rera karena selama ini hubungan mereka lebih mirip seperti seorang musuh. Ya, tidak masalah, hari ini adalah pengecualiannya. Kinara akan bersikap baik kepada Rera sepanjang hari ini. Mungkin juga beberapa hari setelah ini. Kinara akan terus bersikap baik kepada Rera karena akhirnya setelah sekian lama Kinara bisa menemukan seseorang yang akan mengubah kehidupannya yang sangat menyedihkan ini. Saat Dareen akhirnya menjadikan Kinara sebagai kekasihnya, saat itulah Kinara akan membalas semua perlakuan buruk yang selama ini Rera berikan kepada dirinya. Ya, begitulah. “Tadi ada pembeli yang datang. Lain kali jangan pergi terlalu lama. Memangnya kamu tidak butuh uang?” Tanya Rera dengan pandangan merendahkan. Oh ya ampun, wanita ini memang sangat pandai jika diminta untuk memancing emosi seseorang. Ya, benar. Rera memang juaranya. Kinara akhirnya hanya menghembuskan napasnya dengan pelan lalu kembali mengulas senyuman di bibirnya. “Tidak masalah jika mereka memang ingin pergi. Aku sama sekali tidak membutuhkan mereka” Kata Kinara dengan santai. Kinara bisa melihat jika saat ini Rera tampak kaget dengan kalimat yang Kinara ucapkan. Ya, begitulah.. biarkan saja wanita itu terkejut. Sebenarnya Kinara tidak sabar untuk memamerkan keberuntungan yang baru saja dia dapatkan, tapi tentu saja Kinara harus menahan dirinya. Kinara harus bersabar sebentar lagi jika dia memang ingin membalas semua perlakuan buruk Rera. “Astaga, kamu berubah jadi sombong seketika. Memangnya siapa yang biasanya datang kepadaku dan meminjam uang?” Tanya Rera dengan wajah yang sangat sombong. Oh sial, apa maksud perkataan wanita itu? Sebenarnya Kinara memang sering meminjam uang dari Rera, tapi apakah wanita itu memang harus mengungkit semuanya setiap hari? Lagipula akhirnya Kinara juga membayar semua hutang itu. Sial, Kinara tidak akan pernah lagi meminjam uang dari Rera. Wanita itu sangat menyebalkan! “Bukankah aku sudah membayar semuanya? Kenapa kamu terus berbicara omong kosong?” Tanya Kinara yang sudah mulai terpancing emosi. Ya ampun, bukan begini skenario yang Kinara ingin lakukan. Seharusnya dia tetap bersikap tenang di depan Rera. Baiklah, sekarang Kinara harus sedikit mengendalikan amarahnya. “Tentu saja kamu sudah membayar semuanya. Ya, itupun setelah aku menagihnya selama berbulan-bulan” Kata Rera sambil melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam tokonya. Sudahlah, Kinara seharusnya tidak perlu terlalu mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rera. Wanita itu mungkin merasa iri karena Kinara baru saja bertemu dengan seorang pangeran tampan yang sangat kaya bernama Dareen. Ah, tapi bagaimana mungkin Rera iri kepadanya? Bukankah wanita itu masih belum tahu apa yang terjadi kepada Kinara? Ya ampun, karena tidak pernah belajar dan selalu malas ketika sedang berada di sekolah, Kinara baru sadar jika dia sangat bodoh. Apakah Kinara memang harus mulai belajar saat ini? Dareen bisa saja merasa malu jika dia harus memiliki pasangan yang bodoh seperti Kinara. Ada banyak sekali hal yang harus Kinara lakukan sebelum Dareen memintanya untuk menjadi kekasih pria itu. Mungkin sebaiknya Kinara mulai mempersiapkan segalanya. *** Kinara kembali bersenandung dengan riang ketika dia dalam perjalan pulang ke rumahnya yang kumuh. Iya, sekalipun hari ini Kinara sama sekali tidak mendapatkan uang karena memang tidak ada satupun orang yang datang untuk membeli pakaian di tokonya, Kinara tetap merasa senang. Kinara harus segera mengisi daya ponselnya yang sudah mati sejak pagi. Ya, siapa tahu jika Dareen sudah mengirimkan pesan singkat kepadanya. Kinara benar-benar tidak bisa menahan perasaan senang di hatinya hari ini. semuanya terasa seperti mimpi yang datang tanpa bisa ditebak. Hidup Kinara akan segera membaik karena dia telah menemukan pangerannya. “Kinara? Kenapa kamu tampak sangat bahagia? Apakah tokomu ramai hari ini?” Kinara menghentikan langkahnya ketika ada tetangganya yang tampaknya memperhatikan raut wajah Kinara sangat sangat berbeda dengan biasanya. Ya, Kinara memang tidak pernah terlihat sebahagia ini. Seumur hidupnya, bertemu dengan Dareen adalah kebahagiaan pertama yang Kinara dapatkan. Mau bagaimana lagi? Sejak kecil Kinara sudah dihadapkan dengan permasalahan ekonomi yang tidak ada habisnya, Kinara juga harus menjalani kehidupan yang begitu sulit dan berat. Ya, selama ini memang tidak ada alasan untuk bahagia. Akhirnya, setelah sekian lama hidup di dalam kesuraman, Kinara berhasil menemukan seseorang yang akan menjadi sumber kebahagiaannya. “Bahagiaku tidak selalu tentang toko itu” Jawab Kinara sambil tersenyum. Ah, ketika bahagia seperti ini Kinara jadi sangat mudah untuk berbicara dengan sopan dan baik. “Ah, benarkah? Lalu ada apa? Apakah ada pria tua yang akhirnya datang dan melamarmu?” Kata tetangganya yang lain. Astaga, mereka sangat tidak sopan. Ya, tipikal orang miskin pada umumnya. Mereka sangat kecewa ketika melihat orang lain bahagia. Sudahlah, Kinara tidak perlu terpancing emosi. Tadi siang Kinara sudah gagal ketika menghadapi Rera. Kali ini Kinara tidak boleh gagal. “Pria tua? Siapa yang akan menikah dengan pria itu? Apakah putrimu?” Tanya Kinara dengan tatapan yang dia buat sepolos mungkin. Sebenarnya Kinara tahu jika sejak dulu ada banyak sekali tetangga yang sirik kepadanya. Mereka sering kali membicarakan hal-hal yang buruk tentang Kinara. Ya, selama ini ibunya selalu meminta Kinara untuk bersabar dan melarang Kinara untuk membalas setiap kalimat tidak menyenangkan yang mereka berikan. Tapi kali ini akan berbeda. Biasanya Kinara sama sekali tidak memiliki kekuatan ataupun kehidupan yang bisa dia banggakan di depan tetangganya. Tapi hari ini dia memiliki Dareen. Pria itu akan membuat pandangan tetangganya berubah karena melihat kehidupan dan kekayaannya. Ya, setelah sekian lama diam, ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. “Apa katamu? Astaga, Kinara.. kamu sangat tidak sopan! Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu?” Kinara menghembuskan napasnya dengan pelan. Apakah dia lupa jika yang pertama mengatakan kalimat tidak sopan itu adalah dirinya? Ah, mereka memang sangat menyedihkan. Kinara harus menunggu sebentar lagi hingga akhirnya dia menjadi kekasih Dareen. Saat hari itu tiba, Kinara akan mengubah pandangan mereka semua. Kinara akan menunjukkan kehidupannya yang penuh dengan keberuntungan. “Sudahlah, Bibi.. jangan menggangguku. Lagipula tadi bibi yang memulainya..” Kata Kinara sambil melangkahkan kakinya untuk menjauh. “Memang benar apa yang aku pikirkan selama ini. Kamu memang anak yang sangat tidak sopan, Kinara” Kinara membalikkan tubuhnya dengan cepat lalu memberikan pandangan nyalang ke arah kerumulan ibu-ibu tukang gosip itu. Sial, Kinara kembali kehilangan kendali atas dirinya. “Apa yang kalian katakan? Memangnya apa salahku? Kalian yang lebih dulu mengatakan hal buruk tentang diriku. Coba pikirkan bagaimana perasaanku ketika mendengar kalimat kalian!” Kata Kinara dengan suara yang keras. “Astaga, kenapa kamu berteriak kepada kami? Apa yang selama diajarkan oleh Mutiara kepadamu? Ibumu itu memang tidak bisa mendidik anak dengan baik!” Sudah cukup! “Iya, sama seperti ibu kalian yang tidak mendidik kalian dengan baik. Kalian sangat menjijikkan, Bibi..” Kata Kinara dengan pelan. “Apa katamu?!” “Kinara sudah.. jangan mengatakan hal yang tidak baik. Lebih baik kamu pulang sekarang..” Tanpa mendengarkan beberapa kalimat kasar yang keluar dari bibir mereka, Kinara memutuskan untuk melanjutkan langkah kakinya sambil menahan tangisannya. Astaga, kenapa semua orang sangat suka merendahkan dirinya? Kenapa semua orang seakan menganggap remeh keluarganya hanya karena mereka miskin? Sial, hidup ini memang sangat tidak adil. Sejak kecil Kinara harus menerima kenyataan yang sangat menjengkelkan ini. Kinara sering menangis diam-diam karena dia diolok oleh teman-temannya. Kinara sering menahan lapar ketika dia tidak punya uang. Lalu sekarang, apakah Kinara harus menahan rasa sakit hatinya terus-menerus karena semua orang selalu menghina dirinya? Ternyata, sekalipun sudah bertemu dengan Dareen, Kinara tetap harus menghadapi kehidupan yang berat. Semua orang memang belum tahu kenyataan tentang Dareen oleh sebab itu mereka masih memberikan hinaan ke[ada Kinara. Lihat saja jika nanti mereka tahu, semua orang pasti akan bersikap baik kepada Kinara. Sabarlah, Kinara.. semua ini tidak akan berjalan lama. Kinara hanya tinggal menunggu hingga Dareen menjadi kekasihnya. Ya, tentu saja pria itu akan memberikan banyak uang ketika Kinara sudah resmi menjadi kekasihnya. Lihat saja nanti. Kinara harus bersabar untuk sementara waktu, tapi ketika sudah tiba saatnya, Kinara akan menunjukkan kehidupannya pada semua orang agar mereka merasa iri dengan keberuntungan yang Kinara dapatkan. Sudahlah, sekarang Kinara hanya perlu berjalan dengan cepat agar dia bisa sampai di rumah. Kinara tidak tahan lagi. Dia ingin menangis sepuasnya karena hatinya masih terasa sakit setelah mendengarkan kalimat kasar dari tetangganya tadi. Kinara tidak mungkin menangis sepanjang jalan, bukan? Itu akan menjadi hal yang sangat memalukan. Sayangnya, saat ini Kinara sudah tidak bisa menahan aliran air matanya. Ya, benar.. Kinara memang akhirnya menangis di sepanjang jalan pulang. Oh, sungguh memalukan!        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD