“Sadarlah, karma itu nyata. Kamu menganggap remeh sebuah hubungan, kamu kira aku sesuci itu sampai tidak pernah disentuh oleh pria lain.” “Yah, sayang, sih!” “Kamu jadi sia-sia menahan diri untuk membuatku tetap suci. Sedangkan aku saja sudah tidur dengan pria lain!” Rima tersenyum puas saat melihat wajah terkejut Tama, gemas dengan reaski Tama itu, Rima pun mengecup bibir Tama lembut. Sebuah ciuman penistaan yang sengaja Rima lakukan demi terkesan seperti wanita yang nakal. “Bukankah, kita sama saja?” “Ah, tapi aku tidak mau menikah dengamu. Setidaknya priaku seharusnya hanya melihat padaku saja. Tapi, kamu malah memiliki wanita lain. Aku kira dibandingkan dia, menikahi pria polos dan suci jauh lebih baik!” “Eh, ternyata!” “Ya sudah, kamu tenang saja soal hutang itu! Lalu, …,” Rim