Part 3

1154 Words
"Aku rindu padamu," kakiku berjinjit agar wajahku lebih dekat dengan wajah Noxa. "Yuki, apa maksudmu!" Noxa berusaha melepaskan tanganku dari tengkuknya. Aku tidak tahu mengapa seluruh tubuhku merasa kepanasan. Malam ink cuaca sangat dingin. Bahkan diluar sedang gerimis. "Aku menginginkanmu." Jari-jariku menari indah di punggung Noxa. Sepertinya akal sehatku tak berfungsi dengan baik. "Apa yang kau lakukan. Jangan memancingku," katanya lirih tepat di telinga ku. "Aku ingin memilikimu. Aku ingin hidup bersamamu." Aku semakin kehilangan akal sehatku. Aku mendaratkan bibirku ke bibir sexy Noxa. Mengulumnya perlahan. Lidahku terus merangsek masuk menjelajahi mulut Noxa. Tapi tidak dengan Noxa. Dia sama sekali tak membalas ciumanku. Hingga akhirnya aku menggigit bibir bawahnya. "Aaww! Sakit, Yuki!" teriaknya. Aku melakukannya lagi. Mengulum bibir Noxa dengan lembut. Kali ini Noxa membalas permainan bibirku. Semakin lama ciuman kami semakin panas. Noxa sama sekali tidak mengelak seperti tadi. Dia terlihat menikmati. Tak berselang lama, tanganku membuka kancing kemaja Noxa. Satu persatu kancing telah berhasil ku buka hingga menampilkan d**a bidang milik Noxa. Jari-jariku menari dengan lincah di d**a Noxa. Aahh, aku tidak bisa menghentikan otakku untuk melakukan ini. "Ternyata kau nakal juga, Yuki," ucap Noxa disela-sela ciuman kami. "Aahh tidak. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku." jawabku dengan nafas tersengal. "Rasanya panas sekali. Aku ingin membuka bajuku," lanjutku.  Aku melepas pagutan bibir Noxa. Aku mulai melepas satu persatu busanaku. Hingga menyisakan bra berwarna hitam dan celana dalam dengan warna senada. Aku melempar bajuku asal. Tanganku lagi-lagi menarik lengan Noxa hingga kami terjungkal ke ranjang. Aku merasakan geliyeran aneh ketika tubuh Noxa ambruk di atas tubuhku. Mataku terpejam ketika Noxa berhasil menguasai bibirku. Kami berciuman lagi. Lebih panas dan semakin panas. Tangan Noxa berhasil melucuti busana terakhirku. Kini aku telanjang bulat. Noxa telah menikmati permainanku. "Katakan bahwa aku satu-satunya," ucapku disela - sela permainan kami. "Aku tidak tahu," jawab Noxa tanpa mempedulikan perkataanku. Aku baru melihat bahwa Noxa tengah sibuk melepas celana panjangnya beserta segitiga emasnya. Oh Tuhan, aku melihatnya. "Apa yang kau lihat? Bukankah ini yang kau mau?" "Lakukan, cepat!" "Aku tidak yakin. Aku tidak pernah melakukan ini pada siapapun, Yuki."  Noxa membuka kakiku lebar. Aku melihat kepalanya tenggelam di tengah kakiku. Apa yang dia lakukan? Aku merasakan aneh disekujur tubuhku. Aku seperti mengeluarkan sesuatu disana. "Kau basah, Yuki. Kau menyemburku. " "Aaahhh... Emmm," aku menggigit bibir bawahku guna menahan desahan yang lolos begitu saja dari mulutku. Noxa menciumi setiap inchi kulitku. Lidahnya bermain di pusar ku. Geli dan nikmat. Tangannya bermain di gunung kembarku. Sesekali menarik ujung payudaraku. Aku semakin tidak terkendali ketika Noxa menghisap payudaraku. Membuat tanda cinta di setiap inchi kulitku. Pun denganku. Aku menciumi bahu Noxa, leher serta d**a nya. Tak lupa aku meninggalkan jejak kepemilikan. "Kau sudah siap?" tanya Noxa. Mataku meremang. "Apa?" kataku bingung. Bukannya menjawab, Noxa justru menggesekkan juniornya ke milikku. Semakin lama semakin cepat. Desahan demi desahan lolos begitu saja dari mulutku. Tubuhku melengkung ketika sesuatu merangsek masuk ke dalam milikku. Sakit, perih dan nikmat membaur menjadi satu. Noxa memaju mundurkan pinggulnya. Awalnya pelan hingga lama - kelamaan Noxa mempercepat gerakannya sesuai ritme. Tubuhku dan tubuh Noxa bergetar hebat ketika kami telah mencapai puncaknya. Tubuh Noxa ambruk di sisi tubuhku. *** Tanganku meraba-raba mencari selimut yang entah dimana keberadaannya. Saat aku menemukannya, segera ku tarik selimut itu guna menutupi tubuhku yang terasa membeku. Alangkah terkejutnya aku ketika tahu jika yang kutarik bukanlah selimut. Melainkan tangan seseorang. Apa tangan? Aku membenarkan pandanganku. Mengembalikan kesadaranku. "Apa yang kau lakukan disini?!!" teriakku. "Apa?" Noxa mengerjapkan matanya berulang kali. Aku segera menarik selimut yang masih terlipat rapi di tepi ranjang. Aku menutupi tubuh polosku dengan selimut. Apa yang sudah terjadi? "Pergi dari sini! Pergi!!" teriakku lagi. "Kenapa kau histeris begitu? Kau kan yang memancingku untuk melakukan ini," Noxa beranjak duduk di tepi ranjang. Dia masih membiarkan tubuhnya telanjang. "Melakukan apa?" Aku melihat disekelilingku. Mataku membulat ketika melihat bercak darah kering di sprai. Aku merasakan panas di area milikku. "Kita sudah terlambat ke kantor. Cepat mandilah, kita berangkat bersama," Noxa mulai memakai bajunya. "Ke kantor? Denganmu?" Sebenarnya aku masih syok dengan pagi ini. "Cepatlah! Waktumu tinggal lima belas menit. Kau akan di pecat jika terlambat." Mendengar kata di pecat, segera aku bangkit, membiarkan tubuh polosku tanpa sehelai benang dan berlari menuju kamar mandi. Pagi ini mustahil bagiku melakukan ritual rutinku. Aku mandi secepat kilat. Memakai baju dengan percaya diri tanpa mempedulikan keberadaan Noxa. Sedikit membubuhkan make up agar wajahku tampak lebih segar. Setelan baju kerja dengan rok selutut berwarna senada, abu-abu, dengan riasan natural dan rambut lurus sebahu aku biarkan terurai namun rapi. Itulah ciri khas ku ketika berangkat kerja. "Sudah siap?" Aku mangangguk mantap. Sesungguhnya aku masih memikirkan kejadian pagi ini. Aku berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa pria itu berada di kamar kos ku dengan keadaan sama-sama tanpa busana. Bahkan aku melihat bercak darah kering di sprai dan pangkal pahaku. Apa aku melakukannya? Selama perjalanan ke kantor. Tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutku ataupun dari mulut Noxa. Perasaan canggung telah menguasai segalanya. Memandang wajah Noxa pun aku tak berani. Aku benar-benar malu pada diriku sendiri. "Sebaiknya kita sarapan dulu," suara Noxa memecah keheningan. "Tidak. Tidak. Aku sudah terlambat. Sebentar lagi ada meeting penting. Pak Alex pasti akan memarahiku jika aku terlambat," terangku. Noxa mangangguk-angguk sebelum akhirnya berkata, "Oke." "Apa kau juga bekerja di Alexandra's Corp?" "Ah iya. Aku bekerja disana." "Tapi aku tidak pernah bertemu denganmu." " Aku tidak ditugaskan disini, Yuki." "Lalu, darimana kau tau namaku?" "Kita sudah sampai." "Emm iya." Aku turun dari mobil Noxa dengan perasaan kecewa. Pasalnya, aku belum mendapat jawaban atas pertanyaanku mengenai darimana dia tahu namaku. Bertemu saja baru kemarin. Beberapa pasang mata memandangku aneh ketika aku dan Noxa berjalan beriringan melewati koridor kantor. Banyak karyawan wanita yang saling berbisik serta memandangku rendah. "Ternyata sudah mendapatkan yang baru. Pantas saja yang lama ditinggal begitu saja setelah menghancurkan rumah tangga orang," ucap salah seorang karyawan wanita bernama Linda pada teman disebelahnya. "Tau nggak sih, Lin. Ferdian mukanya lebam karena rebutan wanita jalang itu," tak mau kalah, temannya itu mengarahkan pandangan matanya ke arahku. Seakan aku ini benar-benar rendah dimata mereka. Noxa yang mendengar hal ini menarik lenganku agar segera masuk ke dalam lift. Dia menggenggam tanganku erat. Menenangkan. Setelah sampai di lantai paling atas, aku segera masuk ke dalam ruanganku. Sedangkan Noxa pergi entah kemana aku tak peduli. Tak berselang lama Pak Alex datang menemuiku. "Yuki, apa kau baik-baik saja?" "Maaf, Pak, saya terlambat karena-" "Tidak apa-apa. Noxa sudah menghubungi saya tadi. Katanya ojek yang kau tumpangi bannya bocor," jelas Pak Alex. Noxa berbohong pada Pak Alex? Demi aku? , batinku.  "Kita ke ruang meeting sekarang. Bawa berkas yang kemarin saya minta." "Baik, Pak." Pak Alex pergi meninggalkan ruanganku. Aku mengambil berkas-berkas yang ku kerjakan semalam dan segera menuju ke ruang meeting. Sesampainya di ruang meeting aku mengedarkan pandangan. Beberapa senior-seniorku telah duduk melingkar di meja meeting dengan laptop didepannya. Beberapa orang yang tak ku kenal turut menjadi sasaran pandanganku, termasuk Noxa. Ya, Noxa!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD