6. Start The Dead One

1201 Words
[Bagai gincu yang terpoles apik di bibir, seperti itu kebencianku terlihat di matamu: jelas.] *** Yerin mulai membenci, tapi hati Yerin telah mati sekedar untuk mencicipi dendam dan indahnya makna mawar merah berduri. Dalam sadar dan tidaknya Yerin menguatkan diri, dia menutup pintu hati, mengunci dan meninggalkan kunci itu di liangnya. Seseorang tak akan Yerin biarkan datang memasuki relungnya, mulai detik ini Yerin putuskan cinta dan hidupnya hanya akan dia berikan untuk si jabang bayi. Alasan mengapa kini Yerin mengusap sayang perut datarnya. Ketika pagi beranjak siang, saat mentari tergelincir dan berubah dengan indahnya langit jingga, Yerin telah menata perasaannya. Saat meluruh di kamar mandi, Yerin berpikir banyak cara tentang bagaimana agar dia bisa bahagia, semua itu telah Yerin pikirkan matang-matang. Adegan dramatis yang telah sirna. Dan Yujin belum pulang. Maka Yerin putuskan menghubungi sang kawan, katanya, “Jemput aku.” Dua kata untuk Jong In yang Yerin hubungi melalui ponselnya. *** “Aku tidak mau, Baek.” “Sekali saja.” Baek Hoon memohon. "Kau perlu nutrisi, aku tahu kau belum makan sejak pagi," imbuhnya. Yujin menggeleng, dia mencium berbagai jenis aroma masakan, Baek Hoon mengajaknya untuk singgah di restauran. Tapi Yujin menolak tiap suapan yang Baek Hoon berikan. “Yerin juga belum makan.” Gumaman yang terdengar oleh Baek Hoon. Lelaki Byun itu mendengkus. Lagi-lagi Yerin yang jadi bahasan, sejak awal Baek Hoon membopong tubuh Yujin itulah yang menjadi topik utama obrolan mereka sepanjang jalan hingga waktu tak terasa telah beranjak petang. “Dia tidak bodoh, Yujin. Dia pasti makan di rumah," geram Baek Hoon mencoba untuk bersabar. “Tapi Yerin sedang sakit, dia muntah-muntah tiap pagi dan seringkali aku menemukannya bolak-balik kamar mandi.” Meski Yujin tidak bisa melihat, dia bisa mendengar. Yujin juga merasakan hal yang sepertinya tengah Yerin sembunyikan. Baek Hoon membasahi bibirnya, dia merasa tak nyaman. Dalam hati Baek Hoon berteriak: Jelas seperti itu, dia sedang hamil anakku! Damn. “Baek--” “Ya, baiklah. Dibungkus saja makanannya dan kita makan bersama Yerin." Putusan Baek Hoon tak bisa mengambil pilihan yang lain. Jujur saja, otaknya pun bagai terbelah dua. Di lain sisi dia begitu ingin melupakan segala hal yang terjadi antara dia dengan kembaran kekasihnya, tapi kenyataan justru menampar sisi lain dalam jiwanya. Oh! Baek Hoon bahkan merasa dia masih terjerat dalam mimpi buruknya, di mana dia telah menanamkan benihnya ke dalam rahim gadis lain. Oke, lupakan! “Yujin,” begitu saja Baek Hoon angkat bicara, vokal merdunya mengalun tanpa filterasi yang katanya, "bagaimana jika takdirku bukan milikmu? Sesuatu yang mengharuskan aku menikahi wanita lain.” *** Yerin terhenyak. Jong In yang mengatakan, “Dia datang. Seseorang yang kau anggap monster telah kembali dari Negeri Paman Sam.” Adalah kabar buruk. Yerin mengerjap, “Maksudmu, dia--” “Ya, saudara tiriku. Dia pulang," pangkas Jong In. Yerin merasa hatinya berdebar menakutkan. Dia tak pernah sekalipun mau memikirkan kisah lama, tidak. Yerin bahkan menganggap bahwa di hidupnya tidak ada kenangan. Seseorang yang dulu sempat mem-bully hingga mengharuskan Yerin bersembunyi, putus sekolah, hidup tanpa biaya karena seseorang itu selalu membuatnya berada di posisi yang susah melangkah. “Sehan pulang dengan kepribadian yang baru, kupikir dia sudah berubah. Tapi aku tidak bisa memastikan kau aman jika tetap berada di sekitarku. Yerin, untuk itu aku datang bukan untuk menjemputmu, melainkan untuk memberi tahu bahwa kau tak perlu datang lagi ke kelab.” Satu-satunya pekerjaan yang Yerin pegang telah dicabut. “Maafkan aku, dia datang semalam. Untungnya kau tak datang, kelab malam itu telah resmi dia miliki," imbuh Jong In menyesal, dia menangkup kedua tangan Yerin dalam genggaman. Jong In meremasnya berusaha menguatkan. "Aku akan membantumu untuk cari pekerjaan yang baru.” Tapi saat ini Yerin butuh uang. Sangat membutuhkannya untuk biaya pergi dari tempat ini. Yerin sudah memutuskan akan meninggalkan Yujin dan ibunya ketika nanti sang ibu siuman dan Yujin yang Baek Hoon nikahkan. Yerin akan mencari semestanya sendiri. Namun, sayang, Tuhan gemar memberi cobaan. Ketika Yerin pikir urusannya telah rampung, ketika Yerin pikir hidupnya tak perlu berjalan dramatis, tapi sosok Sehan malah muncul di permukaan. “Mau bagaimana lagi?” Yerin embuskan napas lelah. Dia menarik tangan dari genggaman Jong In sambil berkata, "Aku tak mungkin lari dari kenyataan dan tidak mungkin untuk lari darinya.” “Setidaknya, Sehan tidak tahu alamat rumahmu yang baru." Yaitu kalimat Jong In yang bisa Yerin amini. "Tapi Jong In, bisakah aku pinjam uangmu?” “Anything, selagi aku mampu. Yerin, berapa jumlahnya?” Yerin tersenyum, dia refleks mengusap perut ratanya, seakan memberitahu sebuah berita bahagia kepada anaknya. Yerin katakan, “Aku belum tahu berapa nominalnya, dan mungkin tidak sekarang. Jong, aku butuh untuk menyewa sepetak rumah, makan dan biaya hidup dua orang. Mungkin, sekitar satu juta dolar?” Nada suaranya dibuat semiris mungkin. Yang ada Jong In mendengkus dan menjitak kepala Yerin. "Kau berniat merampokku?” Yerin tertawa, matanya menyipit cantik, seolah tak ada beban Yerin menertawakan Jong In ampun-ampunan. Alhasil, Jong In jengkel tapi ikut tertular oleh tawanya, sebagai bentuk kekesalan, Jong In menerjang tubuh Yerin dan menggelitiki perutnya. Yerin tergelak. Lupa, benar-benar lupa bahwa di dalam sana ada isinya. Sampai tak terasa, sampai tak tahu bagaimana prosesnya, seseorang datang dan menarik Jong In dari belakang. Lalu, melayangkan bogem mentahnya. Bugh! “Hei!” Yerin memekik. “Baek Hoon!” bahkan Yujin pun sama. Byun Baek Hoon secara tiba-tiba, tanpa angin, tanpa hujan, meninju wajah Jong In. Pria berkulit sawo matang yang bahkan tak tahu di mana letak kesalahannya itu Baek Hoon terjang, Jong In tersungkur. Napas Baek Hoon memburu, auranya terlihat mencekam. “Apa-apaan?!” Yerin tak tahan. Dia membentak, menarik tangan Baek Hoon, menyingkirkannya, lalu mendekati Jong In. "Pipimu lebam, Jong.” Vokalnya melembut jika itu untuk Jong In. Entah mengapa, Baek Hoon memalingkan wajahnya. Tapi tak lama, Baek Hoon menatap Yerin sambil berkata, “Dia menggelitiki perutmu.” Semua mendengar, Yujin terdiam, Jong In tak paham. “Lantas, apa masalahmu, Bung?! Kenapa kau menghajarku tanpa ampun?” desisnya. Yerin menggenggam tangan Jong In, berusaha meredamkan emosi pria Kim itu, dia menggeleng dan berkata, “Maaf, ya? Dia bertindak tanpa berpikir.” Yang rupanya Yerin membela Baek Hoon meski tidak sepenuhnya. "Ayo, obati lukamu.” Jong In berdiri dibantu Yerin, melihat itu Baek Hoon mengepalkan tangannya. Bukan, ini bukan soal cemburu. Baek Hoon hanya mencintai Yujin, tapi saat Baek Hoon melihat Yerin dikelitiki perutnya oleh sosok bernama Jong In itu, Baek Hoon kalut. Meskipun pada dasarnya Baek Hoon selalu memerintah Yerin untuk aborsi, tapi ketika dia melihat sendiri kebahayaan untuk janin mereka, hati Baek Hoon refleks mendidih. Dia merasa ada sesuatu yang mendorongnya untuk melindungi segumpal darah itu agar tetap ada. Dan ketika tangan Yujin menyentak lamunan Baek Hoon, detik itu juga Baek Hoon melihat Yerin tersenyum. Sebuah senyuman yang didedikasikan untuk Jong In, bukan Byun Baek Hoon. “Kau tidak apa-apa?” Yujin cemas. Baek Hoon masih diam memerhatikan tiap gerakan Yerin dan Jong In di sofa. "Baek, apa yang terjadi?” Terkadang, Yujin sedih karena tak bisa melihat. Baek Hoon menghela napas pelan. “Seseorang tidak tahu, menggelitiki perut orang itu bahaya," gumamnya. Hingga akhirnya Jong In memilih pulang, sudah beres Yerin obati. Dan Baek Hoon terus mengekori pergerakan wanita hamil itu dengan lensa matanya, Yerin mengantar Jong In sampai ke depan pintu utama. Sementara posisi Baek Hoon masih di tempat serupa. Ada hal yang Yujin rasakan, sesuatu yang sepertinya mulai berbeda. Dan saat Yujin mendengar pintu rumahnya tertutup, derap langkah Yerin yang berjalan menuju kamarnya, ketika itu Yujin mendengar Baek Hoon bicara. “Sayang, ada yang harus aku bicarakan dengan Yerin. Bolehkah?” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD