Bab 39

2009 Words
Kinara menatap Dareen yang sedang duduk di harapannya, pria itu tetap berusaha menemani kakasihnya padahal ia sedang memiliki banyak pekerjaan. “Apakah selama ini Ayuka sering mengirimkan pesan kepadamu?” Tanya Kinara. Entah kenapa Kinara terus memikirkan kalimat Ayuka tentang usahanya menghubungi Dareen. Jika Dareen bersikap ramah dan sopan kepada perempuan menyebalkan itu, lantas kenapa Dareen tidak membalas pesan yang dikirimkan olehnya? Apakah Dareen benar-benar sibuk seperti yang ia katakan? Atau pria itu sengaja mengabaikan pesan Ayuka? “Ayuka? Kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang Ayuka?” Dareen mengalihkan perhatiannya dari layar laptop yang ada di pangkuannya. “Apakah salah jika aku bertanya tentang Ayuka?” “Tentu saja tidak. Tapi ini terasa aneh bagiku, biasanya kamu tidak pernah peduli dengan tingkah Ayuka.” Dareen tertawa pelan. Kinara menundukkan kepalanya. Lalu apa apa yang harus ia lakukan? Bersikap biasa saja ketika seorang perempuan mencoba menarik perhatian kekasihnya? Kinara merasa frustasi karena ia sendiri tidak yakin dengan perasaannya. Kinara sadar jika ia tertarik dengan Dareen. Pria itu adalah salah satu pria dengan kriteria sempurna yang pernah Kinara temui. Tapi rasa tertarik saja tidak cukup untuk meyakinkan perasananya. Apalagi ketika ia harus terjebak di dalam hubungan rumit karena berada di antara Dareen dan Zeline. “Jadi apa yang ingin kamu tanyakan?” Tanpa Kinara sadari, Dareen membereskan pekerjaannya dan fokus untuk duduk di sisinya. Seakan tidak ingin membuat kekasihnya merasa tidak nyaman, Dareen lebih memilih untuk menyisikan pekerjaannya dan fokus untuk menanggapi pertanyaan Kinara. Bukan Kinara, tapi Zeline. Dareen fokus menanggapi pertanyaan Zeline. “Tidak, aku tidak ingin menanyakan apapun.” Kinara memalingkan wajahnya. “Apa? Apakah kamu sedang merajuk? Sudah sangat lama sejak terakhir kali kamu merajuk?” Dareen terkekeh lalu mendekati Kinara. Tatapan mata Dareen membuat Kinara merasa terpaku. Pria itu sangat tampan. Tubuhnya proposional, sorot mata teduh dan senyuman manis membuat Dareen tampak sangat sempurna. Sebagai seorang pria yang lebih suka menghabiskan waktunya untuk bekerja, Dareen tetap sempat merawat penampilannya. Mungkin bagi kalangan kelas atas, memiliki kekayaan dan kesuksesan di usia muda masih belum cukup, mereka juga harus tampil sempurna dan menarik. Tidak diragukan lagi, mereka memiliki uang yang tidak terbatas jumlahnya. Sangat wajar jika penampilan mereka juga sangat tertata. “Ada apa? Tumbun sekali kamu membicarakan tentang Ayuka? Biasanya kamu tidak pernah peduli pada gadis itu.” Dareen mengangkat tangannya dan mengusap rambut Kinara dengan lembut. “Apakah aku tidak boleh membicarakan Ayuka?” “Tentu saja boleh, Zeline.” Dareen tergelak pelan. “Jadi katakan padaku, apa yang membuatmu merasa tidak nyaman dengan kehadirannya? Apakah karena dia mengirimiku pesan selama ini?” Kinara mengendikkan bahunya. Ada banyak alasan mengapa ia merasa kesal dengan Ayuka. Perempuan itu memang sangat menyebalkan, wajar jika Kinara kesal kepadanya. Selain tidak sopan, Ayuka juga sangat sombong. Gadis itu meragu Dareen secara terang-terangan padahal dia tahu jika dia sedang berkunjung ke rumah kekasihnya Dareen. Kinara benar-benar merasa terganggu dengan sikap Ayuka. Dia terlalu menyebalkan untuk ukuran seorang teman perempuan. Bahkan jauh lebih menyebalkan dibandingkan Rera, pemilik toko yang ada di depan toko Kinara. “Aku tahu ini akan terdengar tidak sopan, tapi jujur saja selama ini aku mengabaikan pesannya. Tanpa kamu minta, aku sendiri yang memutuskan untuk tidak membalas pesannya. Aku tahu bagaimana cara untuk menjaga perasaan kekasihku..” Dareen menatap dengan serius. Kinara merasa jika kulitnya memanas ketika ditatap oleh Dareen. Pria itu bisa mempengaruhi suasana di sekitarnya hanya dengan memberikan tatapan atau sentuhan kecil. “Kamu melakukan itu?” Kira-kira, apakah Zeline tahu jika selama ini kekasihnya berusaha keras untuk menjaga perasannya? Jika dia tahu, apakah Zeline tetap bersedia untuk menukar kehidupannya ketika Argoilera datang dan menawarkan sebuah kesepakatan kepadanya? Selama menjalani kehidupan sebagai Zeline, Kinara mulai memahami betapa Zeline merasa kesepian. Dia memiliki orang tua yang kaya dan terkenal, tapi tampaknya mereka selalu sibuk dengan kehidupan masing-masing. Zeline juga memiliki pekerjaan dan karir yang sukses, tapi ternyata pekerjaan Zeline tidak semudah yang Kinara bayangkan. Melakukan pemotretan sangat sulit untuk dilakukan. Apalagi saat ia harus bertahan di tengah cuaca dingin tanpa diizinkan makan ataupun minum. Kinara langsung jatuh sakit di hari pertama ia mencoba menjalani kehidupan sebagai Zeline. Selain itu, tampaknya Zeline juga tidak memiliki teman yang benar-benar tulus kepadanya. Hampir semua teman Zeline berkecimpung di dunia entertain, dimana merka hidup dalam media sosial. Apapun yang mereka lakukan akan dijadikan konten untuk menarik perhatian masyarakat, salah satunya adalah saat datang menjenguk orang sakit. Hampir satu pekan berlalu, tapi Kinara masih belum bisa membiasakan diri dengan kehidupan Zeline. “Apapun akan aku lakukan untukmu.” Dareen tersenyum. Kinara menundukkan kepalanya. Berusaha menghindari tatapan Dareen yang sangat dekat dengan wajahnya. “Apakah Ayuka masih sering menganggumu?” Apakah selama ini Zeline merasa terganggu dengan sikap Ayuka? Baru sekali bertemu saja Kinara sudah merasa kesal, apalagi Zeline yang pastinya jauh lebih sering berinteraksi dengan Ayuka untuk urusan pekerjaan. Sudah pasti Zeline merasa kesal. “Dia sangat menyebalkan.” “Oh ya?” Dareen mengangkat kedua alisnya. “Kenapa kamu tidak pernah bercerita padaku jika dia sering menganggumu?” “Haruskah aku melakukan itu?” Tanya Kinara. “Secara tidak langsung, aku adalah orang yang membuatmu harus terlibat dengan Ayuka” Dareen menarik napasnya. Menatap Kinara dengan pandangan menyesal. “Andai kamu tahu betapa gilanya cinta seorang anak muda, maka kamu akan memahami hubunganku dengan Ayuka.” Kini ganti Kinara yang mengernyitkan dahinya. “Padahal saat itu kami hanya berpacaran selama satu pekan. Entah apa yang akan terjadi jika kami berpacaran lebih dari itu.” Kinara membelakkan matanya. Ayuka adalah mantan kekasih Dareen? Perempuan menyebalkan yang tidak punya sopan santun itu pernah menjalin hubungan asmara dengan Dareen? Oh astaga, hal mengejutkan apa lagi yang ada di kehidupan Zeline? Kinara tidak siap menerima fakta-fakta lainnya. “Jika.. jika boleh tahu, apa saja yang kalian lakukan?” Kinara bertanya dengan suara gugup. “Apa saja yang bisa dilakukan oleh remaja SMP? Kami pergi ke bioskop dan menonton beberapa film.” Kinara masih menatap Dareen dengan pandangan tidak percaya. “Jangan menatapku seperti itu, seolah kamu belum pernah mendengar ceritaku dengan Ayuka.” Dareen terkekeh sambil mengacak rambut Kinara. Kinara tidak terbiasa dengan perlakuan manis dari lawan jenis. Selama ini, satu-satunya pria yang pernah menyentuh kepalanya adalah ayahnya sendiri. Setiap sentuhan yang diberikan oleh Dareen membuat kulit Kinara meremang. Dia merasa nyaman tapi juga ragu di saat yang bersamaan. “Itu cerita yang sangat lama. Sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu, tapi dia masih tetap bersikap sama setiap kali putus dari kekasihnya.” *** Di pagi hari yang cerah, Kinara merasa jika tubuhnya sudah benar-benar sehat, jadi ia memutuskan untuk berjalan keluar dari kamar Zeline. Pagi ini Kinara ingin sekali menjelajahi rumah mewah miliki Zeline yang memiliki banyak perabotan indah. Jujur saja, sejak pertama kali terbangun sebagai Zeline, Kinara selalu merasa penasaran dengan luas rumah Zeline yang sangat besar. Pernahkah ada orang yang tersesat saat menjelajahi rumah besar tersebut? Bahkan Kinara sudah mulai lupa jalan kembali ke kamarnya setelah menuruni tangga dan mulai menjelajahi beberapa lorong sunyi. “Nona, saya mencari anda kemana-mana. Syukurlah anda ada di sini.” Seorang pelayan datang dengan tergesa-gesa. “Ada apa?” Kinara menghentikan langkahnya tepat di ujung lorong dengan dua cabang menuju kanan dan kiri. Kinara belum selesai melakukan penjelajahan, oleh sebab itu sesekali ia menatap ke dua sisi lorong tersebut dengan penasaran. “Nyonya menghubungi lewat telepon rumah karena anda tidak menjawab panggilan telepon.” Pelayan tersebut memberikan gagang telepon rumah tanpa kabel. Seketika Kinara merasa jika jantungnya berdetak kencang. Oh astaga, apakah dia akan berbicara dengan ibunya Zeline? Apa yang harus ia bicarakan dengan wanita itu? Dia seorang desainer ternama, sementara Kinara hanya seorang anak dari penjahit rumahan yang menjual hasil pakaiannya di pasar. Pembicaraan apa yang bisa mereka lakukan? Dan yang paling penting.. bagaimana Zeline memanggil ibunya? Ibu? Mama? Mommy? “Halo?” Kinara menjawab dengan ragu. “Zeline? Bagiamana keadaanmu? Mommy mendengar jika kamu sempat dirawat di rumah sakit. Ada apa denganmu? Kenapa tidak menghubungi Mommy?” Ah, Mommy? Jadi Zeline memanggil ibunya dengan sebutan Mommy? “Maaf. Maafkan aku. Semuanya sangat kacau sehingga aku tidak tahu harus melakukan apa. Sejauh ini aku sudah baik-baik saja.” Kinara mengeluarkan kemampuannya untuk berbicara dengan sopan di hadapan ibunya Zeline. Kira-kira seperti apa wajah ibunya Zeline? Di rumah yang besa tersebut, banyak digantung lukisan dan hiasan dinding yang cantik, tapi tidak ada satupun foto keluarga. Entahlah, Kinara belum menjelajahi seluruh ruangan, mungkin nanti dia bisa menemukan beberapa foto keluarga milik Zeline. “Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apakah baik-baik saja? Jika kamu sakit, bagaimana dengan jadwal pemotretanmu?” Kinara mengernyitkan dahinya. Kenapa seorang ibu harus menanyakan tentang pekerjaan ketika putrinya sedang sakit? Rasa bingung tersebut tampak dengan jelas di ekspresi Kinara sehingga pelayan yang berdiri di hadapannya ikut menatapnya dengan kebingungan. Kinara menggerakkan ujung jarinya untuk memberikan kode kepada pelayan tersebut agar dia meninggalkan Kinara sendirian. Sepertinya pelayan itu juga membutuhkan pelajaran sopan santun. Dia sama sekali tidak sadar jika saat ini Kinara sedang membutuhkan privasi untuk berbicara dengan ibunya. Apakah semua pelayan Zeline memang tidak mendapatkan pelajaran tata krama? Mereka membuat Kinara merasa tidak nyaman. “Untuk saat ini aku mengambil cuti—” “Baiklah, Mommy sadar jika kamu sedang sakit. Tapi ingat baik-baik, sekalipun kamu sakit, tetap jaga pola makanmu. Jangan makan terlalu banyak karena berat badanmu akan meningkat drastis. Setelah makan, usahakan untuk berjalan mengelilingi rumah agar kamu tidak saling berbaring. Perutmu akan terlihat buncit jika kamu langsung berbaring setelah makan.” Kinara menjauhkan gagang telepon yang ia genggam. Ia menatap telepon tersebut dengan kebingungan. Haruskah orang yang baru pulang dari rumah sakit mendengarkan kritikan seperti itu? Sayang sekali, Kinara memang harus mulai membiasakan diri dengan kehidupan Zeline yang penuh dengan kejutan. Lingkungan pekerjaan yang sangat keras, teman yang tidak tulus, dan orang tua yang membingungkan. Apakah ini yang menjali alasan Zeline menerima kesepakatan dengan Argoilera? Selama ini Kinara hanya melihat kehidupan Zeline dari luar, karir yang sukses, wajah yang cantik, dan kekasih yang tampan. Hanya karena melihat sebagian kehidupan Zeline, Kinara merasa iri dan menganggap jika Zeline memiliki kehidupan yang sempurna. Namun kurang dari satu pekan setelah ia menjalani kehidupan sebagai Zeline, Kinara langsung memahami jika perempuan itu memiliki hidup yang berat. “Zeline kamu mendengar nasehat Mommy?” Kinara mengerjapkan matanya. “Ya, aku sedang berjalan mengelilingi rumah. Aku baru saja selesai sarapan.” Kinara merasa bangga karena ia sedang melakukan apa yang diminta oleh ibunya Zeline. Sepertinya pagi ini Kinara sedang beruntung karena ia bangun pagi dan memulai harinya dengan rasa penasaran sehingga ia memutuskan untuk mengelilingi rumah Zeline. “Oh ya? Buah apa yang menjadi menu sarapanmu?” Buah? Kinara baru saja selesai sarapan semangkuk sup ayam dengan nasi dan daging sapi. Kinara juga meminta sepiring apel dan juga jus jeruk, lalu pelayannya menambahkan s**u coklat hangat di dalam nampan yang ia bawa ke kamar Zeline. “Sepiring apel dan jus jeruk.” Kinara berbohong karena tidak ingin mendapatkan masalah. Berbohong bukanlah hal yang baik, tapi berbohong demi kebaikan… juga bukan hal yang baik. Ya, begitulah. Sangat menyebalkan. Apapun alasannya, berbohong tetaplah bukan hal yang baik. “Jus jeruk di pagi hari? Wow, kamu cukup mengejutkan.” Kinara mengernyitkan dahinya. Apa yang salah dengan jus jeruk di pagi hari? Di serial film yang sering Kinara tonton, orang kaya biasanya sarapan roti selai dengan jus jeruk. Kinara pikir ibunya Zeline tidak akan mempermasalahkan jus yang ia minum. “Aku juga meminum susu.” “Jus jeruk dan s**u? Oh astaga, baiklah. Sepertinya kamu harus segera berjalan mengelilingi rumah. Pastikan kamu sudah cukup berkeringat sebelum kembali ke kamar. Saat sedang sakit, kamu mungkin akan merasa lemas, tapi jangan jadikan keadaanmu sebagai sebuah alasan untuk bermalas-malasan. Sebagai seorang model, kamu harus tetap konsisten untuk menjaga berat badanmu. Apakah kamu setuju sayang?” Kinara menganggukkan kepalanya dengan berat hati. “Ya, aku sangat setuju.” “Baiklah Zeline, jika kamu sempat tolong hubungi Daddy. Dia pasti belum mendengar kabar tentangmu karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Jangan khawatir, apapun yang terjadi kami akan tetap menjadi orang tuamu.” Sebelum Kinara sempat bertanya, sambungan telepon tersebut terputus secara sepihak. Kinara mengernyitkan dahinya. Memangnya apa yang terjadi sehingga ibunya Zeline harus mengatakan kalimat terakhir dengan nada sendu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD