Bab 40

2479 Words
Kinara duduk dengan kesal di atas sebuah sofa yang ada di sudut ruangan. Hari-hari sibuk sebagai seorang model harus ia lalui dengan sangat terpaksa karena satu pekan terakhir Kinara sudah menghabiskan waktu bersantainya. Beberapa orang datang mengerumuni Kinara sambil membawakan air minum dan juga sepiring buah segar seperti yang ia inginkan. Dia menjalani hari yang berat, jadi dia membutuhkan asupan makanan dan minuman agar tidak jatuh sakit seperti yang terakhir kali terjadi padanya. Sejak pagi Kinara sudah mendengarkan ocehan Alina tentang penampilannya dan pose fotonya yang sangat menjijikkan. Wanita itu mengatakan jika peformanya turun drastis, bahkan ia menyebut jika tubuhnya mengalami kenaikan berat badan. Kinara tidak pernah memikirkan penampilan, ia tidak pernah khawatir pada kenaikan berat badannya, dan Kinara juga tidak memilikin satupun pengalaman di bidang modeling. Wajar jika hari ini ia melakukan banyak sekali kesalahan. Andai saja Aline tahu betapa sulitnya Kinara menyesuaikan diri dengan kehidupan Zeline yang membingungkan. Selama ia beristirahat di rumah Zeline, Kinara melakukan banyak latihan. Ia belajar berjalan menggunakan sepatu hak tinggi, ia juga berlatih menampilkan pose yang menarik di hadapan cermin besar yang ada di kamar Zeline. Sekalipun sedang beristirahat karena sakit, Kinara tetap belajar untuk melatih dirinya dengan kehidupan Zeline. Dibandingkan kritik dan caci maki, Kinara lebih layak untuk mendapatkan pujian. Alina memang seorang manager yang tidak tahu diri. “Pemotretanmu akan dimulai 10 menit lagi, dan kamu malah bersantai sambil menikmati makanan?” Kinara membuka matanya dengan kesal. Ia menatap Alina yang sedang berdiri dengan tangan yang berusaha menarik piring buahnya. “Apa yang kamu lakukan?!” Kinara memprotes. “Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa yang kamu lakukan?” Apa yang ia lakukan? Tentu saja makan. Kinara menatap dengan ekspresi muram. Sampai kapan dia harus tersiksa dengna jam pekerjaan panjang ini? Kakinya mulai terasa kram karena harus berdiri berjam-jam menggunakan sepatu hak tinggi dan pakaian yang sangat berat. Di hari pertamanya, kenapa Alina langsung memilih pekerjaan yang berat? “Hentikan ini semua. Aku benar-benar muak denganmu.” Alina memberikan piring tersebut pada seorang asisten tata rias yang berdiri tidak jauh dari mereka. “Segera ganti pakaian dan bersiaplah untuk pemotretan selanjutnya. Jika kamu tidak segera melakukan apa yang aku minta, aku akan menghubungi ibumu saat ini juga dan menceritakan kemalasanmu kepadanya. Aku tidak peduli meskipun ia sedang memiliki masalah pribadi saat ini, tapi putrinya memang sangat menyedihkan dan membuatku kerepotan.” Alina berbicara dengan satu kali tarikan napas. Kinara menatapnya sekilas. Terlihat jelas jika Alina sangat kesal kepadanya. Tapi apa yang bisa Kinara lakukan? Keahlian Zeline berada di atas kemampuannya. Wanita itu sangat ahli dalam melakukan pemotretan, sementara Kinara tentu saja tidak bisa menyamainya. Namun ancaman Alina membuat Kinara merasa ngeri. Beberapa hari yang lalu ia sempat berbicara dengan ibunya Zeline. Kinara bersumpah itu adalah saat yang paling mengerikan sepanjang hidupnya. Segala hal yang Kinara lakukan selalu dianggap salah oleh ibunya Zeline. Jika wanita itu menganggap hal-hal kecil sebagai kesalahan yang fatal, Kinara tidak bisa membayangkan apa yang akan wanita itu katakan ketika mendengar aduan dari Alina. “Kenapa kamu suka sekali mengancam?” Kinara menatap dengan sinis. “Kamu pikir siapa dirimu sehingga bisa memutar bola mata di hadapanku. Aku benar-benar tidak mengenalimu, Zeline!” Kinara memutar bola matanya untuk yang kedua kalinya. Memangnya Alina pikir dia akan merasa takut? Seharusnya Alina sadar diri, dia sedang berbicara dengan… dengan Zeline. Ya, walaupun sebenarnya ia berbicara dengan Kinara. Tapi secara tidak langsung, Alina tetap berbicara kepada Zeline. Bukankah seharusnya Alina menyadari batasannya saat sedang berbicara? Wanita itu benar-benar tidak punya sopan santun. “Zeline, jangan membuat Alina semakin kesal.” Seorang penata rias mendekati Kinara dan berbisik pelan. Jadi sekarang semua orang sedang menyalahkan dirinya? “Apa salahku? Apa salah jika aku merasa lelah dengan pekerjaan yang kalian berikan?” Kinara berteriak ke arah Alina. Semua orang yang ada di studio menoleh ke arahnya, menatap dengan kebingungan. Mungkin Zeline tidak akan mengutarakan rasa kesalnya seperti yang Kinara lakukan, tapi jika tidak ada yang berbicara, maka tidak akan ada yang memahami bagaimana sulitnya keadaannya saat ini. “Apa yang kamu katakan?” Alina berjalan mendekatinya dengan raut kesal. Jika perempuan itu kesal, apakah dia tidak memikirkan bagaimana perasaannya yang terus ditekan dan dimarahi sejak pagi? Tidak bisakah mereka memberikan apresiasi pada usaha Kinara? Kinara memang tidak sempurna, ia melakukan banyak kesalahan, tapi apakah dia tidak pantas untuk mendapatkan apresiasi? “Kamu tidak mendengarnya?” Kinara mengangkat dagunya. “Memangnya hanya aku yang membutuhkan pekerjaan ini? Hanya aku yang membutuhkan uang dari pekerjaan ini? Tidak bisakah kamu menghargai usahaku? Apakah kita semua akan langsung jatuh miskin hanya karena aku minur air putih dan beristirahat sebentar?!” Kinara menatap Alina dengan nyalang. “Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan, Zeline?” Alina merendahkan suaranya. Kinara mengusap air matanya. Entah kenapa ia merasa emosional saat sedang mengungkapkan rasa kesalnya. “Tentu saja sangat sadar. Entah sudah berapa lama kamu mengikat Zeline dengan alasan pekerjaan. Sudah berapa kali kamu mengkritik berat badannya atau bagaimana penampilannya dari hari ke hari. Entah sudah berapa kali kamu membuatnya merasa tertekan karena komentar burukmu. Juga entah berapa kali kamu melarangnya duduk dan meminum air mineral hanya karena takut membuatnya ingin buang air kecil.” Tanpa sadar Kinara melupakan identitasnya sebagai Zeline. “Wajar jika berat badannya naik, wajar jika ia merasa haus lalu ingin buang air kecil sesudahnya, juga wajar jika ia tidak sedang dalam kondisi prima di saat-saat tertentu.” Kinara menatap semua orang yang kini juga sedang menatapnya secara terang-terangan. Beberapa di antara mereka adalah model yang sedang menunggu giliran pemotretan, dan dari tatapan mereka Kinara bisa melihat jika mereka setuju dengan kalimat yang ia katakan. Sudah berapa banyak orang yang tersiksa karena industri yang toxic ini? “Bukankah kita semua mendapatkan hasil dari pemotretan yang dilakukan? Lalu kenapa kalian menyiksa para model? Kami juga manusia. Kami membutuhkan waktu istirahat, kami membutuhkan minum dan makanan ketika lapar!” Alina menarik napasnya dengan perlahan. Kinara menanti respon wanita itu dengan tenang. Sekalipun ia merasa keterlaluan karena telah membentak Alina di depan umum, Kinara tetap tidak merasa gentar sedikitpun. “Jika kamu tidak ingin melakukan pemotretan, tentu saja kamu bisa langsung mengatakan kepadaku. Tidak perlu berteriak dan membuat keributan seperti ini. Jangan menghancurkan nama baikmu sendiri..” Kinara tercekat. Tenggorokannya kering seketika ketika ia mengingat apa saja yang baru ia katakan. Kenyataan tentang posisinya langsung menghantam pikirannya, membuat ia kembali pada kenyataan jika sekarang dia sedang menjadi Zeline, bukan Kinara. Air matanya masih mengalir karena rasa kesalnya belum reda, namun penyesalan mulai menyusup dan menguasai hatinya. Membuat Kinara semakin sadar jika ia telah melakukan kesalahan besar. Oh tidak.. apa yang baru saja ia lakukan? Mencoba menghancurkan kehidupan Zeline? Kinara kembali menatap ke sekelilingnya. Ada lebih dari 50 orang yang sedang menonton perdebatannya dengan Alina. Mereka menatap dengan pandangan yang berbeda-beda, ada yang terlihat setuju, ada yang terlihat kebingungan, ada juga yang terlihat kesal. Kinara mulai menundukkan kepalanya. Sekalipun sedang menjalani kehidupan sebagai Zeline, Kinara tidak memiliki hak untuk menghancurkan wanita itu. Kinara tidak bisa merusak kehidupan Zeline yang sudah ia perjuangkan dengan susah payah. Selama satu pekan ini, Kinara menyadari betapa sulitnya menjalani kehidupan sebagai Zeline. Semua yang terlihat tidak semudah dan seindah yang ia bayangkan. “Pulanglah, aku tahu kamu lelah karena masalah keluargamu. Tapi jangan menganggap jika aku akan selalu memahami bagaimana keadaanmu saat ini. Kamu berubah terlalu drastis. Ini membuatku muak karena harus bekerja dengan seorang model yang tidak profesional. Kamu tidak seperti Zeline yang aku kenal, dan aku tahu apa yang menjadi alasan perubahanmu.” Alina kembali menatapnya dengan tenang. Kinara mengatupkan bibirnya, bertanya-tanya dalam hatinya mengenai apa yang diketahui oleh Alina. Benarkah wanita itu tahu jika Zeline yang ada di hadapannya bukanlah Zeline yang sebenarnya, melainkan Kinara? Oh tidak, hal bodoh apa yang sudah Kinara lakukan? Apakah kali ini penyamarannya akan terbongkar? “Aku tidak ingin melihatmu seperti ini Zeline. Kamu sangat menyedihkan. Kuharap kita bisa kembali bekerja setelah kamu menyadari apa yang menjadi kesalahanmu. Aku akan membatalkan semua kontrak yang sudah kamu tanda tangani, denda yang harus kamu bayar juga akan aku sertakan di dalam pembatalan kontrak tersebut.” Alina meneruskan penjelasannya. Kinara menatapnya dengan terkejut. Denda? Apakah Alina baru saja membicarakan mengenai denda? “Apa yang kamu bicarakan?” Tanya Kinara dengan sisa harga diri yang masih ia miliki. “Mengenai pemutusan kontrak?” Alina menaikkan alisnya. “Kita sudah sering membicarakan tentang hal ini sebelumnya. Aku tidak peduli seberat apapun kamu menjalani kehidupanmu, begitu juga kamu yang tidak perlu peduli pada kehidupanku. Yang pasti, kamu harus menjalani pemotretan sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati sebelumnya.” “Meskipun kita sudah memiliki kotrak, kamu tetap tidak memiliki hak untuk membentak dan melarangku minum serta duduk.” Kinara mencoba memberikan pembelaan. Kali ini ia mulai menurunkan suaranya, tidak lagi berteriak seperti sebelumnya. “Oh, tentu saja aku akan memberikan waktu untuk duduk, makan, dan minum. Entah kenapa belakangan ini kamu sangat suka bermalas-malasan.” Alina menutup mulutnya sambil terkikik pelan. “Apakah kamu tidak ingat jika aku baru saja memberikan waktu istirahat selama satu pekan? Kamu tidak tahu bukan jika selama satu pekan ini aku sibuk mengurus semua keperluan pekerjaanmu sendirian? Ketika kamu istirahat dan tidur dengan nyaman, aku harus terus bekerja sambil memikirkan apa yang harus kulakukan untuk menunda semua pemotretanmu.” Alina berbicara dengan panjang. *** Kinara menatap pancuran air yang ada di kolam ikan. Beberapa ikan akan naik ke atas ketika ia melemparkan makanan. Hampir satu jam berlalu sejak pertengkarannya dengan Alina. Kinara tidak pulang, ia memutuskan untuk duduk di sisi kiri studio yang memiliki pemandangan taman indah dan kolam ikan. Beberapa saat yang lalu ada pemotretan yang dilakukan di tempat itu sehingga Kinara harus pergi dan mencari tempat lain. Namun sekitar sepuluh menit yang lalu pemotretan tersebut sudah selesai sehingga Zeline bisa kembali duduk di sana. “Apakah kamu masih haus?” Kinara mengangkat kepalanya, menatap seorang pria yang ia kenal sebagai salah satu model dibawah naungan agensi yang sama dengan Zeline. “Aku tidak haus.” Jawab Kinara sambil kembali fokus menatap kolam ikan. Tidak ada satupun orang yang datang mendekatinya, sepertinya mereka tahu jik Kinara membutuhkan waktu sendirian untuk menenangkan pikirannya sendiri. “Aku mendukung kemarahanmu. Kali ini aku merasa lega karena kamu berhasil mengungkapkan kekesalanmu pada semua orang.” Pria tersebut tersenyum dan ikut duduk bersama dengan Kinara. Benarkah ada yang mendukungnya? Atau pria ini hanya basa-basi karena ingin berbicara dengan Zeline yang mana adalah seorang model cantik yang sangat terkenal? Sayang sekali, pria tersebut sangat tidak beruntung karena dia tidak bisa bericara dengan Zeline, dia harus berbicara dengan Kinara yang sedang menyamar menjadi Zeline. “Bukankah menyenangkan karena bisa melepaskan semua rasa kesal? Aku sering melihatmu menghela napas sambil berusaha menahan emosi ketika Alina mulai bertingkah. Aku bertanya-tanya sampai kapan kamu mampu bertahan, dan akhirnya kamu bisa mengekspresikan perasaanmu.” Pria itu tersenyum simpul, lalu ia ikut memberikan makanan pada ikan yang ada di kolam. Apakah selama ini Zeline selalu menahan dirinya setiap kali ia merasa kesal? Zeline selalu diam setiap kali ia diperlakukan dengan buruk oleh Alina, padahal di tempat ini, Zeline seharusnya dihormati dan dihargai sebagai seorang model. Mungkin Zeline adalah tipe manusia yang lebih suka memendam perasaannya tanpa berusaha membuat orang lain memahaminya. Konsep berpikir Zeline memang sangat sederhana, tapi tidak selamanya dia bisa memendam apa yang ia rasakan. Jika tidak berbicara, maka semua orang bebas menginjak-injak dirinya. Zeline bukan hanya model, ia juga putri seorang desainer dan penguasaha ternama. Uang yang ia hasilkan dari bekerja sebagai model tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan uang pemberian orang tuanya. Zeline tidak bekerja untuk mencari uang, ia bekerja untuk mengejar karir. “Geraldo, waktumu hanya sepuluh menit!” Kinara mengamati pria yang sedang duduk di sebelahnya. Ia tampak berbicara dengan asisten pribadinya yang baru saja datang untuk mengingatkan sisa waktu istirahatnya. “Zeline, apakah kamu tidak ingin masuk ke studio? Semua orang sedang bingung karena mencarimu.” Kinara menatap asisten Geraldo sesaat. Bisakah ia mendapatkan asisten yang pengertian? Kinara tidak tahan dengan Alina yang selalu mengatakan kritikan menyakitkan kepadanya. “Tidak, aku masih ingin di sini.” “Biarkan saja Zeline di sini. Dia membutuhkan waktu istirahat.” Kinara menatap Geraldo dari samping. Ternyata Zeline selalu dikelilingi oleh pria tampan dimanapun ia berada. Selain memiliki kekasih yang sangat tampan, Zeline juga memiliki banyak teman kerja dengan penampilan menarik. “Jika ada sesuatu yang kamu butuhkan, jangan sungkan untuk memberi tahu aku.” Kinara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Bukankah menyenangkan memiliki asisten dan manager yang pengertian?” Geraldo bertanya sambil mengulurkan minuman kaleng yang sebelumnya telah ia tawarkan kepada Kinara. Awalnya Kinara ingin menolak seperti yang ia lakukan sebelumnya, tapi akhirnya ia memilih untuk menerima minuman tersebut. “Dari mana kamu mendapatkan asisten yang pengertian?” Tanya Kinara. “Wow, tidak kusangka kamu akan merespon kalimat gurauanku.” Geraldo tertawa pelan. Kinara mengendikkan bahunya. Apakah Zeline pernah mengabaikan orang lain? Saat berpura-pura menjadi Zeline, Kinara juga harus totalitas untuk mengikuti semua kebiasaan Zeline. “Sepertinya kamu memang benar-benar kesal dengan Alina. Biasanya, seburuk apapun dia memperlakukanmu, kamu akan tetap membelanya.” Kinara tidak tahu bagaimana Zeline bisa tetap bersabar untuk menghadapi Alina padahal wanita itu sering kali melewati batasannya. Entahlah, mungkin Zeline memang malaikat yang terjebak di dalam tubuh manusia. Memikirkan tentang Zeline membuat Kinara jadi teringat pada keluarganya. Orang tuanya pasti sangat senang karena mendapatkan putri yang baik. Zeline selalu berbicara dengan sopan, ia tidak suka menyela kalimat orang lain, juga tidak pernah mengatakan kata-k********r yang menyakiti hati. Entah bagaimana cara Zeline bertahan dengan kehidupan keluarga Kinara yang menyedihkan. Perempuan itu pasti merasa seperti terjebak di dalam neraka karena harus menghadapi keluarga menyedihkan yang selalu memiliki masalah ekonomi. “Oh ya, aku sudah sangat lama ingin mengatakan ini, tapi aku baru sempat bertemu denganmu.” Kinara menaikkan sebelah alisnya. “Aku cukup sedih ketika mengetahui jika kamu sakit hingga harus dirawat di rumah sakit. Maaf karena aku tidak sempat mengunjungimu, tapi kuharap keadaanmu segera membaik.” “Aku sudah membaik sejak beberapa hari yang lalu. Harapanmu sudah terkabul.” Kinara tertawa pelan. “Syukurlah, aku senang karena harapanku sudah terkabul padahal aku belum sempat menjengukmu.” Geraldo menatapnya sambil tersenyum geli. “Aku tahu aku akan terkesan ikut campur dengan kehidupan pribadimu, tapi beberapa waktu lalu sempat beredar kabar jika kamu tinggal bersama dengan Dareen. Apakah itu benar?” Kinara mengalihkan tatapannya. Sampai saat ini Kinara sendiri masih belum tahu apakah berita itu benar atau tidak. “Tentu saja, ya.. kamu tidak perlu menjawabku.”Geraldo tertawa sambil menganggukkan kepalanya. “Geraldo! Saatnya pemotretan!” Terdengar suara panggilan dari asisten Geraldo. Kinara ikut menolehkan kepalanya, ia tersenyum dan mengibaskan kedua tangannya seakan sedang mengusir Geraldo yang masih duduk di sampingnya. Pria itu tampak enggan bangkit berdiri. Mungkin masih merasa lelah seperti yang Kinara rasakan. “Bisakah kita berbicara lagi lain kali?” Kinara mengangguk secara perlahan. “Kenapa tidak?” Geraldo tersenyum. “Kurasa memang benar apa yang dikatakan oleh orang-orang, kamu sangat berubah.” Katanya sebelum pergi menghilang dari hadapan Kinara. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD