Tetap Tinggal

806 Words
"Kamu tahu nggak siapa yang diajak menari sama Tuan Surya?" tanya Ayu pada salah seorang temannya yang berdiri tepat di samping Ayu. "Tidak, sepertinya dia wanita yang kita tak kenal. Kamu cemburu ya?" "Wajarlah, dia itu merebut dansa pertamaku dengan Tuan Surya! Pokoknya kalau ada kesempatan kita buat perhitungan padanya!?" "Siap Nona." Saat itu Surya dan Bulan telah menyelesaikan dansa mereka. Baru dilepas beberapa detik, Bulan kembali diseret Surya menuju suatu tempat. "Kau melihatnya?" "Tidak, sepertinya gadis baru itu masih bersama Tuan Surya." Ayu mendecih. Sudah sial karena tak bisa berdansa dengan Surya, dia juga harus menutupi amarahnya karena tak bisa menyalurkan pada wanita asing itu. Sebenarnya siapa sih gadis gaun merah? Dia tampak seperti datang dari antah berantah dan langsung mendapat perhatian dari Surya. Sementara itu ditempat lain, Surya tengah mengompres kakinya yang memerah akibat injakan maut Bulan. Tentu saja Bulan merasa agak bersalah dan sebenarnya mau menolong hanya saja Bulan tak diberikan izin untuk melakukan hal tersebut. "Benar Tuan tak apa-apa?" "Iya aku tak apa-apa, jangan merasa bersalah." Bulan menunduk. Ah, andai saja dia tak harus mengakui kalau dia orang lain Bulan pasti sudah dibiarkan merawat luka Surya. Sosok Tom datang menghampiri mereka yang berada di suatu ruangan hendak mengecek kondisi kaki temannya itu. "Kau tak apa-apa?" "Iya cuma sakit sementara kok. Oh ya kalian sudah lihat daftar pelayan yang hadir?" "Sudah Surya dan Bulan telah datang." "Kalau begitu kenapa dia tak menghampiriku. Aku juga tak melihat gaun yang kubelikan untuknya lebih sial lagi aku tak punya nomor teleponnya karena memang dia tak punya telepon." gumam Surya sebal. "Kau sudah menghubungi rumah?" "Sudah, kata orang yang tinggal semua pelayan wanita telah pergi." Surya makin merasa tak enak. Di mana asisten pribadinya itu pergi? Padahal dia sudah berjanji akan datang. Mata Surya kemudian terarah pada Bulan yang sedang menunduk. Sepertinya gadis itu lebih menyesal ketimbang mengetahui apa yang dibicarakan oleh mereka berdua. "Baiklah acara pun akan selesai. Aku akan pulang bersama Putri ke rumah." "Rumah?" beo Bulan lantas tersadar. "Iya Rumah. Kau akan pulang bersamaku di rumah, bukannya kau bilang sendiri kalau kau bekerja di rumahku?" "I-iya tapi--" "Jangan pernah berharap bisa meninggalkanku." Bulan membuang napas kasar, tak ada pilihan lain. "Tom minta pada sopirku untuk menyiapkan mobil aku dan Putri akan langsung pergi." "Siap kawan." Sepeninggal Tom Surya hendak berdiri dan segera di papah oleh Bulan. "Tuan mau ke mana?" "Memberitahukan pada MC bahwa aku akan pulang terlebih dahulu," "Itu bisa dilakukan oleh Tom. Sebaiknya kita keluar saja." Surya mengikuti ucapan Bulan dengan keluar dan mereka pun langsung masuk saat sopir beserta mobil berhenti di depan mereka. Tom lagi-lagi menghampiri keduanya yang ada di dalam mobil. "Terima kasih atas bantuanmu Tom untuk upahnya nanti aku kirimkan." "Iya tak apa-apa hati-hati di jalan." Mobil lalu berjalan dan pergi dari pesta yang digelar. Surya mengembuskan napas panjang merasakan kedamaian dan melihat pada Bulan yang dia kenal sebagai Putri tampak gusar. "Kalau sampai di sana, kau harus rawat kakiku mengerti?" Bulan mengangguk. "Sampai merahnya hilang jadi kau bisa tidur di kamar yang dekat dengan kamarku." Dari balik topengnya, mata Bulan membulat. "Apa maksud Tuan saya akan tidur di kamar tamu?" "Iya. Lepaskan topengmu, aku melihatnya kegerahan tahu!" Meski agak ragu Bulan tetap membuka topengnya sehingga memperlihatkan wajah cantiknya. Surya mengumbar senyuman ketika melihat wajah Bulan yang enak dipandang. "Asistenku sepertinya tidak ada di rumah juga jadi sebagai pertanggungjawaban aku ingin kau yang merawat sekaligus menjadi asisten pribadiku ke rumahku lagi bagaimana?" hampir saja Bulan mengatakan jika dia adalah Bulan. "Lalu bagaimana dengan asisten Tuan? Apa dia akan dipecat?" Surya menggeleng. "Paling aku akan menghukum dia karena sudah mengabaikan perintahku." Karena perbincangan di antara mereka yang tak kunjung selesai, tiba-tiba saja mereka sudah sampai di rumah. Sekali lagi Surya dipapah menuju kamar oleh Putri dan gadis itu meraih telepon rumah untuk menghubungi dokter sekaligus sopir yang membawanya ke sana untuk pulang sebab dirinya sudah berada di rumah. "Beberapa hari lagi akan sembuh Tuan Surya jangan khawatir." ucap si dokter yang datang dan langsung memeriksa kondisi kaki milik Surya. "Untuk sementara jangan terlalu banyak menggunakan kaki. Oh iya Tuan, kenapa kaki anda bisa seperti ini?" tanya si dokter sambil memberikan perban pada bagian kaki Surya yang kemerahan. "Hanya insiden kecil saja." mata Surya terarah pada Bulan yang masih menunduk membuat Bulan merasa malu. "Kalau begitu saya permisi dulu." "Terima kasih dokter." "Tuan Surya tolong sering olesi lukanya dengan obat yang saya kasih ya?" Surya mengangguk lalu dokter tersebut pergi. Surya hendak membuka suara untuk mengambil baju di dalam lemari tapi Bulan langsung berinisiatif mengambilkannya untuk majikan secara mandiri. Terlihat Bulan tampak telaten sekali memilihkan baju membuat Surya tertegun. Pasalnya orang yang sering membuka baju lemarinya adalah Bulan bukan Putri, tapi kenapa gadis asing itu tampak tak kesusahan sama sekali? "Ini Tuan baju santai anda." Bahkan yang diberikan Putri adalah baju favoritnya yang hanya diketahui oleh Bulan, sebenarnya siapa Putri?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD