Merah, bekas kecupan yang memenuhi nyaris tiap inci tubuh Tama. Memperjelas malam panas yang telah Tama lakukan bersama orang ketiga dalam hubungan mereka. Lalu, dengan mudahnya pula Tama mengatakan bahwa itu adalah malam terakhir mereka melakukannya dengan alasan untuk melakukan sepuasnya sampai mereka benar-benar tak akan lagi melakukannya di lain waktu nantinya. Sungguh, hal yang tidak mampu Rima terima oleh nalarnya. Bahkan nuraninya pun tak mampu menerima alasan menjijikkan tersebut. "Apa kamu menikmatinya?" tanya Rima sembari mendorong tubuh Tama hingga ikut jatuh. Namun, Tama cukup beruntung karena ia terjatuh di kasur. Senyum mencemooh, Rima menatap pria menyedihkan itu dengan hina. Tak ada lagi rasa cinta yang bisa menggetarkan hatinya. Hanya perasaan geram dengan perasaan tela