Sebuah Gaun

840 Words
"Kau dengar tidak? Tuan Surya mengundang semua pelayan di pestanya!" "Benarkah? Wah harus dandan biar cantik, siapa tahu dapat jodoh pria tajir." balas seorang pelayan wanita yang tampaknya antusias. "Kalau kamu Ayu, bagaimana?" Ayu--pelayan wanita yang pernah membuli Bulan tampak memulas sebuah senyuman manis. Dirinya tengah menatap cermin yang memantulkan bayangan wajahnya dan dia memang cantik. "Yah terserah kalian mau menggaet siapa asal jangan sentuh Tuan Surya karena dia adalah milikku. Aku akan berdandan secantik mungkin agar Tuan Surya tak berpaling pada siapa pun." ujar Ayu. "Aduh mengancam nih, tentu saja kami tak akan mengganggu Tuan Surya, meski kami mengidolakan Tuan Surya tapi kami tahu dia itu hanya milikmu bukan seperti Bulan." Lantas kening milik Ayu mengerut. "Jangan ucapkan nama itu, aku selalu kesal mendengar nama asisten pribadi majikan kita!" "Tapi Ayu jangan anggap remeh loh. Bulan memang jelek tapi dia itu selalu saja menyita perhatian dari Tuan Surya." ujar Tiwi salah satu teman Ayu. "Aku yakin dia pasti akan dibantu oleh Tuan Surya." "Kalau soal itu jangan khawatir, aku tahu apa yang harus dilakukan." balas Ayu dengan menggaris sebuah senyuman sinis. ❤❤❤❤ Dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Surya melepas lelah dengan mendengarkan musik di earphone sekaligus melihat pemandangan dari jendela. Dia terus melihat sampai matanya menangkap sebuah butik. Surya jadi teringat akan pesta topeng dan Bulan yang adalah asisten pribadinya. Mendadak Surya menyuruh sopirnya untuk berhenti. "Ya Tuan, ada apa?" "Ayo kita ke toko butik itu dulu, aku ingin membeli beberapa kebutuhan." meski si sopir merasa ada yang aneh dari Tuannya itu sebab butik yang akan mereka kunjungi adalah butik pakaian wanita. Surya melangkah masuk dengan canggung. Dia menengok ke kanan dan ke kiri, melihat selain beberapa pakaian wanita hanya ada beberapa pelanggan yang semuanya adalah kaum hawa. Intinya cuma Surya sendiri laki-laki yang ada di butik tersebut. "Selamat datang Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" "Mmm ... Saya butuh gaun wanita yang cantik." "Oh silakan tunggu ya Tuan, saya akan cari beberapa baju agar anda lihat." Setelahnya Surya duduk di kursi yang disediakan namun dirinya tak tenang sama sekali. Surya agak terganggu dengan omongan beberapa wanita yang sekaligus mengambil fotonya secara diam-diam. "Aduh tampannya cowok itu. Dilihat dari pakaiannya sudah jelas pria itu orang berada," "Tapi kayanya kamu nggak boleh dekat sama dia soalnya pria itu lagi cari gaun wanita jelas sekali kalau dia sedang memberikan hadiah pada istrinya." "Oh begitu, sayang sekali ya." Pria itu hanya diam dengan tubuh kaku. Dia pun berusaha mengabaikan semua omongan tersebut dengan membaca majalah wanita. "Maaf sudah membuat anda lama menunggu, ini adalah beberapa gaun cantik yang direkomendasikan untuk anda."      (perhatikan saja gaunnya.) Surya berdiri, mendekat untuk mengamati sambil berpikir keras. Terlalu sederhana, terlalu seksi dan terlalu terbuka itulah yang dipikirkan oleh pria itu ketika melihat beberapa gaun. Dia lalu menjatuhkan pandangan pada sebuah gaun bernuansa ungu. Kendati jenjang kaki milik Bulan tampak tapi Surya suka, memikirkan Bulan memakai gaun tersebut pastilah dia terlihat cantik. "Bungkus gaun ini. Tidak pakai lama."  "Baik Tuan." ❤❤❤❤ Bulan mengamati jam di tangannya. Surya belum datang padahal biasanya majikannya itu lebih cepat datang dari jadwal yang diberikan Dona pada dia. Selagi dirinya sibuk berpikir, telinganya langsung menangkap suara deru mobil di luar. Bulan langsung terpikir pada Surya dan berjalan cepat keluar. Benar saja, Surya baru keluar dari mobilnya lalu menggerakan kakinya mendekat pada asisten pribadinya itu. "Selamat datang Tuan." "Hmm ... Ini untukmu." Mendadak Bulan diberikan sesuatu, kontan membuat Bulan mematung. "Apa ini?" "Gaun untukmu." "Gaun untukku? Kenapa?" "Akan ada pesta beberapa hari selanjutnya jadi aku mau kau pakai gaun itu." "Tapi Tuan ini--" "Tidak pakai tapi, coba pakai dan perlihatkan padaku. Soalnya kalau tidak pas, aku mau cari yang lain." "Baik Tuan." mereka kemudian sama-sama naik ke lantai atas di mana ada sebuah kamar ganti. Surya kembali menunggu kali ini untuk melihat apakah Bulan cocok? "Tuan." mendengar suara Bulan, Surya kontan menoleh dan membulatkan mata melihat penampilan Bulan sekarang. Hanya saja ada beberapa yang masih salah di mata pria itu. Gaun yang dikenakan memang cocok untuk Bulan namun kacamata serta rambut merusak penampilan Bulan. "Bulan coba kau urai rambutmu." Bulan terpaku beberapa saat dan perlahan dia melepas ikat rambutnya lalu rambut panjang terjuntai sampai ke pinggang. Surya menganggukan kepala dan menunggu Bulan melepas kacamatanya tapi Bulan terlihat enggan melepaskan benda yang menutup kedua matanya dengan sempurna itu. "Ada apa? Kenapa kamu tidak melepas kacamatamu?" tanya pria itu dengan nada sumbang. "Maaf Tuan tapi saya butuh kacamata ini untuk melihat." balas Bulan takut-takut dia mencoba untuk memberikan alasan yang masuk akal agar Surya berhasil dikelabui. "Apa susahnya buka sedikit, atau apa kamu mau aku bantu?" "Ti--tidak Tuan saya bisa sendiri tapi saya mohon untuk sekarang saya tidak mau Anda melihat saya seperti ini sebab belum ada persiapan." Langkah Surya pun terhenti. Dia lalu membuang napas dan mengambil langkah mundur. "Baiklah aku mengerti, tapi aku tak ingin kau membuka kacamatamu saat pesta nanti karena kita akan memakai topeng, mengerti?" "Baik Tuan. Terima kasih karena sudah mau mengerti dengan kondisi saya." ucap Bulan bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD