Nindy menatap long island yang tinggal setengah di dalam gelasnya sambil mencoba berkonsentrasi di tengah-tengah hingar-bingar musik DJ dan percakapan riuh-ribut di sana. Sesekali ia mencoba untuk mengedipkan matanya yang tampak begitu kering sejak ia melangkahkan kaki masuk ke dalam tempat hiburan malam tersebut. Sebuah Club malam yang paling terkenal di tempat itu. Sejenak akal sehat Nindy bertanya-tanya, "Apa yang sedang ia lakukan di tempat itu?"
"Ya, apa yang sedang aku lakukan di sini?" pertanyaan itu selalu muncul memenuhi otak Nindy beberapa saat tadi.
Yang jelas Nindy tidak duduk di sana untuk menganalisa tingkat kebisingan klub malam tersebut dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Jujur saja saat itu Nindy membutuhkan lebih banyak asupan minuman yang mengandung alkohol daripada yang bisa disediakan oleh segelas cocktail meskipun ia baru masuk ke tempat seperti itu tetapi ia sudah pernah merasakan minuman-minuman beralkohol ringan sebelumnya.
Tampak bartender dengan wajah manis dengan rambut pirang yang diikat kuncir kuda kembali ke arah Nindy berada. Gadis itu pun memesan beberapa sloki whisky, memutuskan bahwa ia tidak akan memiliki cukup keberanian jika tidak dalam keadaan hampir mabuk. Satu sloki pertama berhasil Gadis itu teguk hingga melewati kerongkongan dan tenggorokannya dengan lancar meskipun Nindy tahu bahwa perasaan membakar lidah dan organ dalamnya ketika ia meneguk minuman tersebut. Namun Ia tetap melakukannya bahkan sampai menahan nafasnya untuk beberapa saat hingga minuman itu benar-benar tertelan olehnya.
"Akh... rasanya," dengus Nindy sembari meletakkan sloki kosong itu di atas meja di depannya.
Perasaan tidak senang dan bad mood mulai menjangkiti diri Nindy. Ia melirik ke samping tak ada semangat. Lelaki itu lalu duduk di sebelah nindi semakin dekat setelah beberapa saat ia datang menghampiri Gadis itu. Wajahnya tampak tegas dihiasi sepasang mata kebiruan yang sudah nyaris tertutup dengan wajah sayu. Dari sela-sela bibir lelaki itu hanya bisa mencium aroma tajam yang menusuk tanda lelaki itu mungkin hampir mabuk. Nindy bisa langsung menebaknya. Kedua lengan tangan kekarnya yang tampak lebih gelap dari kulit Nindy dan diletakkan di atas meja tersebut mengelilingi botol-botol minuman seolah-olah itu adalah barang paling ia lindungi dan tidak bisa disentuh oleh orang lain.
"Kau... cantik malam ini," ucapan pertama yang keluar dari bibir lelaki itu yang bisa didengar dengan jelas oleh Nindy meskipun lelaki itu hanya mengatakannya seolah mendengus saja.
Nindy tidak menjawabnya karena Gadis itu pikir lelaki itu hanya asal bicara. Tampak lelaki itu juga tidak peduli apakah Nindy mau menjawabnya atau tidak. Ia jelas tampak seperti seorang yang tengah patah hati Nindy bisa melihatnya meskipun ia belum pernah merasakannya namun ia jelas tahu bagaimana wajah dan perilaku orang yang sedang patah hati tersebut. Ditambah lagi hal yang ia lihat menguatkan dugaannya saat itu lelaki itu tengah memutar-mutar cincin yang ada di jari manisnya tampak seperti cincin pertunangan atau cincin pasangan. Seolah lelaki itu ingin sekali melepaskan cincin itu dari jemari tangannya tetapi ia terus saja mengurungkan niatnya tersebut tanda jika lelaki itu sangat mencintai wanitanya.
"Mungkin dia sedang bertengkar dengan kekasihnya, atau mungkin juga dengan tunangannya. Akh... mungkin juga dengan istrinya," tiba-tiba ucap gerutu Nindy saat itu dalam hati ketika ia melihatnya. Nindy juga bisa menebak jika hal seperti itu sangat sering terjadi bahkan hubungan yang awalnya baik-baik saja bisa hancur seketika hanya karena hal sepele yaitu perselingkuhan.
"Apakah permasalahan yang ia hadapi lebih rumit dari apa yang aku hadapi sekarang ini? tapi kita jelas tahu kita satu sepemikiran bahwa alkohol dapat membantu menghilangkan semua masalah hanya sesaat saja, setidaknya membuat rasa sakitnya berkurang. Seperti aku yang berpikir bahwa alkohol bisa membuat rasa gugupku hilang," ucap gerutu Nindy saat itu dalam hati yang membenarkan apa yang sudah lelaki Malang yang ada di sampingnya itu lakukan.
Rupanya malam itu pencarian Nindy juga belum mendapatkan hasil apapun dan anehnya selama beberapa hari ia selalu datang ke tempat itu untuk mencari lelaki incarannya tetapi belum menemukannya dan anehnya ia terus bertemu dengan lelaki yang tengah patah hati tersebut. Namun malam itu berbeda.
Nindy sudah lama memperhatikannya. beberapa hari, malah. Rasanya begitu malu jika sampai ia ketahuan oleh lelaki tersebut. Tampak menyedihkan sekali. bahkan Nindy harus menjadi penguntit hanya karena rasa penasarannya tersebut. Walau hanya menatapnya dari kejauhan, Nindy masih merasa jika lelaki itu adalah lelaki paling mengesankan di seluruh klub malam itu.
Nindy memang hanya sekali saja melihat lelaki itu dari dekat yaitu ketika ia pertama kali datang ke tempat itu dan setelahnya ia hanya bisa menatap lelaki itu dari kejauhan. Hingga Nindy tampak menajamkan tatapan matanya saat pertama kali mata Nindy dan juga mata Lelaki itu saling bertatapan. Meskipun hanya sekali mata keduanya bertemu, tapi cukup hanya sekali itu Nindy tidak akan bisa melupakannya dan begitu berkesan menurut gadis itu.
Ia bisa merasakan tubuhnya yang terkena setruman listrik. Mungkin lebih hebat daripada itu getaran itu masih menjalari tubuh Nindy setiap kali gadis itu menatapnya.
Hingga tatapan itu terulang kembali. Dan malam itu, ia terlihat lebih menawan dari malam-malam sebelumnya.
Diam-diam Nindy menatap lekat-lekat tubuh tegap lelaki itu dari balik kemeja warna putih dengan kancing kemejanya yang terbuka beberapa baris di sana, memamerkan kulit jenjang lehernya yang sedikit kecoklatan.
"Gluk," seketika itu pula Nindy langsung meneguk ludahnya sendiri sekali teguk hanya dengan melihat sedikit bagian terdalam kulit tubuh lelaki itu yang sudah berhasil membuat otak gadis itu melayang dan memikirkan sesuatu yang panas.