-----
Author Pov
-----
Shit! umpat Jack dalam hati.
Ia lupa jika ia tidak bisa bela diri, seharusnya ia berpikir terlebih dahulu sebelum menghina pria itu, emosi menyulut kemarahannya untuk menghina pria pilihan Vallery saat ini. Ia berdiri dengan susah payah, berjalan tertatih-tatih menuju tempat parkir, sesampainya di dalam mobil ia berusaha menghubungi temannya.
"Hallo," ucap Jack membuka pembicaraan.
"Ada apa Jack?" tanya seorang pria dari balik televon.
"Aku butuh bantuan mu ... ," gumam Jack lirih, wajahnya benar-benar hancur saat ini, luka di sudut bibirnya membuat ia kesulitan berbicara.
"Bantuan apa? Maaf, aku sedang sibuk."
"Tolonglah, aku tidak kuat ... ," ucap Jack lirih, kepalanya terasa pusing saat ini.
"Kau kenapa?!" tanya seorang pria di balik televon dengan panik.
"Jemput aku di AB Group Penthouse
" Jack menjatuhkan smartphone nya saat pandangannya mulai menghitam sedangkan pria di balik televon tersebut meneriaki Jack berulang kali.
Jack mengerjapkan matanya saat cahaya lampu menyeruak masuk ke dalam penglihatannya, ia menggerakkan tubuhnya untuk bangun namun semuanya terasa sakit bagi Jack.
"Apa yang terjadi dengan mu?" Suara bariton seorang pria membuat Jack menoleh, ia mendapati sahabatnya tengah duduk di sofa tak jauh darinya.
"Aku berkelahi ... ," jawab Jack lirih membuat pria itu berdecak.
"Ck, jika aku lihat keadaan mu saat ini sepertinya kau tidak berkelahi, tetapi dipukuli!" ujar pria tersebut seraya terkekeh membuat Jack mendengus kesal.
"Ceritakan padaku bagaimana bisa kau dipukuli hingga wajah tampan mu tidak terlihat saat ini?" Pria itu kembali terkekeh setelah menyudahi pertanyaannya, membuat Jack semakin kesal.
"Dia merebut wanita ku." Alis kanan pria itu terangkat mendengar jawaban Jack.
"Wanita? Yang mana? Diva maksud mu?" tanya pria itu penuh selidik membuat Jack kembali mendengus kesal.
"Cinta sejati ku," jawab Jack begitu mantap hingga membuat pria itu menganga.
"Wow." Hanya kata itu yang terlontar dari mulut sahabatnya membuat Jack menghela nafas panjang.
"Aku tidak terima jika b******n itu merebut wanita ku." Pria itu kembali terkekeh mendengar kata 'b******n' dari mulut sahabatnya karna selama ini Jack tidak pernah berkata kasar.
Sepertinya wanita itu sangat berarti bagi Jack. batin pria itu dalam hati.
"Kau harus memperjuangkannya," ucap pria itu membuat Jack tersenyum namun senyum Jack seketika pudar mengingat pemukulan yang baru saja ia alami.
"Sepertinya sedikit susah," balas Jack.
"Why? Karna kau tidak lihai dalam berkelahi?" tanya pria itu dan diangguki oleh Jack. Pria itu berdiri kemudian duduk di tepi tempat tidur milik Jack.
"Kau harus bisa sehebat dia." Jack mencebik mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Ck, kau pikir aku tidak hebat?!" tanya Jack dengan marah membuat pria itu menggeleng.
"No. Buktinya tubuhmu remuk seperti ini." Pria itu kembali terkekeh melihat wajah Jack yang marah meskipun luka lebam memenuhi wajahnya, namun pria itu masih bisa melihat aura kemarahan di wajah sahabatnya tersebut.
"Harusnya kau berterima kasih kepada ku karna sudah membawa mu ke sini dan memanggil dokter untuk mengobati luka mu," ucap pria itu membuat Jack kembali mendengus untuk yang kesekian kalinya.
"Hmm thank's," gumam Jack pada sahabatnya. Pria itu berdiri lalu merapikan setelan suit yang ia kenakan.
"Sudahlah, aku harus pergi. Aku ada perkerjaan," ucap pria itu yang tidak lain adalah Andrew Daniel, sahabat Jack sejak mereka duduk di bangku kuliah.
"Sepertinya aku harus berlatih bela diri mulai dari sekarang," gumam Jack pada dirinya sendiri kemudian ia menutup kedua mata menggunakan lengan kanan nya. Bayangan tentang kisah cinta dan pengkhiantan nya terulang kembali di pikirannya saat ia memilih Diva sang orang ketiga yang sejak kecil sudah dijodohkan dengannya.
Seharusnya ia menyadari bahwa sejak awal pernikahannya dengan Diva adalah sebuah kesalahan, tidak seharusnya ia melanggar janji yang pernah ia ucapkan di hadapan Vallery setelah ia mengambil kesucian gadis itu, seharusnya ia tidak tergoda dengan Diva yang saat itu tengah menggodanya hingga ia meniduri gadis itu, kini hanya ada penyesalan dalam dirinya ketika ia sadar bahwa apa yang dirasakannya kepada Diva adalah bukanlah sebuah cinta, yang ia cintai hanyalah Vallery namun hatinya tertutup oleh nafsu saat itu hingga ia tidak sadar telah melukai Vallery begitu dalam, kini ia berharap Vallery dapat menerimanya kembali, besok ia akan menemui Vallery kembali di apartemen wanita itu, namun tanpa dia sadari hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan Vallery karena setelahnya gadis itu menghilang.