Bab 7

1518 Words
  Zeline baru saja merebahkan punggungnya ketika dia mendengar suara ponselnya berdering dengan nyaring. Oh ya ampun, kali ini Zeline benar-benar berharap jika itu bukanlah panggilan dari Alina yang mengatakan jika besok Zeline akan melakukan pemotretan di pagi hari. Sungguh, ini hari yang sangat melelahkan. Zeline baru saja sampai di rumah setelah pukul 10 malam, lalu dia masih harus melakukan perawatan kulit selama satu jam. Ya, Zeline sudah sangat mengantuk. Sekalipun Zeline malas mengambil ponselnya yang ada di atas meja riasnya, pada akhirnya Zeline tetap bangkit berdiri dan berjalan untuk melihat siapa yang menghubungi dirinya di tengah malam seperti ini. Ya, meski Zeline berharap jika bukan Alina yang menelepon, tapi jika memang wanita itu menghubungi dirinya, Zeline juga akan tetap menjawab. Zeline tidak setega itu. Zeline tidak bisa menahan senyuman di bibirnya ketika akhirnya membaca nama penelepon yang ada di layar ponselnya. Astaga, Zeline sama sekali tidak mengira jika Dareen akan menghubungi dirinya di tengah malam seperti ini. Apa pria itu belum istirahat? “Dareen?” Zeline sama sekali tidak bisa menahan rasa senang di dalam hatinya sehingga dari suaranya saja akan terdengar jika dia sangat antusias. “Akhirnya aku bisa mendengar suaramu, sayang. Bagaimana dengan hari ini? Apakah sangat melelahkan?” Tanya Dareen. Rasanya Zeline ingin datang ke rumah Dareen dan memeluk pria itu sambil menceritakan apa saja yang terjadi hari ini. Zeline memang sangat lelah, tapi semuanya terasa menguap begitu saja ketika dia mendengar suara Dareen. Mereka berdua adalah pasangan kekasih yang sama-sama sibuk sehingga sangat jarang meluangkan waktu berdua. Astaga, bahkan dalam minggu ini mereka sama sekali belum bertemu. Zeline merasa jika pekerjaannya membuat dirinya jadi tidak bisa memiliki waktu luang sama sekali. “Hari ini sangat melelahkan. Aku bahkan bisa merasakan jika jari kakiku membengkak karena terlalu lama berdiri dengan sepatu yang menyakitkan” Kata Zeline sambil menatap jari-jari kakinya yang tampak memerah dan membengkak. Ya ampun, sepertinya Zeline sedang dalam masalah besar. Hal seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi. “Apa? Bagaimana bisa seperti itu, Zeline? Apa yang kamu lakukan hari ini?” Tanya Dareen dengan suara yang mulai terdengar khawatir. Zeline tersenyum kecil. Perhatian yang diberikan oleh Dareen membuat Zeline merasa jika di dunia ini masih ada yang peduli pada dirinya. Iya, Zeline memang sangat beruntung karena dia bertemu dengan Dareen. Pria itu sangat baik. Dareen sama sekali tidak pernah berhianat pada dirinya. Sejak bertahun-tahun yang lalu, Dareen selalu memegang teguh janji yang dia buat sejak pertama kali meminta Zeline menjadi kekasihnya. Iya, dia pria yang sangat baik. “Tidak apa-apa. Aku sudah baik-baik saja.. aku tadi melakukan pemotretan di pinggir tebing dan aku seharian menggunakan sepatu hak tinggi. Di sana cuacanya sangat dingin, jari kakiku mungkin basah karena terkena embun dan seharian harus tersiksa karena menggunakan sepatu hak tinggi. Aku rasa kakiku akan membaik besok” Kata Zeline dengan pelan. Zeline harap kakinya akan segera membaik karena jika tidak, maka Alina akan marah besar. Wanita itu pasti akan kesulitan jika sampai Zeline membuat masalah. Ah, Zeline jadi merasa tidak enak pada Alina. “Astaga, Zeline.. kenapa mengambil pemotretan yang seperti itu? Bukankah aku sudah mengatakan padamu agar mengambil pemotretan yang berada di dalam studio saja? Sayang, itu sama sekali tidak baik..” Zeline tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan pelan sekalipun dia tahu jika Dareen tidak akan melihat gerakannya itu. “Maafkan aku. Aku tidak tahu jika Alina menerima kontrak itu. Sesuatu yang sudah disetujui oleh Alina tidak bisa aku batalkan, Dareen” “Itu sama sekali tidak benar. Kamu memiliki hak untuk menolak. Bagaimana mungkin Alina melakukan semua itu padamu? Baiklah, besok biar aku yang bicara padanya..” Oh tidak, Dareen akan membuat kekacauan jika dia melakukan semua itu. “Tidak, Dareen. Jangan melakukan itu..” Kata Zeline sambil tertawa dengan pelan. “Kenapa tidak? Dia harus tahu apa yang menjadi pekerjaanya, Zeline. Aku pikir selama ini kamu terlalu baik kepadanya” Kata Dareen dengan cepat. Zeline kembali tertawa pelan. Bagaimana mungkin semua orang mengatakan hal yang sama pada Zeline? Ah, sebenarnya tidak demikian. Zeline memang sangat menghormati Alina karena selama ini wanita itu banyak memberikan bantuan kepada Zeline. Sepanjang perjalanan karir Zeline, Alina adalah orang yang selalu memberikan kontribusi terbesar. Alina yang mengatur segalanya untuk Zeline. Jadi, mana mungkin Zeline tidak menghormati Alina? Sebenarnya semua orang hanya melihat Alina dari apa yang diperlihatkan oleh Alina saja. Mereka tidak dekat dengan Alina sehingga tidak ada yang tahu bagaimana sifat Alina yang sebenarnya. Jika dilihat dari luar, Alina memang seperti seseorang yang kejam dan juga tidak sopan. Padahal tidak demikian. Alina melakukan semua itu demi kebaikan Zeline juga. Alina hanya menginginkan segala hal yang terbaik untuk Zeline. Zeline mengenal Alina dengan sangat baik sehingga dia tahu benar bagaimana sifat Alina yang sesungguhnya. “Dareen.. kenapa kamu menghubungiku tengah malam hanya untuk membahas masalah Alina? Ayolah, kita sudah lama tidak bertemu.. aku rasa aku merindukanmu..” Kata Zeline dengan pelan. Zeline harap dengan ini Dareen dapat melupakan masalah Alina. Sejujurnya sudah ada banyak sekali orang yang mengatakan hal yang sama pada Zeline, tapi selama ini Zeline tidak mendengarkan mereka. Zeline sendiri yang tahu bagaimana perjuangan Alina untuk menaikkan karir Zeline. Sudahlah, semua orang tidak harus tahu apa saja yang sebenarnya terjadi. “Zeline.. aku mohon jangan mengalihkan pembicaraan kita. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Aku rasa Alina sudah semakin berlebihan..” Zeline menghembuskan napasnya dengan pelan. Ah, bagaimana caranya untuk meyakinkan Dareen jika sebenarnya Alina adalah orang yang baik? Dalam hal ini Alina memang juga bersalah. Wanita itu sering kali menunjukkan prilaku yang buruk di depan orang lain karena wanita itu memang tidak munafik munafik. Alina tidak tahu jika dalam hidup ini, kadang manusia memang juga membutuhkan kemunafikan. Banyak orang yang sering salah paham dengan Alina karena mereka mengira Alina bukanlah orang yang baik. Ya, wanita itu memang malang. “Tidak, Dareen. Sudahlah, jika dia sampai berlebihan, tentu saja aku akan menegurnya. Sekarang katakan padaku, bagaimana keadaanmu?” Tanya Zeline dengan santai. Zeline bisa mendengar jika Dareen menghembuskan napasnya dengan pelan. “Ada sebuah kejadian yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku. Sungguh, rasanya aku masih ketakutan setiap kali mengingat hal yang terjadi hari ini” Zeline mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar kalimat yang diatakan oleh Dareen. Memangnya apa yang terjadi? “Ada apa??” Tanya Zeline sambil merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Ya Tuhan, ternyata Zeline merasa sangat kelelahan. “Hari ini aku sedang tidak ada pekerjaan. Aku akan mengajar Choki ke dokter hewan karena memang hari ini adalah jadwal pemeriksaan. Ketika kami sedang dalam perjalanan, aku membuka jendela mobil agar Choki bisa menikmati udara bebas.. tapi dia malah melompat keluar dari mobilku padahal saat itu aku sedang ada di jalan besar” Zeline menahan napasnya ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Dareen. Astaga, apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti itu? Zeline mengenal Choki dengan sangat baik. Anjing lucu itu.. bagaimana keadaannya saat ini? “Lalu apa yang terjadi?” Tanya Zeline dengan cepat. “Aku benar-benar kehabisan akal, Zeline. Aku tidak tahu harus melakukan apa jadi aku hanya bisa meminggirkan mobilku saja di tepi jalan. Saat itu Choki lari ke sebuah taman yang ada di bahu jalan. Anjing itu terus berlari hingga dia kembali ke jalan raya. Untung saja di saat yang tepat ada seorang wanita yang berlari dan menyelamatkan anjing nakal itu. Wanita itu bahkan hampir tertabrak mobil..” Zeline menutup mulutnya sendiri. Ya ampun, bagaimana mungkin hal itu terjadi? Dareen bukanlah pria yang ceroboh. Dareen biasanya tidak pernah melakukan kesalahan semacam itu. “Tapi mereka baik-baik saja?” Tanya Zeline. “Tentu saja mereka baik-baik saja. Jika tidak, aku pasti dalam masalah besar..” Kata Dareen sambil tertawa. Zeline langsung menghembuskan napasnya dengan lega. Selama ini, jika Zeline datang ke rumah Dareen, Choki akan selalu mendekatinya dan meminta diajak bermain. Tentu saja Zeline jadi ikut menyayangi anjing lucu itu. Lagipula sebenarnya Choki bukanlah anjing milik Dareen, anjing itu milik kakaknya Dareen yang saat ini sedang berada di Singapura untuk melakukan operasi usus buntu. Dareen benar-benar dalam masalah besar jika Choki sampai terluka. “Bagaimana dengan wanita yang menyelamatkan Choki?” Tanya Zeline. “Dia juga baik-baik saja. Awaknya dia sangat terkejut karena tepat di sampingnya ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang. Untung saja tidak ada yang terluka. Oh ya, dia bernama Kinara. Tadi siang aku sempat menganjaknya makan bersama sebagai ucapan terima kasih. Aku juga meminta nomor ponselnya karena aku merasa makan siang saja tidak cukup menjadi imbalan atas kebaikannya” Kata Dareen. Zeline menganggukkan kepalanya dengan pelan. Benar, apa yang dikatakan oleh Dareen memang sangat benar. Kinara bahkan tanpa pikir panjang telah menyelamatkan Choki dari sebuah kecelakaan yang mungkin bisa melukai anjing lucu itu. Kinara pasti seorang wanita yang sangat baik. “Lalu apa yang ingin kamu lakukan untuknya?” Tanya Zeline. “Aku tidak tahu. Bagaimana menurutmu?” Tanya Dareen balik. “Aku juga tidak tahu..” Jawab Zeline sambil tertawa dengan pelan. “Kapan-kapan kamu harus bertemu dengan dia, sayang..” Kata Dareen. Zeline sebenarnya sudah ingin mengatakan hal yang sama. Zeline ingin bertemu dengan wanita yang telah menyelamatkan Choki. Sekalipun Zeline bukanlah pemilik Choki, tapi Zeline tetap ingin mengucapkan terima kasih kepada wanita yang bernama Kinara itu. “Ya, tentu saja”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD